Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Film Bad Genius, Masih Ada Moralitas
Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN. Fokus kajiannya antara lain kajian media dan budaya pop. Email: [email protected].
28 Agustus 2020 15:48 WIB
Tulisan dari Ranny Rastati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Ranny Rastati (Peneliti LIPI)
Bad Genius adalah film asal Thailand bergenre thriller yang rilis pada 2017. Mendapatkan respon positif dan meraih berbagai penghargaan baik nasional maupun internasional, film Bad Genius kemudian dibuat versi mini serinya dengan judul Bad Genius the Series. Mulai tayang pada Agustus 2020, mini seri ini diproduksi oleh Gross Domestic Happiness (GDH).
ADVERTISEMENT
Film Bad Genius berkisah tentang gadis Sekolah Menengah Atas (SMA) bernama Lynn yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Dia adalah seorang jenius yang tidak pernah gagal dalam semua mata pelajaran. Tak hanya itu, Lyyn juga kerap memboyong berbagai penghargaan mulai dari seni hingga bidang olahraga. Untuk mendapat kesempatan pendidikan yang lebih baik, ayah Lynn memindahkannya ke SMA yang lebih bonafide namun dengan biaya yang lebih tinggi. Tidak ingin menambah beban ekonomi ayahnya yang berprofesi sebagai guru, Lynn berhasil bernegosiasi dengan kepala sekolah dan mendapatkan beasiswa penuh untuk bersekolah di sana.
Di sekolah barunya, Lynn bersahabat dengan Grace. Meskipun memiliki kelapangan secara finansial, Grace ternyata tidak memiliki keberuntungan di bidang akademis. Melihat kecemerlangan Lynn yang luar biasa, Grace pun meminta untuk diajari pelajaran. Lynn yang sempat ragu kemudian luluh dengan rayuan Grace yang memanggilnya Bu Guru Lynn.
ADVERTISEMENT
Meskipun telah mendapatkan bantuan dari Lynn, Grace ternyata tak mampu mengerjakan soal ujian. Merasa iba, Lynn akhirnya dengan sukarela memberikan kunci jawaban yang ditulis di atas penghapus. Grace kemudian menceritakan hal ini kepada kekasihnya, Pat. Di luar dugaan, Pat menginginkan Lynn agar membantunya dalam ujian dengan imbalan uang. Pertemuan dengan Pat kemudian menjadi awal berbagai kecurangan yang didesain oleh Lynn untuk mendapatkan uang. Untuk melancarkan aksi yang lebih rumit, Lynn membutuhkan partner jenius untuk bekerja sama. Ia pun mengajak Bank yang juga seorang siswa berprestasi penerima beasiswa di sekolah. Bisnis contekan yang awalnya hanya melibatkan beberapa orang, kemudian berkembang menjadi kejahatan internasional berlaba ratusan juta rupiah.
Film Bad Genius disebut-sebut terinspirasi dari kisah nyata dari sekelompok siswa SMA yang merancang penipuan pada ujian Scholastic Aptitude Test atau SAT (Coconuts Bangkok, 2019). Tes yang terdiri dari Matematika dan Bahasa Inggris ini umumnya menjadi syarat untuk masuk perguruan tinggi terutama di Amerika Serikat. Pada dasarnya, SAT akan mengukur potensi diri, nalar, kemampuan kognitif, dan pemahaman umum siswa sebelum memulai perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Privilege dan Gap di Antaranya
Yang menarik dari film Bad Genius adalah gap privilege yang terlihat dari empat tokoh utama yaitu Lynn, Bank, Grace, dan Pat. Lynn dan Bank adalah dua anak jenius namun berasal dari keluarga dengan keadaan finansial yang ala kadarnya. Di sisi lain, Grace dan Pat adalah sepasang kekasih yang sama-sama dari kalangan atas namun tidak diberkahi dengan kemampuan intelektual yang mumpuni.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , privilege diterjemahkan menjadi privilese yang berarti hak istimewa. Lebih jelasnya, menurut Cambridge Dictionary , privilege berarti “an advantage that only one person or group of people has, usually because of their position or because they are rich”, atau jika diterjemahkan menjadi “suatu keuntungan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau sekelompok orang, biasanya karena kedudukan atau karena kekayaan mereka”.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan masyarakat, orang-orang yang memiliki privilege dianggap memiliki peluang sukses lebih besar daripada yang tidak memiliki hak istimewa tersebut. Ketidaan hak istimewa inilah yang membuat Lynn dan Bank nekat melakukan kecurangan ujian demi mendapatkan uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. “Sebenarnya kita berdua pecundang. Kita tidak terlahir sebagai pemenang seperti Pat dan Grace. Kita harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan keinginan kita. Meskipun kamu tidak curang, kehidupan tetap mencurangimu” begitu kata Lynn saat mengajak Bank untuk masuk dalam komplotannya.
Meskipun awalnya menolak, Bank pada akhirnya menerima ajakan Lynn karena tidak tahan melihat penderitaan ibunya sebagai buruh cuci yang harus menafkahi keluarga. Bank pada akhirnya sependapat dengan pendapat Lynn bahwa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang curang karena tidak ada orang yang dirugikan. Semua orang sama-sama diuntungkan karena mendapatkan apa yang diinginkan yaitu uang dan lulus ujian.
ADVERTISEMENT
Menciptakan Privilege Sendiri
Yang dilakukan Lynn dan Bank sejatinya merupakan upaya mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan, meskipun tanpa moralitas. Menurut riset SMERU (Rizky dkk, 2019), ditemukan bahwa anak yang hidup dalam keluarga miskin akan mengalami pinalti pendapatan sebesar 87% dibanding anak yang tidak tumbuh dalam keluarga miskin. Bahkan dalam riset tersebut tidak ditemukan efek dari program bantuan dari pemerintah dalam memperbaiki jumlah penghasilan mereka saat dewasa. Dari penelitian ini, terlihat bahwa tidak mudah untuk keluar dari jaring kemiskinan karena adanya keterbatasan terhadap akses kesehatan, pendidikan (formal dan informal), pemenuhan kebutuhan hidup, dan kesempatan (koneksi) untuk memperbaiki kondisi ekonomi (Diningrat, The Conversation, 3 Des 2019).
Meskipun tidak memiliki hak istimewa seperti Grace dan Pat, sejatinya Lynn dan Bank dapat menciptakan privilege-nya sendiri melalui kecemerlangan otak yang mereka miliki. Masih ada upaya lain yang dapat dilakukan seperti menjadi pengajar paruh waktu untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Skema beasiswa pun sangat memungkinkan agar dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Apalagi ada banyak pilihan beasiswa yang tersedia baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Tentunya hal ini tidak menjadi masalah karena Lynn dan Bank sebenarnya memiliki privilege kejeniusan yang tidak dimiliki oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikatakan Bank kepada Lynn saat mengajaknya untuk kembali berbuat curang, “Keputusan ada di tanganmu”, keputusan memang ada di tangan kita. Setidaknya masih ada moralitas dalam diri Lynn ketika dia memutuskan untuk membeberkan kasus kecurangan yang ia lakukan kepada pihak berwenang. Kejujuran, berani mengakui kesalahan, dan memulai segalanya dari awal menjadi sebuah pesan krusial dari film Bad Genius.
Referensi
Coconuts Bangkok. "Thai blockbuster ‘Bad Genius’ to get Hollywood remake". Coconuts, 17 Mei 2019, https://coconuts.co/bangkok/lifestyle/thai-blockbuster-bad-genius-to-get-hollywood-remake/ (diakses 12 Agustus 2020)
Diningrat, Rendy A. Mengapa anak dari keluarga miskin cenderung akan tetap miskin ketika dewasa: penjelasan temuan riset SMERU. The Conversation, 3 Desember 2019, https://theconversation.com/mengapa-anak-dari-keluarga-miskin-cenderung-akan-tetap-miskin-ketika-dewasa-penjelasan-temuan-riset-smeru-127625 (diakses 14 Agustus 2020)
Rizky, Mayang, Suryadarma, Daniel, dan Suryahadi, Asep. (2019). Effect of Growing Up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia, Children & Youth, Labor, Migration & Informal Sector, Poverty & Inequality National Externally Published Content Asian Development Bank, http://www.smeru.or.id/en/content/effect-growing-poor-labor-market-outcomes-evidence-indonesia
ADVERTISEMENT