Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Koleksi Penuh Warna dan Logo Menjadi Strategi Bisnis Marc Jacobs Hadapi Pandemi
30 Juni 2021 11:26 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:46 WIB
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah absen selama setahun lebih Marc Jacobs kembali menggelar fashion show untuk koleksi fall/winter 2021. Berlangsung di New York Public Library pada Senin 28 Juni 2021 dan dihadiri secara terbatas, Vogue melaporkan bahwa setiap tamu undangan yang hadir wajib melampirkan bukti telah melakukan vaksinasi, Marc Jacobs menawarkan ragam outerwear bersiluet oversized dan maxi dress dalam warna-warna vibran.
ADVERTISEMENT
Marc Jacobs menyebut koleksi terbarunya ini sebagai “Happiness”. “Sebuah perjalanan kembali untuk melakukan apa yang kita senangi, dalam sebuah kondisi yang penuh akan kehilangan, kesendirian, ketakutan, kecemasan, dan ketidakpastian. Saya ingin kembali mengingatkan akan betapa pentingnya kreativitas dalam eksistensi kita. To life.” jelasnya mengenai inspirasi koleksi ini.
Eksplorasi kreativitas memang telah kembali menjadi tema besar setelah tahun lalu desainer beradaptasi dengan situasi pandemi. Kecenderungan ini mulai terlihat di perhelatan Menswear Fashion Week di Milan dan Paris di minggu sebelumnya. Penjualan yang kembali membaik dan pelaksanaan vaksin disinyalir menjadi faktor pendorong.
Berbicara desain, kreasi teranyar Marc Jacobs ini jika dilihat memang terbilang ekstrem untuk diaplikasikan untuk aktivitas sehari-hari. Seperti jaket oversized dikenakan dengan rok dan celana panjang berpotongan lebar, atau puffer coat panjang dengan maxi dress?! Namun jika dibedah secara individu, Marc menawarkan ragam statement items yang mudah dipadukan dengan busana sehari-hari. Semisal Anda bisa mengenakan jaket puffer oversized tersebut dengan kaus dan celana jeans favorit.
Elemen lain yang mencuri perhatian dari koleksi ini adalah kreasi berhiaskan logo Marc Jacobs. Kehadirannya seolah menandai akan pendekatan bisnis baru dari label ini. Bagi seorang desainer yang kreasinya selalu berubah-ubah setiap musim dan acapkali menjadi barometer tren, Marc Jacobs hampir tidak pernah menghadirkan logo dalam koleksi runway. Namun kali ini adanya logo tentu tak ada kaitannya dengan tren logomania akan tetapi lebih kepada bisnis.
ADVERTISEMENT
Prospek bisnis Marc Jacobs
Grup fashion LVMH sebagai pemilik label Marc Jacobs dan sejumlah label besar lainnya seperti Louis Vuitton, Dior dan Givenchy menyatakan dalam laporan keuangan tahun 2020 bahwa label Marc Jacobs untuk pertama kalinya berhasil mencetak profit setelah lima tahun sebelumnya terus merugi.
Bahkan Bernard Arnault selaku CEO dari LVMH pada tahun 2017 silam pada sebuah kesempatan ketika ditanya mengenai pendapatnya akan Donald Trump berujar, “Saya lebih mencemaskan (bisnis) Marc Jacobs dibandingkan Presiden Amerika Serikat,”.
Semenjak mundur sebagai creative director Louis Vuitton pada 2013 lalu Marc Jacobs memang kembali berfokus mengembangkan label pribadinya bahkan berambisi untuk melakukan IPO seperti rivalnya Michael Kors. Restrukturisasi dimulai dengan secara mengejutkan ia menutup label sekundernya yakni Marc by Marc Jacobs yang dinilai menjadi salah satu sumber pemasukan utama bisnisnya. Perubahan juga terjadi di pucuk pimpinan bisnis. Robert Duffy yang merupakan rekan bisnis Marc Jacobs dari mulai ia meniti karier di era 1990-an mundur dan digantikan oleh Sebastian Suhl, mantan CEO Givenchy, pada tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Tak bertahan lama, pada tahun 2017 Suhl digantikan oleh Eric Marechalle yang sebelumnya sukses menangani label lain milik LVMH yakni Kenzo hingga sekarang ini. Di bawah kepemimpinannya, pada tahun 2019 lalu Marc Jacobs mencoba kembali peruntungan lewat lini sekunder baru yang diberi nama The Marc Jacobs. Dengan harga yang lebih terjangkau, desain yang unik lewat sejumlah proyek kolaborasi seperti dengan tokoh kartun dari Peanuts, lini pun menuai sukses terutama melalui koleksi tas Snapshot.
Aksesori juga menjadi salah satu elemen yang nampak terlupakan pada koleksi runway teranyar dari Marc Jacobs terkecuali topi dan sepatu platform yang kurang fungsional. Hal tersebut seolah merefleksikan strategi yang sedang diterapkan di mana koleksi runway hanya untuk kepentingan brand positioning semata. Yakni sebagai marketing tool untuk kebutuhan konten digital, arena red carpet dan tentunya promosi bagi lini The Marc Jacobs yang lebih menguntungkan dari segi bisnis.
ADVERTISEMENT