Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Faktor Penyebab Zac Posen Tutup Label Fashion Miliknya
4 November 2019 8:53 WIB
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak mampu lagi bersaing, desainer Zac Posen tutup label fashion miliknya. Telah 20 tahun berkecimpung di industri fashion, Zac Posen merupakan desainer red carpet favorit selebriti dari mulai Gwyneth Paltrow, Katie Holmes sampai Putri Eugenie yang mengenakan gaun rancangannya pada pesta pernikahannya. Lulusan sekolah fashion kenamaan Central Saint Martins ini memulai kariernya pada tahun 2001. Rancangannya berfokus pada gaun malam berkonstruksi klasik. Didukung kepribadian yang bubbly dan lingkungan pertemanan dengan selebriti dan sosialita muda Amerika, Zac Posen pun menjadi seorang media darling. Namun hal tersebut belum cukup untuk menjamin kesuksesannya di industri fashion. Penulis mencoba menganalisis faktor penyebab yang membuat Zac Posen gagal bersaing hingga harus sampai menutup label fashion miliknya.
ADVERTISEMENT
Tak Ada Lini Aksesori
Kini pemasukan utama dari sebuah label fashion datang dari penjualan lini aksesori. Dari mulai tas, sepatu, dompet, syal dan gantungan kunci. Bahkan untuk label sekelas Fendi dan Louis Vuitton, aksesori masih menjadi cash flow dibanding penjualan pakaian. Sayangnya Zac Posen terlalu berfokus pada kreasi gaun malam. Tak semua orang akan membeli gaun setiap harinya. Sekalipun Zac Posen juga menghadirkan dress untuk sehari-hari hingga membuat lini sekunder dengan harga yang lebih terjangkau bernama Z Spoke namun tetap saja gagal untuk mengembangkan bisnisnya.
Relevansi dengan Selera Pasar
Relevansi menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan desainer dalam mengembangkan bisnisnya. Sekalipun memiliki ciri khas sebagai desainer gaun malam, namun sebenarnya bukan berarti Zac Posen tak memiliki cara untuk bisa relevan dan menjangkau pasar yang lebih luas lagi. Rodarte, label fashion basis New York yang berfokus pada gaun bergaya romantis dan whimsical, juga turut menjual hoodie dan T-shirt dengan tulisan ‘Radarte’. Sebuah strategi yang mungkin berlawanan dengan visi estetis Rodarte di runway, namun tepat dalam membangun cash flow dan upaya agar relevan dengan selera pasar generasi muda.
ADVERTISEMENT
Kegagalan Lini Parfum
Selain aksesori, parfum dan kosmetik dapat menjadi cara bagi desainer untuk mengembangkan bisnis. Zac Posen pernah meluncurkan parfum namun kurang mendapat respon.
Kegagalan Zac Posen dalam menghadapi persaingan hingga harus menutup labelnya sendiri, menunjukan bahwa lebih dari sekadar bakat untuk bisa sukses di industri fashion. Desainer kini juga dituntut untuk memiliki insting bisnis, menggunakan media sosial dan tentunya mental dan stamina yang kuat. Mengingat desainer kini dalam setahun bisa merancang hingga delapan koleksi per tahun.
Zac Posen belum mengumumkan rencana selanjutnya. Namun selalu ada harapan bagi desainer yang menutup labelnya untuk kembali berkarier. Tengok Christian Lacroix yang sukses menjadi desainer kostum teater dan baru saja berkolaborasi dengan Dries Van Noten. Atau Donna Karan dengan label bentukannya Urban Zen yang berfokus pada wellness lifestyle.
ADVERTISEMENT
“Saya butuh waktu sejenak untuk berpikir mengenai rencana selanjutnya. Selama ini saya selalu berfokus pada label saya. Sekarang, adalah fase baru bagi saya,” ujarnya seperti dikutip dari situs WWD.