Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Opini: Posisi Strategis Lembaga Filantropi dalam G-20
2 Februari 2023 17:33 WIB
Tulisan dari Rendy Iskandar Chaniago tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bulan Desember 2021 Indonesia memimpin forum G-20, sebuah forum yang berangotakan 19 negara serta Uni Eropa yang mencakup 60% populasi dunia, 75% perdagangan global dan 80% produk bruto global. Kekuatan yang besar pada forum G-20 ini memiliki dampak yang signifikan terhadap isu global dan perekonomian dunia. G-20 selalu melahirkan joint communique yang berisikan komitmen negara anggota terhadap kesepakatan yang dihasilkan oleh forum.
ADVERTISEMENT
Pemulihan ekonomi global pasca pandemi menjadi tema yang dibawa dalam forum G-20. Pembahasan ini selanjutnya dibawa dalam dua jalur salah satunya jalur shrepa (sherpa track) yang membahas mengenai isu-isu global selain keuangan dan ekonomi global. Anggota G-20 juga membentuk engagement group yang terdiri dari kelompok-kelompok di luar pemerintah salah satunya adalah C-20 atau Civil 20.
C-20 menjadi forum penghubung antara masyarakat sipil dan pemerintah dalam menyampaikan suara dan rekomendasi untuk dituangkan dalam joint communique. C-20 telah melaksanakan serangkaian diskusi menjelang C-20 Summit pada 5-7 Oktober 2022 di Bali, Indonesia. Salah satu diskusi working group yang telah terlaksana adalah SDG’s and Humanitarian Working Group International Multi Stakeholders pada 23-24 Juni lalu, sebuah working group yang membahas percepatan pencapaian tujuan pembangunan global yang berkelanjutan dan dunia kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan SDG’s yang mempunyai beberapa tujuan seperti terwujudnya nol kemiskinan (no poverty), nol kelaparan (zero hunger), pendidikan berkualitas (quality education), berkurangnya kesenjangan (reduced inequalities), dan tujuan lainnya.
Pencapaian index pelaksanaan SDG’s di Indonesia sejak 2019 hingga 2021 juga belum menunjukan kenaikan yang signifikan. Tahun 2019 Indonesia berada di peringkat 102 dengan 64,2 poin lalu pada tahun 2020 saat COVID-19 melanda, Indonesia ada di posisi 97 dengan 66,3 poin, tahun lalu Indonesia memiliki poin 66,3 dan berada di rangking 97. Di antara negara ASEAN lainnya, ternyata peringkat Indonesia juga masih jauh dari beberapa negara lain, Thailand menempati urutan pertama dengan 74 poin, disusul Vietnam dengan 72 poin, Malaysia dengan 70 poin, Singapura dengan 69 poin, dan tepat di atas Indonesia Brunei dengan 68 poin.
ADVERTISEMENT
Melihat pencapaian Indonesia ini, civil society memiliki peran untuk mendukung tercapainya SDG’s 2030 terutama dunia filantropi. Forum Zakat merilis bahwa pada tahun 2021 setidaknya 147 anggota memiliki peran melalui zakat untuk tercapainya SDG’s melalui peningkatan pendidikan, mengurangi kelaparan dan kemiskinan Indonesia. Untuk itu lembaga filantropi harus melakukan beberapa hal terkait momentum presidensi G-20 Indonesia pada tahun 2022 untuk mewujudkan SDG’s 2030.
Pertama, lembaga filantropi harus mampu memberikan saran dan masukan ke pemerintah Indonesia melalui forum C-20 sehingga menjadi kebijakan bersama anggota G-20 maupun non anggota G-20 dalam mewujudkan SDG’s global.
Kedua, lembaga filantropi juga harus saling bahu membahu dan bersinergi menyelesaikan bencana sosial khususnya kelaparan dan kemiskinan di dunia khususnya Indonesia agar terwujud SDG’s 2030. Pandemi banyak mengajarkan kita bahwa kolaborasi berbagai pihak dan sektor mampu membuat Indonesia bangkit dari pandemi COVID 19.
ADVERTISEMENT
Ketiga, lembaga filantropi dapat melakukan stimulus pertumbuhan ekonomi melalui program pembedayaan ekonomi kelompok mikro terutama UMKM. Lembaga harus mampu melakukan assessment awal yang kemudian diikuti dengan suntikan modal usaha mikro dan pendampingan agar kebangkitan perekonomian dapat terwujud. Terlebih, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah pertemuan G-20, momentum ini dapat menumbuhkan kebangkitan perekonomian dan pariwisata Indonesia.
Keempat, lembaga filantropi juga harus mengedepankan peningkatan pendidikan Indonesia melalui program-program yang pro - pendidikan serta meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak terutama bagai masyarakat rentan.
Kelima, lembaga filantropi harus mulai membuat program-program yang pro terhadap lingkungan dan ketahanan pangan seperti penanaman pohon, pengurangan sampah botol, menggalakan semangat urban farming di perkotaan dan lainnya. Mengingat, Indonesia memiliki potensi sebagai paru-paru dunia dan salah satu sumber pangan dunia.
ADVERTISEMENT
Terakhir, seluruh lembaga filantropi harus menggalakkan sosialisasi dan ajakan penyaluran melalui berbagai instrument filantropi seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf sehingga terwujud pencapaian zakat yang maksimal untuk memberdayakan masyarakat melalui program-program yang berdampak luas demi terwujudnya SDG’s 2030. Berdasarkan data Baznas, tahun 2021 pencapaian zakat baru mencapai 14 triliun rupiah atau sekitar 4,28 persen dari proyeksi potensi zakat Indonesia yang mencapai 327 triliun rupiah.
Keenam langkah tersebut dapat mewujudkan target SDG’s 2030 dan kebangkitan ekonomi pasca pandemi. Terlebih tanggung jawab tersebut bukan hanya berapada di pundak pemerintah namun seluruh pihak termasuk civil society. Semua pihak dalam hal ini harus mampu saling bersinergi dan berkolaborasi menjadikan momentum G-20 sebagai komitmen bersama untuk bangkit. Terlebih Indonesia sebagai perwakilan dari negara berkembang punya cara pandang yang berbeda untuk bangkit dari pandemi.
ADVERTISEMENT
Di atas itu semua, sebagai bagian dari lembaga filantropi yang termasuk dalam civil society sudah selayaknya kita mendukung G-20 terlebih Indonesia kali ini menjadi tuan rumah dan presidensi G-20. Sebab melalui G-20 yang di dalamnya terdapat forum C-20, masyarakat dilibatkan untuk bersama merekomendasikan berbagai solusi atas persoalan global sehingga terwujud tujuan pembangunan global.
Rendy Iskandar Chaniago
Marketing Communication Manager Pelopor Kepedulian