Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia: Perjuangan Buruh yang Berujung Pilu
2 Mei 2024 14:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari rendiyanto173 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah SOBSI
1 Mei sama-sama diperingati Hari Buruh Nasional, dimana perjuangan terkait kesejahteraannya belum tuntas hingga saat ini. Buruh merupakan individu penggerak modal atau mereka yang menjual jasa tenaganya kepada pemilik modal (borjuis). Kalau dalam konteks negara, buruh bisa kita sebutkan sebagai tiang penyangga ekonomi. Dalam kenyataannya, buruh diberi imbalan yang tidak seimbang atas jasanya dengan diberi upah yang selalu stagnan. Buruh terkadang dikekang oleh pemilik modal dengan diberikan jam kerja yang tidak manusiawi. Mereka tidak bisa bergerak bebas dalam melawannya karena diikat oleh yang namanya kontrak kerja. Oleh karena itu dibutuhkan juru selamat bagi kaum buruh dalam menuntunnya pada keadilan dan kesejahteraan. Siapakah juru selamat itu?. Mereka adalah suatu badan yang memperjuangkan hak-hak buruh yang bisa kita sebut pada hari ini sebagai organisasi buruh. Dalam arus sejarah Indonesia salah satu organisasi yang berusaha memperjuangkan hak-hak buruh adalah SOBSI.
ADVERTISEMENT
Kelahiran SOBSI tidak dapat kita pisahkan pada awal kemerdekaan Indonesia. Pada 15 September 1945 didirikan organisasi buruh yang bernama Barisan Buruh Indonesia (BBI). Pembentukan organisasi ini bisa dikatakan sebagai kemajuan karena pada era sebelumnya gerakan organisasi buruh dimatikan oleh Jepang. Pada tahun 1946 BBI ini dilebur menjadi Gerakan Serikat Buruh Indonesia (GASBI). Pada kenyataannya, GASBI sebagai tubuh organisasi mengalami perpecahan karena perbedaan pandangan, dimana pihak yang tidak setuju dengan GASBI keluar membentuk Gerakan Serikat Buruh Vertikal (GASBV). Namun atas dasar campur tangan Alimin dan Harjono dua organisasi kembali bersatu kembali dan terlahirlah SOBSI itu sendiri.
Pasca era Perang Revolusi Kemerdekaan, SOBSI masih tumbuh sebagai organisasi non-partai. Namun, dalam perjalanan aksinya SOBSI bergerak sesuai arus gelombang politik pada saat itu. SOBSI pada waktu dengan tegas menolak hasil Perjanjian Renville dan mengangkat senjata dalam melawan pihak penjajah. SOBSI pada waktu dengan tegas menolak hasil Perjanjian Renville dan mengangkat senjata dalam melawan pihak penjajah. Memasuki era 1950-an, dinamika perpolitikan buruh berubah ditandai dengan seluruh organisasi buruh berafiliasi dengan partai politik sebagai underbownya. SOBSI yang berpaham Komunisme Lenin-Stalinisme berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Dalam pergerakannya SOBSI berafiliasi dengan World Federation of Trade Unions (WFTU).
ADVERTISEMENT
Perjuangan Buruh
Sepak terjang SOBSI di Indonesia semakin naik ketika era Demokrasi Terpimpin. Ir. Soekarno pada waktu itu mencanangkan Manifestasi Politik (Manipol) yang salah satu isinya bahwa kaum buruh menjadi kekuatan pokok revolusi. Selain itu, konsep ajaran NASAKOM yang membuat PKI memiliki posisi penting dalam struktur pemerintahan membuat SOBSI tumbuh dengan sangat subur. Perjuangan SOBSI dalam mengayomi kaum buruh dapat terasa ketika adanya peristiwa kebijakan nasionalisasi perusahaan asing.
Study casus yang dapat kita lihat adalah kasus nasionalisasi perusahaan minyak di Balikpapan. SOBSI waktu itu mengontrol PERBUM (Persatuan Buruh Minyak) dalam menggerakkan buruh melawan pihak asing dalam mendukung upaya nasionalisasi perusahaan asing. PERBUM selalu bergerak lebih aktif dalam menyuarakan hak-hak buruh minyak, seperti kenaikan upah, syarat-syarat kerja, dan jaminan kesejahteraan sosial lainnya.
ADVERTISEMENT
Berakhirnya SOBSI
Akhir riwayat perjalanan SOBSI terjadi ketika adanya gerakan G30S yang berimbas terhadap pembersihan komunisme di Indonesia. SOBSI yang berada di bawah naungan PKI dibubarkan dan anggota SOBSI ditangkap dan kena hukuman. Pemerintah Orde Baru pada waktu itu melakukan detoksifikasi terhadap komunisme. Dekomunisasi ini menyebabkan SOBSI sebagai pelindung kaum buruh di cap jelek dan buruk walaupun program kerjanya memanusiakan kaum buruh. Cap buruk ini juga tidak hanya pada SOBSI namun semua ormas PKI seperti Gerwani, Pemuda Rakyat, Lekra, dan lainnya.
Bisa kita simpulkan bahwa perjuangan kaum buruh perlu disuarakan secara lantang terutama di era modern ini. Karena buruh juga butuh kesejahteraan dalam hidupnya, namun halangan bagi mereka terdapat sistem yang mengekangnya. Penderitaan kaum buruh akan terus terasa dan terus jalan sepanjang masa. Oleh karena itu dibutuhkan sosok yang bisa membebaskan mereka dari lingkaran penderitaan ini. Kita sebagai kaum muda dan intelektual yang akan menjadi perubah dan penentu masa depan bangsa termasuk nasib buruh. Pada momen hari ini yang pas pada tanggal 1 Mei yang diperingati sebagai Hari Buruh Nasional, mari kita semua jangan lupa akan buruh dan terus memperjuangkan nasib-nasib kaum buruh.
ADVERTISEMENT
Referensi
Kirom, S. (2013). Buruh dan Kekuasaan: Dinamika Perkembangan Gerakan Serikat Pekerja di Indonesia (Masa Kolonial - Orde Lama). AVATARA, 1(1): 9 - 15.
Pratama, A. R. (2024). Buruh Minyak, Revolusi, dan Pembungkaman Gerakan Kiri.