Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengalaman Belanja di Tengah Inflasi Tinggi Venezuela
22 Juni 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Restu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah terbayang ketika membeli tisu harus membawa uang tunai satu kantong plastik? Hal inilah yang sempat menjadi berita heboh di tanah air terkait kondisi inflasi yang terjadi di salah satu negara penghasil Miss Universe terbanyak, Venezuela.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, Venezuela menderita krisis ekonomi berkepanjangan. Pada awal 2010-an, Venezuela mengalami inflasi yang sangat tinggi dan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 2018, inflasi di Venezuela diperkirakan mencapai puncaknya. Inflasi tinggi hingga ribuan persen tersebut menyebabkan harga barang dan layanan melonjak dengan cepat, membuat daya beli masyarakat merosot dan menciptakan kondisi kehidupan yang sulit bagi banyak orang Venezuela.
Lalu bagaimana rasanya berbelanja kebutuhan sehari-hari di Venezuela? Penulis memiliki kesempatan untuk merasakan hidup di negara Simon Bolivar tersebut pada rentang waktu 2018-2020 sebagai Diplomat Indonesia yang ditugaskan di sana.
Pertama kali menginjakkan kaki di kota Caracas, ibu kota Venezuela, kita akan langsung mengetahui bahwa negara ini pernah jaya pada masanya. Ditengarai sekitar tahun 80-an, Venezuela adalah negara kaya di Amerika Latin dengan salah satu cadangan minyak yang terbesar di dunia. Terlihat sisa-sisa pembangunan infrastruktur layaknya negara maju seperti konstruksi jalan layang yang masif, jalan bebas hambatan, serta sistem transportasi kereta bawah tanah. Caracas juga memiliki pusat perbelanjaan mulai dari yang besar hingga kecil, yang tersebar di berbagai pelosok kota.
ADVERTISEMENT
Berbelanja atau melakukan kegiatan jual beli di Venezuela adalah sebuah pengalaman yang unik. Sebagai ekspatriat, pertama-tama kita diharuskan memiliki akun bank setempat karena mayoritas transaksi dilakukan menggunakan kartu debit/kredit. Inflasi yang tinggi mengakibatkan nilai uang setempat, yakni Bolivares, tidak bertahan lama dan terus turun. Kondisi tersebut membuat uang tunai yang beredar lama-kelamaan kehilangan nilainya. Hal inilah yang mengakibatkan pada suatu waktu, untuk membeli barang yang murah seperti tisu, dibutuhkan jumlah uang tunai yang banyak.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah Venezuela telah melakukan setidaknya dua kali redenominasi mata uang, yakni pada tahun 2008 dan 2018, dan beberapa kali mengeluarkan uang baru dengan nilai yang lebih besar. Namun laju inflasi sulit dibendung dan permasalahan kembali terjadi. Menyimpan Bolivares dalam jumlah yang banyak bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan. Karena nilai 100 Bolivares hari ini, mungkin sudah tidak sama tiga hari yang akan datang.
Membeli barang yang memiliki harga cukup tinggi juga memberikan tantangan tersendiri. Hal tersebut karena pemerintah menerapkan limit transaksi harian dan bulanan. Sebuah culture shock pertama yang harus dihadapi sebagai orang yang baru pindah dan harus membeli banyak barang kebutuhan rumah. Solusinya adalah dengan melakukan transfer langsung ke rekening penjual. Terdapat juga limit untuk nominal transfer namun lebih tinggi dari limit transaksi. Batasan harian dan bulanan ini lambat laun dapat diatasi karena perlahan bank memberikan kenaikan limit transaksi. Terutama bagi diplomat dan karena menggunakan jalur “kedekatan khusus”, limit bisa dinaikkan sampai batas yang dianggap nyaman.
ADVERTISEMENT
Mengingat nilai mata uang yang tidak stabil dan cenderung selalu turun, sebagai diplomat yang menerima gaji dalam mata uang dollar Amerika, penulis tidak pernah menukar/menyimpan Bolivares dalam jumlah banyak. Cukuplah seadanya menukar Dollar ke Bolivares setiap menjelang weekend untuk sekedar berbelanja, hangout, dan kebutuhan harian seminggu kedepan.
Dengan kondisi krisis ekonomi dan kehidupan masyarakat yang sulit, harga makanan pokok di Venezuela cukup terjangkau. Hal inilah yang membuat rakyat dengan ekonomi menengah ke bawah dapat bertahan. Jika bersedia belanja kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional, maka akan ditemui harga yang terjangkau yang kurang lebih sama seperti di pasar tradisional di Indonesia.
Namun bagi kalangan menengah ke atas, tersedia pilihan lain. Mereka berbelanja di Bodegón, merujuk kepada toko yang menjual makanan, bahan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan sehari-hari yang di impor dari luar negeri (Amerika Serikat). Awalnya Bodegón di Caracas hanya dua, namun lama kelamaan menjamur seiring semakin longgarnya larangan dari pemerintah untuk melabeli harga barang dengan Dollar Amerika. Masuk ke Bodegón akan membuatmu bahagia apabila rela merogoh kocek sedikit lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Mulai tahun 2019, pemerintah Venezuela seolah mulai memberikan kelonggaran untuk melakukan kegiatan jual beli dengan mata uang Dollar Amerika meskipun tidak dilakukan secara resmi. Hal ini membuat perekonomian kembali bergejolak karena jual beli semakin meningkat. Sebelumnya, jual beli dengan pelabelan harga menggunakan Bolivares cenderung merugikan penjual karena setelah beberapa waktu, harga yang tercantum telah berbeda nilainya.
Namun tentunya fenomena tersebut hanya dapat dinikmati oleh segelintir masyarakat Venezuela, termasuk para ekspatriat yang memiliki income dan akses terhadap Dollar Amerika Serikat. Rakyat biasa yang menerima pendapatan dalam Bolivares, harus bertahan hidup dengan berbelanja di pasar tradisional yang menawarkan produk-produk lokal. Meskipun hidup sulit, mungkin sudah budaya orang Latin setiap Jumat sore, antrian di depan kedai minuman keras pasti lebih panjang dari pada antrian di depan kedai makanan pokok.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022, Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodriguez mengungkapkan bahwa inflasi Venezuela telah berhasil turun ke angka 234 persen. Angka inflasi yang masih tinggi namun telah turun drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Hal dapat menjadi awal yang baik bagi Venezuela apabila pemerintah mau berbenah. Namun tentunya memperbaiki keadaan krisis yang telah terjadi selama belasan bahkan puluhan tahun tidak mudah.
*****