Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Film India 'Mimi' dan Praktek Sewa Menyewa Rahim
Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN. Fokus kajiannya antara lain kajian media dan budaya pop. Email: [email protected].
16 September 2022 15:13 WIB
Tulisan dari Ranny Rastati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, saya iseng menonton film India berjudul Mimi (2021). Meskipun biasanya lebih sering menonton drama Korea (drakor) dan anime , entah kenapa saya ingin menjajal kembali film Bollywood yang saat kecil sangat saya sukai. Tanpa saya duga, Mimi menjadi film yang mengesankan bagi saya.
ADVERTISEMENT
Film Mimi berkisah tentang seorang penari lokal India bernama Mimi. Mimi memiliki impian untuk menjadi artis ternama di India. Meskipun memiliki paras yang cantik dan kemampuan yang baik, Mimi kekurangan modal untuk memulai debutnya di Bollywood.
Suatu hari, saat Mimi melakukan penampilan di sebuah hotel mewah, pasangan Amerika Serikat bernama John dan Summer Roger tertarik dengan Mimi. Kedua orang itu rupanya sedang mencari ibu pengganti (surrogate mother) karena kesulitan memiliki anak.
Bagi pasangan Roger, Mimi adalah sosok ideal. Tidak hanya muda, cantik dan tinggi, Mimi adalah seorang penari yang dianggap memiliki tubuh bugar selayaknya atlet. Menurut John, kondisi kesehatan Mimi akan berperan signifikan terhadap kondisi janin yang akan dikandung.
John dan Summer pun berupaya mendekati Mimi melalui Bhanu yang menjadi sopir mereka selama berada di India. Meskipun awalnya menolak mentah-mentah, Mimi akhirnya setuju setelah dijanjikan akan dibayar 20 lakh rupee atau sekitar Rp370 juta. Dengan uang sebanyak itu, Mimi dapat merantau ke Mumbai dan memulai karir artisnya di Bollywood.
ADVERTISEMENT
Untuk memperlancar rencananya, Mimi mengaku kepada keluarganya bahwa ia akan melakukan syuting film di kapal pesiar selama satu tahun. Orangtua Mimi pun sangat bahagia karena mengira Mimi telah memulai karir aktingnya di Bollywood.
Setelah melalui proses pemeriksaan kesehatan di klinik surogasi, Mimi dinyatakan siap dan fit sebagai ibu pengganti. Surat perjanjian pun ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Tak lama kemudian, hasil pembuahan sperma dan sel telur pasangan Roger ditanamkan ke rahim Mimi. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Mimi pun dinyatakan hamil.
Masalah terjadi ketika dokter menyatakan bahwa janin yang dikandung mengidap down syndrome. Terpukul atas kenyataan itu, John dan Summer memutuskan untuk kembali ke Amerika Serikat. Mereka tidak tidak ingin merawat bayi disabilitas. Mereka hanya ingin mendapatkan bayi yang sempurna dan sehat.
ADVERTISEMENT
“Aku tak sanggup. Kita tidak butuh bayi ini. Ayo pulang saja… Kami menginginkan ibu pengganti sempurna agar dapat bayi yang sempurna dan sehat. Bukan yang disabilitas. Bukan pengidap down syndrome. Tolong beritahu Mimi untuk menggugurkannya.”, ujar Summer kepada Bhanu.
Tanpa bertemu dengan Mimi, kedua pasangan itu kabur meninggalkan India.
Di India, praktek surogasi menjadi pelik ketika orangtua berubah pikiran dan menolak calon bayi tersebut. Dalam banyak kasus, janin akhirnya digugurkan karena tidak ada pihak yang mau merawat.
Meskipun telah ditinggal kabur, Mimi memutuskan melahirkan janin itu dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Yang menarik, Mimi diterima kembali oleh keluarga, teman, dan kerabatnya. Mereka semua bahkan bahu-membahu menjaga Mimi dan janin selama proses kehamilan.
ADVERTISEMENT
Hal ini tampaknya menjadi satir karena masih ada ratusan kasus membunuh demi kehormatan (honour killing ) di India yang menimpa perempuan. Beberapa di antaranya terjadi karena menikah tanpa persetujuan keluarga, menikah dengan kasta di bawahnya, dan hamil di luar nikah.
Praktek Sewa Rahim di India
Sejak tahun 2002, surogasi adalah praktek yang legal di India. Biaya yang lebih murah dari di Amerika dan Inggris membuat India menjadi primadona surogasi secara internasional.
Pada tahun 2016, tarif sewa rahim berkisar antara 3 lakh rupee (sekitar Rp60 juta). Tarif ini lebih murah dibanding di Amerika yang membutuhkan biaya 25 lakh rupee (sekitar Rp500 juta). Hal ini pun menjadikan India sebagai salah satu negara destinasi populer bagi pasangan internasional untuk melakukan surogasi.
ADVERTISEMENT
Praktek sewa rahim menjadi ladang bisnis menggiurkan di India. Rata-rata, ibu pengganti di India berasal dari kelas ekonomi bawah. Bagi keluarga pra sejahtera, menyewakan rahim adalah jalan keluar dari himpitan ekonomi.
Ironisnya, ibu pengganti hanya menerima jumlah yang lebih kecil dibanding yang diterima oleh klinik surogasi. Banyak pula terjadi eksploitasi karena klinik tersebut tidak terdaftar resmi.
Maraknya praktek surogasi komersil membuat pemerintah India turun tangan terindikasi eksploitasi perempuan. Dalam beberapa kasus, para ibu pengganti mendapat perlakuan tidak etis dari agen surogasi seperti dipaksa tinggal di tempat tertentu dan hidup tanpa dukungan keluarga.
Kebutuhan ekonomi pun membuat banyak ibu pengganti yang berkali-kali melakukan praktek surogasi sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental.
ADVERTISEMENT
Pada 2012, India kembali memperketat aturan surogasi dengan melarang pasangan gay dan lajang untuk melakukan surogasi. Aturan pun semakin diperketat karena ada kasus orangtua yang menelantarkan bayinya karena lahir cacat. Sama seperti yang terlihat dalam film Mimi (2019).
Selang tiga tahun kemudian, India kembali mengeluarkan peraturan baru tentang proses surogasi. Sejak 2015, pasangan internasional dilarang melakukan surogasi di India. Undang-undang surogasi pun diresmikan pada 2018 yang membuat aturan surogasi semakin ketat.
Dalam peraturan baru, pasangan yang ingin melakukan surogasi harus memenuhi syarat seperti telah menikah selama lima tahun, tidak boleh memiliki anak yang masih hidup baik itu anak kandung atau adopsi. Pasangan pun harus memiliki sertifikat yang membuktikan salah satu atau keduanya menderita infertilitas.
ADVERTISEMENT
Hak ibu pengganti pun dilindungi undang-undang dengan pemberian asuransi selama 16 bulan untuk menindak lanjuti jika ada komplikasi pascapersalinan.
Ibu pengganti pun harus berasal dari kerabat pasangan, sudah menikah, memiliki anak, memiliki sertifikat kebugaran jasmani dan mental, serta hanya diizinkan menjadi ibu pengganti satu kali seumur hidup.
Film Mimi pada akhirnya dapat menjadi kritik bagi pasangan internasional yang tidak bertanggung jawab terhadap janin hasil surogasi.
Seperti yang dikatakan Bhanu kepada pasangan Roger, “Kau tak ingin bayinya? Kau gila? Kau pikir ini permainan? Kau anggap uang bisa memberimu segalanya, bukan? Ini negara miskin. Hamburkan uang dan kami jadi budakmu! … Itu bayimu. Rawat dia, apa pun keadaannya. Kami akan merawatnya andai itu anak kami. Kuminta kamu untuk mengambil bayinya. Ambil bayimu!”.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari film Mimi, langkah yang diambil oleh India menjadi relevan untuk melindungi para ibu pengganti dari praktek sewa menyewa rahim secara komersil.