Konten dari Pengguna

Catatan Perjalanan Menuju Atap Jawa Barat: Gunung Ciremai

Muhammad Rayhan
Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN
20 Februari 2024 21:19 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rayhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
salah satu plank di Puncak Majakuning; sumber: galeri panulis
zoom-in-whitePerbesar
salah satu plank di Puncak Majakuning; sumber: galeri panulis
ADVERTISEMENT
Halo! saya akan menceritakan pengalaman ketika mendaki atapnya Jawa Barat, yapp Gunung Ciremai. Catatan perjalanan kali ini saya rangkum agar menjadi pertimbangan teman-teman yang ingin mendaki atap Jawa Barat. Namun sebelum itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu informasi umum tentang Gunung Ciremai, masa ingin bertamu, tetapi tidak kenal.

Informasi Singkat

Gunung Ciremai (3.078 mdpl) merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, terletak di antara dua wilayah, yaitu Kabupaten Majalengka di bagian barat dan Kabupaten Kuningan di bagian timur. Ciremai berasal dari kata Pencecereman yang artinya perundingan atau musyawarah, selain itu juga nama Ciremai sering dikaitkan dengan banyaknya buah Cereme yang tumbuh di sekitar gunung.
Terdapat lima jalur pendakian resmi, yaitu Apuy, Palutungan, Linggarjati, Linggasana, dan Trisakti Sadarehe. Diantara kelima jalur tersebut, untuk saat ini Jalur Apuy dan Jalur Palutungan lah yang sering dilewati para pendaki. Namun, semua jalur pastinya memiliki pertimbangan masing-masing. Pada pendakian kali ini, saya dan empat teman lainnya: Sem, Devon, Yola, dan Windy memutuskan untuk melewati Jalur Apuy. Dikarena jalur ini merupakan jalur tersingkat, ya walaupun tidak terlalu landai dan akses menuju basecamp yang terbilang sulit, tradeoff lah.
ADVERTISEMENT

Persiapan Perjalanan

Di awal Januari 2024 kami telah merencanakan akan mendaki setelah UAS berakhir, segala persiapan dari perlengkapan, fisik, logistik, dan informasi terkait gunung ini pun kami lakukan. Pendaftaran juga sudah kami lakukan secara online melalui website TNGC. Tibalah Sabtu, 10 Februari 2024 sore hari kami berangkat menuju Majalengka menggunakan mobil pribadi dari Jakarta, perjalanan kami tempuh sekitar 3 jam melalui jalan tol. Sesampainya di Majalengka kami kembali menyiapkan beberapa logistik dan bermalam di salah satu hotel sebelum esoknya memulai pendakian.

Perjalanan Day-1

Hari pendakian pun tiba, rata-rata kami berlima telah bangun pukul 04:00 untuk mandi dan merapikan kembali barang-barang. Sekitar pukul 06:00 kami berangkat ke Terminal Maja, ya karena jalur menuju basecamp sulit maka kami memutuskan menggunakan mobil pickup untuk menuju ke Basecamp Apuy. Perjalanan menuju basecamp sekitar 1 jam dan tarif pickup dari Terminal Maja adalah Rp600.000 sudah PP.
ADVERTISEMENT
Namun, karena akang pickupnya telat menjemput alhasil kami baru berangkat pukul 08:00 dan sampai sekitar pukul 09:00. Selama perjalanan kami melewati permukiman penduduk dan juga ladang pertanian yang asri. Sesampainya di basecamp kami melakukan pendaftaran ulang dan membayar simaksi Rp75.000/orang, harga ini sudah termasuk kupon makan yang bisa ditukar di warung basecamp, pemeriksaan kesehatan, dan sertifikat pendakian (ketika turun baru diberikan).
Setelah sarapan, bincang sejenak, dan melakukan pemanasan kami memutuskan memulai pendakian pukul 10:12. Terdapat 6 pos yang harus dilalui dan kami berencana akan mendirikan tenda di pos 5.

Basecamp - Pos 1 Arban

Perjalanan sesungguhnya baru saja dimulai, trek dari basecamp menuju pos satu merupakan trek yang paling mudah dilalui. Selain trek yang relatif landai dan didominasi dengan tanah serta batuan (karena motor masih bisa masuk untuk keadaan emergency) membuat awal perjalanan masih terasa menyenangkan. Akan tetapi, karena terdapat dua teman yang baru pertama kali mendaki, awal trek sudah terasa sangat berat bagi mereka, maklum badan belum panas. Tiba di pos satu pukul 10:38, kurang lebih perjalanan kami lalui dengan waktu 30 Menit.
ADVERTISEMENT

Pos 1 Arban - Pos 2 Tegal Pasang

Setelah istirahat 10 menit di pos 1, kami melanjutkan perjalanan. Trek dari pos 1 ke pos 2 merupakan trek terjauh yang akan dilewati sekaligus trek yang lumayan menanjak. Karena kami melakukan pendakian santai maka di perjalanan kami menyempatkan untuk beristirahat sejenak di tengah trek sebelum sampai di pos 2. Kami tiba di pos 2 pukul 11:46, artinya memerlukan waktu 1 jam perjalanan dari pos 1. Sama seperti sebelumnya kami beristirahat 10 menit.

Pos 2 Tegal Pasang - Pos 3 Tegal Masawa

Kami melanjutkan berjalan ke pos 3 pukul 12.00, trek tidak begitu menanjak dan tidak begitu landai, tetapi pada saat itu terdapat pohon tumbang yang cukup besar di jalur pendakian. Sehingga, kami perlu melangkahinya. Sampai di Pos 3 Tegal Masawa pukul 12:38, jadi estimasi sekitar 40 menit perjalanan.
ADVERTISEMENT

Pos 3 Tegal Masawa - Pos 4 Tegal Jamuju

Seperti biasa setelah beristirahat 10 menit, kami melanjutkan ke pos berikutnya, Tegal Jamuju. Treknya tidak begitu jauh dari pos 3, tetapi full menanjak. Dari pos 3 berangkat pukul 12:50 dan sampai di pos 4 pukul 13:28, berarti estimasi 40 menit.
Nah, di pos 4 ini karena sudah siang kami melakukan makan siang terlebih dahulu untuk mengisi kembali tenaga. Kami memakan nasi, tempe, tahu, dan telur yang telah dibungkus dari warung ketika sarapan tadi, tujuannya agar kami ga repot-repot karena harus memasak terlebih dahulu.
Kami cukup lama menghabiskan waktu di pos 4, sekitar 40 menit, karena salah satu teman kami kakinya juga keram. Alhasil harus diberikan EthylChloride dan Counterpain Cool sembari sedikit dipijat.
ADVERTISEMENT

Pos 4 Tegal Jamuju - Pos 5 Sanghyang Rangkah

Setelah beristirahat kami beranjak pukul 14:12, pos 4 menuju pos 5 ini jalur yang 11-12 lah sama jalur sebelumnya. Di jalur ini juga kami kembali beristirahat di tengah-tengah trek karena jalurnya yang menanjak, bahkan di beberapa tanjakan bisa sampai lutut menyentuh dada. Kami tiba di Pos 5 Sanghyang Rangkah pukul 15:06.
trek dari pos 4 - pos 5; sumber: galeri panulis

Pos 5 Sanghyang Rangkah

Karena kami mendaki di hari minggu, sehingga sesampainya di Sanghyang Rangkah hanya terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kami dan satu kelompok lainnya. Kami langsung menentukan lokasi berdirinya tenda, dan memutuskan mendirikan persis di samping emergency shelter.
Kami membagi tugas, saya bersama Sem dan Devon mendirikan tenda dan flysheet, sedangkan Yola dan Windy merapikan dan memasukan barang-barang ke dalam tenda. Belum selesai kami memasang, hujan turun dengan lumayan derasnya sehingga membuat kami bergegas masuk ke tenda.
ADVERTISEMENT
Sesudah kami berlima masuk, kami mengeluarkan nesting dan kompor untuk menyeduh energen yang telah kami bawa. Setelah itu, sembari menunggu makan malam yang sesungguhnya kami mencoba untuk beristirahat dengan harapan semoga malam nanti hujan sudah reda.
Akan tetapi, ternyata sampai jam 18:00 pun hujan belum reda juga, malah semakin malam hujan semakin deras. Akibat pemasangan tenda yang belum maksimal, alhasil beberapa pasak untuk flysheet dan outer tenda copot. Saya keluar untuk mencoba memperbaikinya, sembari mencari kayu dan tongkat di sekitar campsite agar flysheet dapat lebih kokoh berdiri.
Setelah itu kami pun memasak, menu pada malam itu terbilang sangat nikmat karena kami memasak tomyum, ayam goreng, dan rendang. Saya dan Windy kebagian untuk memasak tomyum, sedangkan Yola, Sem, dan Devon memasak ayam goreng serta rendang.
ADVERTISEMENT
Selesai saya dan Windy memasak tomyum, agar segera makan karena sudah lapar maka kami langsung memasak nasi. Semua menu sudah siap sekarang waktunya makan malam!
Suasana yang hangat diiringi suara rintikan hujan menambah keakraban pada malam itu, selesai makan kami memutuskan untuk merendam saja terlebih dahulu nesting dan peralatan makan (maklum mager).
*** perlu diperhatikan, karena di Ciremai terdapat bagas (babi ganas) sehingga segala makanan diusahakan agar tidak tercium baunya. Bisa dengan diikat kencang kemudian digantung di pohon.
suasana mendirikan tenda; sumber: galeri penulis

Perjalanan Day-2

Di hari kedua cuaca masih saja turun hujan, walaupun hanya gerimis, tetapi kami pesimis jika summit hanya akan melihat kabut. Jadi, kami tidak menuntut harus summit pagi buta agar dapat melihat sunrise, yang penting bisa ke puncak dan manyaksikan pemandangan di bawahnya. Windy-lah yang pertama bangun, mungkin dia sudah bangun pukul 03:00 karena memang sebelum tidur kami berjanji akan bangun di jam sekian. Namun, pada akhirnya kami ber-empat baru bangun pukul 03:30-an. Kami langsung menyeduh Milo untuk diminum sebagai energi di pagi hari sembari mempersiapkan alat-alat yang esensial untuk selalu dibawa.
ADVERTISEMENT

Pos 5 Sanghyang Rangkah - Pos 6 Goa Walet

Setelah azan subuh kurang lebih jam 04:50 kami baru memulai perjalanan summit. Dengan keadaan yang masih gelap kami berjalan dengan hati-hati. Ingat, karena ini summit maka jalur pendakian akan terus menanjak dan semakin terjal tentunya. Awalnya kami masih berjalan di bawah rimbunnya pepohanan dan trek yang didominasi tanah serta akar, tetapi semakin mendekati Pos 6 Goa Walet vegetasi semakin berkurang dan trek yang juga didominasi bebatuan.
Namun, sebelum sampai di Pos 6 Goa Walet kita akan berjumpa dengan persimpangan Jalur Apuy dan Palutungan, jika sudah sampai di sini berarti pos 6 sudah dekat. Karena kami berjalan santai, estimasi dari pos 5 ke pos 6 sekitar 2 jam, itupun kami sudah termasuk waktu istirahat yang cukup lama. Pos ini dinamakan Goa Walet karena memang terdapat gua tepat di bawah pos 6, gua ini terbentuk akibat erupsi terakhir Gunung Ciremai pada tahun 1917. Di mulut gua juga terdapat sumber air, tetapi debitnya sangat kecil.
ADVERTISEMENT

Pos 6 Goa Walet - Puncak

Setelah berfoto-foto, perjalanan kami lanjutkan. Tak butuh waktu lama kami sudah dapat mencium aroma belerang, ini menandakan puncak semakin dekat. Perjalanan sekitar 30 menit dengan trek yang semakin terjal, kami berhasil menginjakan kaki di puncak Gunung Ciremai, titik tertinggi bumi pasundan. Puncak Ciremai dinamakan Puncak Majakuning, ini merupakan akronim dari Majalengka dan Kuningan. Sungguh, pemandangan pertama yang akan kalian saksikan di sini adalah kawah Gunung Ciremai, dengan danau belerang yang warnanya kehijauan serta awan yang membentang bak samudra.
Bersyukur sekali kami dapat diberikan kesempatan untuk menyaksikan secara langsung hasil goresan karya seni nan indah ciptaan-Nya. Sama halnya seperti gunung-gunung sebelumnya, di sini kami semakin menyadari bahwa manusia hanya makhluk yang begitu kecil dan lemah.
ADVERTISEMENT
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, kami mengambil dokumentasi sebanyak-banyaknya. Kami ingin agar cerita perjalanan ini dapat terus dikenang dan dirasakan kembali, karena tidak mungkin kami dapat mengulang momen ini dengan orang dan suasana yang sama.
Kami juga menyeduh teh manis hangat di sini, dengan kompor yang kami bawa, tetapi lucunya nesting lupa untuk dimasukan. Alhasil, kami meminjam dari kelompok lain yang kebetulan membawa.
pemandangan kawah dari puncak; sumber: galeri penulis

Perjalanan Turun

Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 08:30, dengan matahari yang semakin terik mengisyaratkan kami harus segera turun. Perjalanan turun terasa sangat melegakan, dengan cahaya yang sudah sepenuhnya menerangi trek. Seperti biasa kami menaikan kecepatan ketika turun, tetapi harus tetap berhati-hati, ya!
Sampai di Pos 5 Sanghyang Rangkah pukul 09:30an. Kami kembali membagi tugas, saya dan Sem melipat tenda, Devon membersihkan sampah, Yola dan Windy memasak sarapan. Sembari menunggu masakan, kami menjemur beberapa pakaian dan sepatu yang masih lembab karena hujan semalam suntuk dengan menggantung di tali prusik yang diikat di antara dua pohon.
ADVERTISEMENT
Setelah makan dan istirahat kami memulai perjalanan untuk turun. Pukul 13:35 kami start berjalan, pada awalnya kami hanya berjalan cepat, tetapi entah kenapa pada akhirnya kami berlari. Sem berada di paling depan untuk menentukan jalur yang aman, Yola dan Devon tepat dibelakangnya, Windy dan saya berada di barisan paling belakang.
Kami tiba di basecamp pukul 15:36, jadi sekitar 2 jam perjalanan turun dengan berlari. Tentu, berlari bukan berarti tanpa beristirahat, kami menyempatkan untuk tetap beristirahat di pos 3 dan pos 1.
Sesampainya di basecamp, tanpa aba-aba kami langsung menuju ke salah satu warung untuk melepas dahaga dan melemaskan kaki. Kami juga mengganti pakaian di toilet yang tersedia, dan saya melaksanakan sholat ashar sekaligus jamak zuhur di musola.
ADVERTISEMENT
Setelah menerima sertifikat bukti pernah mendaki Ciremai, kami berpamitan dengan petugas basecamp serta penjaga warung untuk pulang, karena kondisi yang semakin larut.
Kami menaiki pickup untuk kembali ke Terminal Maja, dari basecamp kami turun pukul 17:30 dan sampai di terminal satu jam setelahnya. Sesudah itu, kami langsung memasukan carrier ke bagasi mobil dan tak lupa berpamitan dengan Kang Iwan selaku supir pickup. Dengan perasaan senang sekaligus cape pastinya, kami kembali menuju Jakarta.

Akhir Kata

Mampu menginjakan kaki di titik tertinggi Provinsi Jawa Barat merupakan pengalaman baru bagi saya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, momen ini tidak mungkin terulang dua kali dengan orang dan suasana yang sama. Saya mengucapkan terima kasih kepada Sem, Devon, Yola, dan Windy yang telah membuat perjalanan kali ini menjadi sangat berkesan dan hangat. Juga Kang Dayat sebagai porter sekaligus teman baru yang sangat baik dan sabar.
ADVERTISEMENT

Ringkasan Perjalanan

Kontak Basecamp : +6281573216372
Kontak Pickup : +6282121131878 (Kang Iwan)
Kontak Porter : +6282126367809 (Kang Dayat)
Simaksi : Rp75.000
Sumber Mata Air : Pos 1 menuju Pos 2, Pos 5, dan Pos 6
Basecamp - Pos 1 Arban : 30 menit
Pos 1 Arban - Pos 2 Tegal Pasang : 60 menit
Pos 2 Tegal Pasang - Pos 3 Tegal Masawa : 40 menit
Pos 3 Tegal Masawa - Pos 4 Tegal Jamuju : 60 menit
Pos 4 Tegal Jamuju - Pos 5 Sanghyang Rangkah : 50 menit
Pos 5 Sanghyang Rangkah - Pos 6 Goa Walet : 120 menit
Pos 6 Goa Walet - Puncak : 30 menit
ADVERTISEMENT