Konten dari Pengguna

Dari Sekutu Menjadi Rival: Analisis Perselisihan antara Ian Khama dan Masisi

Regina Indah Nuraini
I am an International Relations student who currently study at Universitas Mulawarman for 2 years. During this period, I have improving my skill such as writing, editing, and languages in purpose to continuing my interest on them.
10 September 2024 7:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Regina Indah Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Sumber: Claudio Schwarz (Unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Sumber: Claudio Schwarz (Unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Botswana merupakan negara di Afrika bagian Selatan yang relatif jarang memiliki isu politik karena stabilitas politik di negara tersebut sangat terjaga. Kandidat calon presiden akan dipilih oleh presiden yang sedang menjabat dan rakyat akan melakukan pemilihan umum untuk masa jabatan 5 tahun. Namun, bukan berarti Botswana tidak memilki dinamika politik di dalam negaranya, isu politik terbesar di negara tersebut adalah ketegangan antara Ian Khama, mantan presiden Botswana dengan Mokgweetsi Masisi, presiden Botswana saat ini.
ADVERTISEMENT
Ian Khama (Presiden Botswana 2008-2018) menunjuk Mokgweetsi Masisi pada tahun 2018 sebagai kandidat calon presiden yang merupakan anggota dari partai yang sama dengannya yaitu Botswana Democratic Party (BDP). Setelah pemilihan umum dilakukan, Presiden Masisi akhirnya terpilih dan menjalankan jabatannya sampai tahun 2024.
Setelah menjabat sebagai presiden, Masisi menghapuskan kebijakan yang dibentuk oleh Ian Khama mengenai larangan berburu dan Direktorat Penuntutan Publik (DPP) Botswana, sebuah direktorat yang dibentuk oleh Masisi untuk menjalankan program anti-korupsi melayangkan tuduhan kepada Bank Sentral Afrika Selatan membantu Ian Khama dan rekannya melakukan transaksi sebesar $10 miliar ke rekening rahasia di luar negeri. Hal ini kemudian memperpanas hubungan di antara keduanya.
Ketegangan di antara keduanya juga mulai terlihat saat Ian Khama meminta hak istimewa seperti penambahan staf keamanan bersenjata sebanyak 15 orang dan pengangkatan saudaranya Tshekedi Khama sebagai Wakil Presiden.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah di tahun 2019 ketika Ian Khama memutuskan untuk keluar dari BDP dan mendirikan partai politiknya sendiri, Botswana Patriotic Front (BPF). Sejak saat itu, Ian Khama menjadi sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh Presiden Masisi. Salah satu tuduhan yang diberikan BPF kepada Presiden Masisi adalah bahwa ia telah mengambil tanah pertanian utama milik pemerintah dan memberikan saudaranya kontrak pemerintah senilai $50 juta tanpa melalui proses tender.
Hingga saat ini, ketegangan antara Ian Khama dan Mokgweetsi Masisi masih terus berlanjut dengan kabar terakhir bahwa Masisi berusaha menghalangi Ian Khama untuk berpartisipasi secara aktif dengan adanya white paper yang menjelaskan bahwa mantan presiden di Botswana dilarang untuk aktif berpartisipasi ke dalam politik.
ADVERTISEMENT