Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dilema di Balik Paradigma Kesehatan dengan Tren 'Plus Size'
18 Januari 2022 12:03 WIB
Tulisan dari Regina Marcella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun ini, sebuah tren citra tubuh positif mulai mengambil arus di era globalisasi ini. Masyarakat di seluruh dunia mulai mencintai berbagai bentuk tubuh mereka baik kurus, sedang, hingga obesitas. Orang-orang mulai menegaskan bahwa tubuh yang bagus adalah tubuh yang kita cintai sendiri, bahwa tidak ada tubuh yang buruk dari bagaimanapun bentuk dan ukurannya. Tren inilah yang mengubah perkembangan jalur mode di berbagai belahan dunia. Perusahaan-perusahaan fesyen ternama seperti Forever21, Abercrombie + Fitch, Nike, dan masih banyak lagi sudah mulai mengadopsi dan memopulerkan berbagai desain khusus untuk orang-orang bertubuh plus size. Namun, tidak seluruh kalangan masyarakat menerima perubahan tren citra tubuh positif ini. Masih banyak orang yang tidak setuju atas dukungan terhadap orang-orang plus size yang diarak-arak oleh tren ini. Penolakan ini berdasarkan opini bahwa berat badan lebih akan mengundang komplikasi kesehatan. Maka kalangan tersebut menolak tren ini yang secara tidak langsung menormalisasikan obesitas pada depan.
ADVERTISEMENT
Pandangan mencintai tubuh
Tren ini berasal dari pandangan di mana semua manusia harus mencintai tubuhnya masing-masing bagaimanapun bentuk dan ukurannya. Tren ini juga ingin masyarakat memahami bahwa nilai seseorang tidak hanya berasal dari tubuh, namun sifat dan persona kita. Pengubahan pendapat banyak orang bukan merupakan hal yang mudah untuk dicapai, namun berdasarkan penelitian dari American Psychological Association, ketidakpuasan pria dan wanita atas bentuk dan ukuran tubuhnya sudah menurun. Masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia, mulai mencintai segala bentuk tubuh mereka dan mengubah pandangannya atas tubuh yang indah dan natural. Kendati begitu, mencintai tubuh tanpa memperhatikan kesehatan kita merupakan hal yang sangat naif.
Paradigma terhadap obesitas
Paradigma kesehatan dunia menyatakan bahwa tubuh yang obesitas atau kelebihan berat badan adalah tubuh yang tidak sehat. Hal ini berasal dari menyatakan bahwa tubuh berukuran plus size merupakan tubuh yang buruk dan cacat. Paradigma ini berdasar dari pandangan bahwa obesitas berasal dari kelebihan pemasukan kalori dibandingkan pembakaran kalori setiap harinya. Seperti yang dikatakan oleh sebuah peneliti Harvard, Bruce Spiegelman, dalam wawancara oleh Stat “Jika anda adalah ilmuwan yang serius, (kelebihan kalori sebagai penyebab obesitas) adalah hal yang tak diragukan lagi.” Dengan paradigma ini, kita mengasumsi bahwa tubuh obesitas diakibatkan oleh kurangnya pengendalian diri atas kerakusan, sehingga banyak masyarakat yang menghina atau melakukan body shaming terhadap para obesitas.
ADVERTISEMENT
Plus Size dan bugar
Bayangkan tubuhmu sebagai sebuah mesin yang bekerja setiap harinya. Apakah mesin yang kecil adalah mesin yang terbaik? Atau mesin yang besar adalah mesin yang buruk dan cacat? Tentu saja tidak. Kita harus melihat ke dalam mesin tersebut untuk menilai kondisi dari mesin tersebut. Sama halnya seperti tubuh manusia yang besar maupun kecil. Kita tidak dapat menilai kondisi dan kesehatan tubuh hanya dari eksteriornya. Banyak faktor yang harus ditimbang untuk menilai kesehatan tubuh seperti gula darah, tekanan darah, kolesterol, dan lain-lain. Tentu obesitas dapat menjadi penanda serta penyebab dari komplikasi tersebut, namun ukuran dan berat badan tidak menjadi satu-satunya indikator akan kesehatan tubuh. Dengan melihat survei kesehatan di Amerika Serikat yang dilansir oleh web Nourish by WebMD, bahwa hampir setengah dari orang obesitas di Amerika Serikat memiliki kesehatan yang normal. Maka, obesitas sendiri tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab komplikasi kesehatan. Ditambah lagi, berdasarkan riset yang dilakukan oleh American Journal of Clinical Nutrition, kelebihan berat badan tidak hanya berasal dari surplus kalori dan pola makan yang buruk, namun juga dari genetik dan terutama bagaimana tubuh mengatasi tingkat hormon serta gula. Kesalahan paradigma inilah yang menyebabkan banyaknya kesalahpahaman atas tubuh plus size.
ADVERTISEMENT
Mengetahui hal di atas, tidak mustahil bagi seseorang untuk memiliki tubuh plus size dan tetap memiliki kesehatan yang optimal, seperti model plus size Erica Schenk. Erica Schenk merupakan model plus size pertama yang tampil dalam sampul majalah kebugaran ‘Women’s Running’. Model plus size asal Amerika Serikat yang masih berumur 18 tahun ini aktif melakukan aktivitas olahraga terutama berlari. Penampilannya pada sampul majalah kebugaran ternama tersebut merupakan pernyataan umum yang tegas mengatakan bahwa “orang gemuk juga bisa fit dan sehat”.
Di sisi lain, majalah ini juga menunjukkan bahwa walaupun berat badan secara khusus tidak perlu dihiraukan, kesehatan dan keaktifan tubuh tetap perlu dijaga. Olahraga teratur serta aktivitas rutin sangatlah vital untuk menjaga kesehatan pada masa kini. Bahkan Dr. Mike Loosemore, konsultan dokter fisiologi dari Institute of Sport Exercise & Health, mengatakan “Ada sejumlah penelitian bagus yang menunjukkan jauh lebih baik menjadi gemuk dan bugar daripada kurus dan tidak bugar.”
ADVERTISEMENT
Pada masa kini, perkembangan tren dan kampanye citra tubuh positif telah menyebar hampir ke seluruh kalangan masyarakat. Dengan berbagai perusahaan besar dan ternama juga ikut menyebarkan kampanye positif ini, masyarakat dunia mulai memahami pentingnya mencintai tubuh mereka serta kesehatanya. Namun, diperlukan pembenaran terhadap paradigma kesehatan yang tragisnya masih belum tepat.