Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memaknai Debat yang Sebenarnya
15 Januari 2024 10:46 WIB
Tulisan dari Ratna Nisrina Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun politik, agenda seperti pemilihan presiden dan pemilihan legislatif menunggu di depan mata. Khusus pemilihan presiden, salah satu rangkaian yang menarik tentu saja adalah adanya debat antar calon presiden yang diselenggarakan oleh KPU. Fokus utamanya bukan tentang siapa calon presiden yang berdebat, namun apa sesungguhnya debat itu. Bagaimana seharusnya seseorang bersikap dalam debat? Bagaimana seseorang menyusun strategi selama debat berlangsung? Karena tidak semua orang memahami hakikat debat yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Jika merujuk definisi debat menurut KBBI, debat dapat diartikan sebagai ajang pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Merujuk pada definisi debat, ada hal penting yang perlu digarisbawahi yaitu debat sebagai ajang bertukar pendapat. Dapat dipahami bahwa debat adalah salah satu media bertukar wawasan, pengetahuan, dan pandangan.
Melihat bentuk debat, dibutuhkan keterampilan berbicara yang mumpuni untuk menyampaikan wawasan, pengetahuan, dan pandangan seorang pendebat. Adapun dalam sebuah perdebatan terdapat topik tertentu yang akan menjadi bahan perdebatan. Para pendebat diminta untuk bertukar pandangan dan argumen dalam menanggapi topik tertentu. Tentu saja audien akan menilai, mana argumen yang paling masuk akal dan logis sehingga dapat diterima dengan baik.
ADVERTISEMENT
Pendebat akan saling serang dengan argumen dan pendapat masing-masing. Segala data dan fakta akan dipakai demi mendukung argumen dan pendapat masing-masing. Perlu diingat, bahwa debat adalah media beradu gagasan, sehingga secara etika tidak boleh menyinggung secara pribadi lawan debat. Hakikat debat adalah beradu gagasan, wawasan, pengetahuan, dan pandangan bukan saling menjatuhkan pribadi lawan. Jadi keterampilan berbicara yang dipadukan dengan data, fakta, dan gagasan yang menjadi senjata dalam sebuah ajang debat.
Walaupun demikian, ada kalanya debat sering disalahartikan sebagai media untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawan dengan cara apapun. Pemikiran tersebut perlu diluruskan, dalam memenangkan sebuah debat keterampilan berbicara yang disertai oleh data dan fakta yang diperlukan. Dengan demikian debat menjadi objektif tanpa ada niat khusus untuk menjatuhkan lawan secara personal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada hakikatnya sebuah debat adalah media positif untuk saling bertukar pendapat, wawasan, pengetahuan, dan pandangan serta saling membangun dan mendewasakan. Melalui debat, pemikiran akan menjadi terbuka untuk menerima tanggapan, kritik, dan saran dari lawan debat.
Merujuk pada sejarah debat, menurut esu.org, debat berkembang pada masa filsuf Yunani Kuno dan India Kuno. Debat digunakan oleh para filsuf pada saat itu untuk menguji gagasan masing-masing sehingga asumsi-asumsi pribadi yang kurang logis dapat menemukan penyelesaian yang logis.
Pada perkembangannya, debat populer sekitar tahun 1858 saat Abraham Lincoln dan Stephen Douglas berdebat untuk posisi sebagai Senat Illinois. Keterampilan keduanya dalam menyampaikan pendapat dan retorika menuai decak kagum khalayak. Tentu saja, sejak itulah keduanya menginspirasi bentuk debat di masa sekarang yang lazim ditemui di seluruh dunia. Sekaligus menjadi siklus yang umum ditemui dalam setiap pemilihan umum sebagian besar negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu saja, debat juga menjadi salah satu kegiatan yang diperlombakan di beberapa tempat karena dipandang sebagai media beradu keterampilan intelektual. Salah satu juara debat yang terkenal adalah Bo Seo, yang dua kali menjuarai Kejuaran Debat Universitas Dunia (World Universities Debating Championship). Bahkan menurut Bo Seo, debat berguna dalam kehidupan sehari-hari karena membuat seeorang memahani cara menyampaikan argumen secara baik. Oleh karena itu, debat adalah kegiatan yang positif untuk saling mengasah intelektual masing-masing, bukan sebaliknya menjadi media untuk saling menjatuhkan secara personal.