Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Ketika Gen Z Terjerat dalam Labirin FOMO: Strategi Dalam Mengatasi FOMO
22 Juli 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ratna Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini kerap kali kita mendengar istilah FOMO di media sosial, lalu apa sebenarnya istilah FOMO? apakah kamu termaksud salah satu orangnya? mari kita ulas mengenai istilah FOMO.
ADVERTISEMENT
FOMO, atau Fear of Missing Out, bukanlah sekadar istilah populer, melainkan juga fenomena sosial yang semakin merayap ke dalam kehidupan sehari-hari di zaman ini. Fenomena FOMO semakin hangat diperbincangkan setelah JWT atau Intillegence mengeluarkan laporan penelitian mengenai FOMO pada tahun 2012.
Dalam penelitian tersebut, FOMO di definisikan sebagai perasaan gelisah dan takut bahwa seseorang tertinggal, apabila teman-temannya sedang melakukan atau merasakan sesuatu yang lebih baik atau lebih menyenangkan dibanding apa yang sedang ia lakukan atau ia miliki saat ini. Istilah FOMO ini diciptakan pada tahun 2004, ketika penulis Patrick J. McGinnis menerbitkan sebuah oped di The Harbus , majalah Harvard Business School , berjudul McGinnis 'Two FO's: Social Theory di HBS, di mana ia merujuk pada FOMO dan kondisiterkait lainnya. Pada umumnya mereka yang mengalami FOMO merasa takut ketinggalan berita terbaru, gelisah bila tidak terhubung atau mengikuti tren di dunia maya (Akbar et al., 2019).
Pada intinya fenomena FOMO merupakan fenomena takut akan tertinggal dengan berita up to date yang sedang terjadi, bagi mereka yang merasa FOMO, kecemasan akan takut tertinggal tentu akan menghantui dirinya. Maka dari itu artikel ini memuat tips dan trik untuk membantu kalian yang kerap kali merasakan FOMO, berikut langkah dan strategi mengatasi kecemasan sosial, yang menyebabkan rasa FOMO pada diri anda.
ADVERTISEMENT
1. Menumbuhkan Rasa Selektif Pada Media Sosial
Pembatasan penggunaan sosial media dapat dilakukan dengan cara detox sosial media. Detox sosial media adalah suatu upaya untuk mengurangi dan menyeleksi penggunaan media sosial. Detox sosial media bertujuan agar penggunanya hanya menggunakan aplikasi yang benar-benar dibutuhkan saja (Astuti & Subandiah, 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisa Harsono dan Septia Winduwati, bahwa dengan cara detox sosial media dapat membuat individu menjadi menerima kekurangan diri sendiri, fokus mengembangkan diri sendiri serta berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain (Harsono & Winduwati, 2020). Dengan membiasakan detox sosial, maka akan semakin membantu individu untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam menanggapi informasi yang baru saja muncul.
2. Menentukan Skala Prioritas Pada Media Digital
ADVERTISEMENT
Tetapkan dengan tegas urutan prioritas dan target Anda. Sadari elemen-elemen yang amat penting bagi diri sendiri, dan konsentrasikan perhatian pada aspek-aspek tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan ini akan membantu untuk menyaring kegiatan atau yang tidak sejalan dengan prioritas seharusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika dan Inggris pada tahun 2012, sekitar 65% dari remaja sudah pernah mengalami fomo dan 40% diantaranya mengalami fomo dalam kurun waktu kurang dari 4 bulan ke belakang (JWT Intelligence, 2012). Maka dari itu pentingnya untuk menentukan skala prioritas dalam menggunakan media digital. Ketahui lebih baik apa yang memang dirimu butuhkan dan apa yang akan menghambat dirimu untuk mencapai impian di masa mendatang.
3. Tetap Menghargai Momen Di Dunia Nyata Tanpa Khawatir Takut Tertinggal
ADVERTISEMENT
Bina dan konsolidasikan relasi personal yang memiliki kualitas tinggi. Keterlibatan sosial yang mendalam dan substansial dapat memberikan kepuasan yang berkelanjutan, melebihi sekadar mengikuti arus tren atau aktivitas yang sedang populer. Terima dan syukuri situasi serta fase kehidupan yang kini telah dilalui. Hindarilah pembandingan yang tak sehat dengan individu lain, dan pahamilah bahwa setiap orang mengalami perjalanan hidup yang unik dan bahagia. Pahami pula setiap individu memiliki timeline yang berbeda, sehingga diketahui tujuan dan strategi yang dimiliki tiap orang tentu akan berbeda-beda juga.
Kesimpulan
FOMO (Fear of Missing Out) mencerminkan kekhawatiran atau ketakutan akan ketinggalan dari pengalaman atau peluang yang sedang dinikmati oleh orang lain. Sumbernya sering kali berasal dari paparan terhadap aktivitas atau kehidupan orang lain di media sosial, dan dapat menimbulkan perasaan ketidakpuasan terhadap situasi atau pilihan hidup pribadi.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu untuk menghindara rasa FOMO kita perlu lebih selektif terhadap media sosial, menentukan skala prioritas pada media sosial dan tetap menghargai momen di dunia nyata tanpa khawatir takut tertinggal. Jalani kehidupan dengan rasa syukur sebab kehidupan yang sedang di Jalankan pasti memiliki keunikan tersendiri.
Ketahui kebutuhan diri sendiri, berpegang teguh terhadapat prinsip pribadi, fokus pada prioritas dan tidak lupa mendekatkan diri pada berbagai hal positif. Hal-hal berikut harus ada pada jiwa gen Z dan terus dilatih agar semakin terbiasa dan terhindar dari fenomena FOMO tersebut. Maka dari itu artikel ini berisikan strategi mengatasi kecemasan sosial agar dapat menghindari diri dari rasa FOMO.
Sumber Bacaan:
Akbar, R. S., Aulya, A., Psari, A. A., & Sofia, L. (2019). Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FOMO) Pada Remaja Kota Samarinda. Psikostudia : Jurnal Psikologi, 7(2), 38–47. https://doi.org/10.30872/psikostudia.v7i2.2404
ADVERTISEMENT
Astuti, S. W., & Subandiah, D. S. (2020). Detox Media Digital (Sikap Milenial Terhadap Detox Media Digital). Promedia (Public Relation Dan Media Komunikasi), 6(2), 335–364. https://doi.org/10.52447/promedia.v6i2.4071
Harsono, L., & Winduwati, S. (2020). Lisa Harsono, Septia Winduwati: Detox Instagram Pada Self-Esteem. Jurnal Koneksi, 4(1), 83–89.
Intelligence, J. W. T. (2012). Fear of missing out (FOMO).Diakses pada tanggal 27 Desember 2023: https://intelligence. wundermanthompson. com/2012/03/data-point-thefomo-gender-gap