Konten dari Pengguna

War During the Life of the Prophet, Manuskrip Digital Asal Aceh

Rangga Bijak Aditya
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
17 Desember 2020 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangga Bijak Aditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi: jatimnet.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi: jatimnet.com
ADVERTISEMENT
Karya sastra (dalam bentuk apapun) seringkali ditemukan sebagai sumber tertulis yang jumlahnya sangat banyak, ditulis oleh para leluhur di masa silam. Apapun motif karya sastra tersebut, sarana kritik, hiburan, ataupun curahan hati dari pengarang. Salah satu karya sastra yang terdapat di Indonesia ialah manuskrip, atau bisa disebut juga sebagai naskah kuno nusantara.
ADVERTISEMENT
Apa itu Manuskrip?
Menurut Gacek, manuskrip merupakan karya yang ditulis tangan dan lahir sebelum era printing atau percetakan, hal tersebut merupakan salah satu syarat naskah lama dapat dikatakan sebagai manuskrip. Keberadaan manuskrip tersebar luas di berbagai belahan Nusantara, tersebar dan disimpan oleh kolektor atau disimpan secara turun-temurun mulai dari wilayah Aceh sampai Merauke.
Naskah Nusantara juga memiliki kandungan isi naskah yang mencerminkan kekhasan daerahnya. Secara umum, isi naskah Nusantara dapat dibagi kedalam beberapa kategori, seperti keagamaan, sejarah, sastra, bahasa, ajaran moral dan etika, hukum adat, legenda, seni, nasehat, dan lain sebagainya.
Seperti apa yang dikatakan oleh M. Nida’ Fadlan, seorang Filolog yang juga seorang dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni:
ADVERTISEMENT
Memang agaknya cukup sulit untuk menemukan naskah asli di Indonesia, namun sudah banyak manuskrip yang berhasil ditemukan oleh para Filolog (peneliti manuskrip atau naskah kuno) dan dikumpulkan di tempat yang sama agar dapat dirawat dengan mudah. Salah satunya, tercatat terdapat sekitar 13.000 naskah yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, terdapat juga banyak manuskrip nusantara yang sudah dialihdigitalkan dan dapat kita temui dalam bentuk digital di berbagai laman web.
Digitaliasi, Bentuk Pencegahan Punahnya Manuskrip Nusantara
Dunia selalu berkembang, perkembangan yang pesat juga terjadi pada bidang teknologi. Saat ini, teknologi dapat digunakan sebagai salah satu bidang untuk pelestarian manuskrip atau naskah-naskah kuno. Seluruh orang di dunia dapat menikmati naskah-naskah kuno di berbagai laman web jika sudah dialihdigitalkan oleh para peneliti, hanya dengan bermodalkan ponsel, laptop, komputer, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Naskah-naskah lama dapat diselamatkan dengan cara mencatat data naskah selengkap mungkin juga merekam setiap halaman naskah dengan digital foto, atau yang dikenal sebagai digitalisasi. Tujuannya ialah jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada naskah-naskah tersebut, seperti hilang atau rusak, terkena bencana, dan sebagainya, setidaknya masih ada data yang tersimpan mengenai naskah tersebut.
Manuskrip dapat dikatakan sudah punah secara bahasa jika teks dalam naskah tersebut sudah tidak ada yang bisa membacanya, dikarenakan rusak atau tulisannya yang sudah benar-benar hilang. Meskipun demikian, fisik dari naskah tersebut harus tetap dijaga.
Manuskrip Digital asal Aceh
Manuskrip dengan judul War during the life of the Prophet merupakan manuskrip yang dibuat pada abad ke-18. Manuskrip ini ditulis dengan bahasa Melayu dan menggunakan huruf Arab (Jawi). Manuskrip ini dapat kita lihat atau kunjungi di laman web British Library, dengan nomor seri EAP3219-1-78. Terdapat beberapa paparan atau penjelasan mengenai manuskrip tersebut dalam Bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan judulnya, manuskrip ini berisikan cerita tentang perang yang terjadi dalam kehidupan Nabi, atau pada zaman Nabi. Ciri fisik dari manuskrip ini ialah naskahnya ditulis menggunakan bahan kertas Eropa dengan tanda tiga bulan sabit. Teks dituliskan menggunakan tinta berwarna hitam dan merah. Manuskrip ini tidak memiliki nomor halaman, namun terdapat catchword (kata semboyan) di bawah teks. Manuskrip ini tidak memiliki bagian cover, serta halaman pertama dan terakhir yang tidak ditemukan atau hilang.
Kondisi fisik dari manuskrip tersebut sudah agak rusak yang disebabkan oleh serangga, warna tintanya sudah agak memudar. Ukuran manuskrip ini sebesar 21x16,5 cm, teks blok 16x9,5 cm, dan sebanyak 19 baris di setiap halaman. Jumlah halaman yang dapat dilihat pada manuskrip tersebut berjumlah 48 halaman, yang berbentuk foto (sudah didigitalkan). Sedangan naskah asli tetap berada dalam pengawasan seorang bernama Teungku Mukhlis, berlokasi di Pidie, Aceh, Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kita harus menyadari bahwa keberadaan manuskrip-manuskrip kuno adalah hal yang penting, karena sesuatu yang ada atau terjadi di masa lalu selalu bisa dijadikan sebagai inspirasi untuk masa kini atau untuk masa yang akan datang. Seperti apa yang dikatakan M. Nida’ Fadlan, yakni:
Kebanyakan orang awam tidak tahu tentang pentingya suatu manuskrip atau naskah kuno, mereka akan beranggapan manuskrip hanyalah benda atau tulisan yang tidak ada arti dan tujuannya. Padahal, bisa saja manuskrip itu bermanfaat untuk masa depan atau minimal untuk orang lain. Hal ini harus menjadi PR kita bersama untuk mengenalkan kekayaan isi manuskrip ke generasi muda sekarang.
ADVERTISEMENT