Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Suku Mosuo di Tiongkok : Wanita sebagai Pemimpin, Apa Saja Keunikannya?
17 November 2022 11:11 WIB
Tulisan dari Regina Indah Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi hal yang lumrah di dunia ini jika pria mengambil peran besar dalam memimpin. Biasanya pria kerap dijadikan patokan untuk mengambil keputusan, baik dari hal kecil maupun hal besar. Selain itu, pria juga sering digambarkan sebagai sosok yang melakukan pekerjaan seperti bertani dan beternak.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika di salah satu belahan di dunia ini terdapat wilayah dimana wanita memiliki andil besar dalam kehidupan sehari-hari?
Di Tiongkok, tepatnya di gunung sebelah barat daya yang berdekatan langsung dengan perbatasan Burmese, hidup sekelompok suku manusia yang didominasi oleh wanita, Mosuo. Wilayah ini kerap disebut sebagai 'Tanah dimana perempuan memimpin'
Suku Mosuo memiliki beberapa keunikan yang membedakan mereka dari suku-suku pada umumnya. Yaitu :
1. Struktur Keluarga yang Unik
Suku Mosuo yang hidup di kaki Gunung Himalaya ini memiliki populasi sebanyak 40.000 orang dengan keunikan struktur keluarga. Pada umumnya, yang menjadi kepala keluarga adalah seorang laki-laki. Namun, di dalam tradisi suku ini wanita yang mengambil alih peran kepala keluarga, lebih tepatnya adalah wanita tertua di dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Di dalam rumah yang diisi oleh keluarga besar, seorang nenek akan memiliki peran terbesar di dalam rumah tersebut. Ia yang akan menentukan seluruh keputusan dalam keluarga. Setelah ia meninggal, maka peran tersebut akan diturunkan kepada anak perempuan atau keturunan perempuannya yang lain.
2. Tradisi Walking Marriages
Tradisi unik mengenai pernikahan di suku ini dinamakan ‘Walking Marriages’ yaitu wanita diperbolehkan memiliki banyak pacar sebanyak yang mereka inginkan selama masa hidup mereka. Setelah berusia 13 tahun, wanita suku Mosuo diperbolehkan untuk menjalankan tradisi Walking Marriages.
Pasangan yang melakukan tradisi Walking Marriages ini akan berkencan di danau ataupun jembatan yang popular sebagai tempat kencan para pasangan yang berada dalam tradisi tersebut.
Selain kedua tempat itu, kencan akan dilakukan di rumah wanita dimana pria akan mendatangi rumah si wanita dan menginap selama semalam dan akan kembali ke keluarganya keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
3. Flower House, Rumah Abadi bagi Wanita Suku Mosuo
Rumah yang ditinggali oleh keluarga besar suku Mosuo Bernama Flower House. Anak-anak perempuan suku ini biasanya akan tidur Bersama dengan nenek mereka sampai umur 13 tahun. Setelah berumur lebih dari 13 tahun, mereka akan mendapatkan kamar mereka sendiri di rumah tersebut.
Wanita suku Mosuo tidak pernah meninggalkan rumah keluarga mereka. Walaupun memiliki anak, peran ayah akan diambil oleh saudara laki-laki atau paman mereka. Namun, pasangan atau ayah dari anak mereka boleh berkunjung ke rumah keluarga pada malam hari karena pada siang hari, pasangan atau ayah dari anak mereka akan menjaga anak dari saudara perempuan mereka sendiri.
4. Peran Besar Wanita
Peran besar wanita di suku ini sangat terlihat dimana wanita akan mengerjakan segala hal mulai dari beternak, bertani, mencuci, dan menyiapkan makanan. Suku Mosuo mendapatkan sumber makanannya dari beternak dan bertani. Karena perempuan bekerja sangat keras, pria suku Mosuo memiliki banyak waktu luang.
ADVERTISEMENT
Di wilayah mereka, terdapat supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun, mereka masih asing dengan konsep supermarket sehingga lebih memilih untuk beternak maupun bertani untuk mendapatkan bahan-bahan makanan mereka. Selain itu, orang suku Mosuo tidak berbelanja di supermarket karena harga barang pokok cenderung mahal mengetahui pendapatan tahunan mereka kurang dari US$200.
5. Baju Tradisional yang Dibedakan Warnanya Berdasarkan Umur
Di suku Mosuo, baju tradisional akan dibedakan warnanya berdasarkan umur. Anak-anak muda cenderung suka memakai baju berwarna terang, orang-orang dewasa menyukai baju berwarna solid, sedangkan orang-orang tua lebih menyukai baju dengan warna yang gelap.
Namun, baju tradisional ini tidak digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Baju tradisional suku Mosuo banyak digunakan oleh orang-orang tua karena mereka tidak akan melakukan banyak pekerjaan berat lagi sehingga tidak akan mengganggu aktivitas mereka.
ADVERTISEMENT
Baju tradisional suku Mosuo dibuat dengan cara dianyam. Banyak orang-orang tua yang mengajarkan cara menganyam kepada anak-anak muda dengan tujuan melestarikan tradisi. Namun, tantangan yang kerap dihadapi oleh suku Mosuo adalah enggannya anak-anak muda untuk belajar menganyam karena mereka lebih tertarik pada dunia luar. Hal inilah kemudian yang dianggap menjadi ancaman bagi suku Mosuo terhadap tradisi mereka.
Walaupun hidup dengan sistem Matriarki, wanita suku Mosuo tidak sama sekali diistimewakan. Justru para wanita inilah yang bekerja paling keras di lingkungan tempat tinggal mereka. Meskipun begitu, mereka sangat bahagia dengan kehidupan mereka karena melalui kerja keras mereka dengan beternak dan bertani untuk mendapatkan sumber makanan, mereka bisa menghindari ancaman kemiskinan dan kelaparan dengan cara mereka sendiri.
ADVERTISEMENT