Konten dari Pengguna

Feature: Siapa yang Salah?

Dewi Maharani
Jakarta State Polytechnic, Journalism Fresh Graduate
6 Juli 2021 17:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewi Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sailing. Unplash.com/Geran de Klerk
zoom-in-whitePerbesar
Sailing. Unplash.com/Geran de Klerk
ADVERTISEMENT
"Kenapa, Mah?"
"Tak apa, Mamah sudah tidak kuat lagi, Le," Jawab Ibuku saat itu.
ADVERTISEMENT
Hari itu, aku ditugaskan untuk mengumpulkan beberapa dokumen untuk memenuhi persyaratan di sekolahku. Apa isi map merah itu? Aku baru kali ini melihat map itu di atas lemari.
"Surat Cerai," Tulisan hitam tebal tertulis di paling atas bagian surat. Ya, aku yakin Ibu dan Ayahku akan berlayar dan mengejar harta karunnya masing-masing. Siapa yang harus disalahkan?
Aku merasa semuanya sudah hancur terbengkalai, sekolahku, cita-citaku, hidupku. Semua hilang, aku kehilangan tujuanku. Tidak akan ada lagi moment nonton tv bersama Ibu Ayah. Tak ada lagi saling berbagi makanan di meja makan.
Dalam doa, semoga aku bisa berlayar bersama lagi, berlayar menuju pulau indah nan cantik. Tetapi waktu sudah menjawab, bertahun-tahun aku hidup bagai tak punya siapa-siapa. Ayah sibuk mencari pundi-pundi uang, Ibuku berada jauh berbeda provinsi denganku.
ADVERTISEMENT
Sekian banyak doaku panjatkan, aku lelah, aku berhenti beribadah, mulai mabuk, merokok bagaikan kereta, makanku tak teratur, urusan sekolah terbengkalai. Aku marah akan keadaan, siapa lagi yang bisa disalahkan?
Memang masalah broken home tidak bisa dijadikan alasan, aku tahu itu. Tetapi mengapa hal ini terjadi padaku? Mengapa?
"Aku gak mau pokoknya!" Jawabku saat Ayah meminta izin untuk mengajak wanita lain untuk ikut berlayar bersama kami. Aku benci saat seperti ini, Ibu pun sudah tak peduli, aku lari ke mana?
Tetapi aku sangat menyayangi mereka berdua, bagaimanapun juga aku bisa berada di tahap ini karena mereka, mereka yang sudah mendewasakanku, merekalah tujuanku tetap hidup.
Membahagiakan mereka menjadi tujuanku saat ini, aku sadar, mungkin mereka gagal, mungkin mereka tidak kuat lagi, aku mengerti dan aku akan belajar dari kisah mereka, tidak akan terjadi saat aku berlayar nanti.
ADVERTISEMENT