Konten dari Pengguna

Tantangan Pembelajaran Era Pandemi dan Pasca-Pandemi

Ratna Nisrina Puspitasari
Alumni S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - Universitas Sebelas Maret - Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Doplang
19 Maret 2021 19:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratna Nisrina Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembelajaran Tatap Muka di Kelas Sebelum Adanya Pandemi
zoom-in-whitePerbesar
Pembelajaran Tatap Muka di Kelas Sebelum Adanya Pandemi
ADVERTISEMENT
Pandemi sudah berdampak ke semua sektor kehidupan manusia, tidak terkecuali dunia pendidikan. Pembelajaran daring telah diterapkan di sekolah. Guru, siswa, dan orang tua dituntut untuk terbiasa dengan kondisi ini. Banyak keluhan yang muncul dari ketiganya. Mulai dari tidak tersedianya jaringan internet, kepemilikan gawai, ruwetnya jadwal pembelajaran, materi serta pengajaran yang tidak jelas sampai dengan pendampingan kepada siswa, serta mungkin banyak keluh kesah lain yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran daring tidak bisa terlepas dari kurangnya interaksi siswa dengan guru dan sesama siswa lainnya secara tatap muka, dan tentu saja kondisi lingkungan belajar di rumah pada masa pandemi. Interaksi secara virtual nyatanya tidak membuat nyaman suasana belajar dan pembelajaran. Siswa perlu didampingi langsung, bukan hanya sekadar berbalas pesan atau bertegur sapa secara virtual. Guru pun perlu melihat dan mengamati apa saja yang dilakukan siswa secara langsung agar transfer informasi, pengetahuan, dan karakter dapat tersampaikan dengan maksimal. Di sisi lain, guru tidak bisa memantau apakah siswa sendiri yang mengerjakan tugas karena kenyataan di lapangan banyak orang tua yang lebih dominan dalam pembelajaran.
Padahal, sebelum era pandemi pun dunia pendidikan di Indonesia dipenuhi dengan permasalahan yang muncul. Kesenjangan kualitas pendidikan adalah salah satu topik masalah yang sering muncul dan dibahas. Artinya tanpa pandemi pun, kondisi pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan baik-baik saja. Apalagi ditambah dengan adanya pandemi, permasalahan baru terus bermunculan.
ADVERTISEMENT
Selain permasalahan yang disebutkan di atas, muncul permasalahan lain seperti banyaknya siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran karena tidak dapat mengikuti model pembelajaran daring yang membutuhkan media elektronik dan tambahan biaya untuk membeli jaringan internet. Adapula para siswa di pelosok negeri yang terpaksa putus sekolah karena memang kondisi wilayah di tempatnya tinggal tidak mendukung terciptanya pembelajaran daring. Dengan adanya pandemi ini, sudah tampak jelas tingginya jurang kesenjangan pendidikan di Indonesia. Bukan tentang kesenjangan kualitas saja, namun tampak pula kesenjangan sarana prasarana, ekonomi, bahkan infrastruktur di masyarakat.
Rencana pembelajaran tatap muka kembali diumumkan oleh Kemendikbud setelah pada pada awal Januari 2021 sempat direncanakan. Hal tersebut menjadi jawaban di tengah ketidakpastian dunia pendidikan selama pandemi. Kabar vaksinasi dan rencana pembelajaran tatap muka menjadi angin segar bagi masyarakat. Sekaligus menjadi harapan bagi dunia pendidikan di Indonesia yang tampak lesu dengan segala permasalahan yang muncul selama pembelajaran daring di masa pandemi.
Sejumlah siswi baru mengikuti upacara di SMAN 2 Bekasi di Jawa Barat. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Ada harapan baru untuk mengembalikan keadaan dunia pendidikan menjadi normal seperti biasanya. Paling tidak interaksi guru, siswa, dan orang tua dapat terjalin dengan baik seperti era pembelajaran sebelum pandemi. Terpenting, tidak akan ada berita siswa putus sekolah hanya karena tidak mempunyai gawai dan jaringan internet.
ADVERTISEMENT
Walaupun sebenarnya pendidikan di Indonesia lebih membutuhkan solusi dan inovasi untuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan. Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud tidak boleh merasa lega dengan adanya vaksinasi. Justru di masa mendatang ada tantangan yang lebih besar untuk mencari solusi yang lebih mujarab demi mengatasi beberapa permasalahan yang muncul di era sebelum dan sesudah pandemi. Jika sebelum pandemi saja ada banyak masalah yang belum teratasi dan belum ada obatnya, maka selama pandemi dan pasca akan ada tambahan permasalahan dan tantangan yang memerlukan solusi dan inovasi tambahan.
Pemerintah seyogyanya menggandeng banyak pihak untuk mencari obat paling mujarab untuk mengobati dunia pendidikan Indonesia yang masih dirundung pesakitan. Para akademisi dan elite pendidikan tidak boleh gengsi dan ego masing-masing. Perlu kerja sama, kepedulian, dan sumbangsih pemikiran untuk mengobati pendidikan Indonesia yang pesakitan.
ADVERTISEMENT
Jika memang kebijakan pemerintah perlu dikritik, baiknya dikritik dengan kritik membangun dan bukan saling menyalahkan dan menuding pihak lainnya. Sebaliknya, jika memang kebijakan pemerintah layak untuk didukung maka sebaiknya didukung bukan malah saling curiga dan merongrong di belakang. Jelas sekali, selain kerja sama, kepedulian, dan sumbangsih pemikiran, diperlukan pula kedewasaan dan pemikiran serta sikap yang bijaksana untuk bersama-sama menemukan solusi bagi pendidikan di Indonesia.