Konten dari Pengguna

Peran Laki-Laki dalam Feminisme: Memecah Stereotip dalam Narasi Media

Resya Hafizhah
Communication Student at Paramadina University
14 Desember 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Resya Hafizhah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Mengapa Laki-Laki Penting dalam Feminisme?

Kesetaraan Gender. Sumber: DeepAI
zoom-in-whitePerbesar
Kesetaraan Gender. Sumber: DeepAI

ADVERTISEMENT
Feminisme sering kali dianggap sebagai gerakan yang hanya diperuntukkan bagi perempuan, padahal intinya adalah kesetaraan gender untuk semua. Dalam beberapa tahun terakhir, diskusi mengenai keterlibatan laki-laki dalam feminisme semakin mendapat perhatian. Laki-laki tidak hanya bisa menjadi sekutu, tetapi juga aktor penting dalam memecah stereotip gender, termasuk dalam cara mereka direpresentasikan di media. Namun, peran ini tidak selalu mudah untuk diterima atau dijalankan karena adanya norma sosial yang mengakar dan narasi media yang cenderung bias.
ADVERTISEMENT

Representasi Laki-Laki di Media: Maskulinitas Tradisional vs. Modern

Media memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap gender. Selama bertahun-tahun, media mempromosikan gambaran maskulinitas tradisional: kuat, dominan, dan tidak emosional. Karakter laki-laki dalam film, serial televisi, maupun iklan sering kali digambarkan sebagai pahlawan tangguh atau pengambil keputusan utama, sementara peran mendukung diberikan kepada perempuan. Namun, narasi ini perlahan berubah. Semakin banyak representasi laki-laki di media yang menunjukkan sisi lembut, empati, dan kesadaran sosial mereka, termasuk dukungan terhadap kesetaraan gender. Misalnya, tokoh laki-laki dalam beberapa film populer kini mulai diperlihatkan sebagai pendukung perjuangan perempuan, tanpa kehilangan identitas mereka. Meski begitu, perubahan ini masih jauh dari kata cukup. Media sering kali terjebak pada stereotip baru, seperti menggambarkan laki-laki feminis sebagai "kurang maskulin" atau "tidak sesuai dengan norma." Representasi semacam ini justru menghambat partisipasi laki-laki dalam feminisme karena takut mendapat stigma.
ADVERTISEMENT

Laki-Laki sebagai Sekutu dalam Perjuangan Feminisme

Peran laki-laki dalam feminisme bukanlah mengambil alih narasi, melainkan mendukung dan memperjuangkan kesetaraan gender bersama perempuan. Dalam banyak kasus, laki-laki memiliki keistimewaan sosial yang dapat mereka gunakan untuk menantang struktur patriarki. Di tempat kerja, laki-laki dapat menjadi pendukung dengan memperjuangkan kebijakan yang inklusif, seperti kesetaraan upah atau cuti orang tua yang setara. Di komunitas, mereka bisa membantu menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan kelompok marginal lainnya. Kampanye global seperti "HeForShe", yang diprakarsai oleh UN Women, adalah contoh nyata bagaimana laki-laki dapat dilibatkan dalam feminisme. Kampanye ini mendorong laki-laki untuk tidak hanya mendukung kesetaraan gender, tetapi juga secara aktif menentang ketidakadilan yang dihadapi perempuan.
ADVERTISEMENT

Tantangan yang Dihadapi Laki-Laki dalam Gerakan Feminisme

Meski ada kemajuan, keterlibatan laki-laki dalam feminisme menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah stigma sosial. Laki-laki yang mendukung feminisme sering kali dicap sebagai "kurang maskulin" atau dianggap mencoba mendapatkan perhatian dari perempuan. Stereotip ini membuat banyak laki-laki ragu untuk secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap feminisme. Selain itu, ada tantangan internal dalam gerakan feminisme sendiri. Beberapa kelompok feminis merasa bahwa laki-laki tidak seharusnya memiliki peran besar dalam gerakan ini karena fokusnya adalah pada pemberdayaan perempuan. Meskipun pandangan ini valid dalam konteks tertentu, penting untuk melihat bahwa feminisme adalah perjuangan kolektif untuk membongkar struktur patriarki yang merugikan semua gender.

Narasi Media yang Perlu Berubah

Media memiliki peran penting dalam mengubah pandangan masyarakat tentang gender. Salah satu langkah penting adalah menciptakan narasi yang lebih inklusif tentang laki-laki dalam feminisme. Misalnya, cerita tentang laki-laki yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja, rumah tangga, atau komunitas dapat dijadikan sorotan. Media juga perlu menampilkan laki-laki yang menentang kekerasan berbasis gender dan menjadi panutan dalam menciptakan ruang yang aman dan inklusif. Selain itu, perlu ada upaya untuk menghapus stereotip negatif tentang laki-laki feminis. Mereka tidak harus digambarkan sebagai "anti-maskulin" atau "melawan sifat alami laki-laki," tetapi sebagai individu yang sadar akan pentingnya kesetaraan dan keadilan.
ADVERTISEMENT

Kisah Inspiratif: Laki-Laki yang Memecah Stereotip

Banyak figur publik yang telah memecah stereotip tentang laki-laki dalam feminisme. Contohnya adalah aktor Hollywood seperti Benedict Cumberbatch dan Ryan Gosling, yang secara terbuka mendukung isu-isu kesetaraan gender. Di Indonesia, beberapa tokoh seperti Ernest Prakasa juga sering menyuarakan dukungan terhadap feminisme melalui karya-karyanya. Kisah-kisah ini penting untuk dijadikan inspirasi, baik di media maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menunjukkan bahwa mendukung feminisme bukanlah tanda kelemahan, melainkan keberanian untuk menantang norma yang tidak adil.

Bersama dalam Perjuangan

Peran laki-laki dalam feminisme tidak hanya penting, tetapi juga mendesak. Untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar setara, diperlukan kerja sama lintas gender. Media memegang peran kunci dalam membentuk narasi yang lebih inklusif dan memecah stereotip tentang laki-laki feminis. Melalui representasi yang lebih positif, edukasi, dan aksi nyata, laki-laki dapat menjadi sekutu yang kuat dalam perjuangan kesetaraan gender. Ini bukan hanya tentang mendukung perempuan, tetapi juga tentang membebaskan semua gender dari belenggu patriarki. Feminisme, pada akhirnya, adalah perjuangan bersama untuk dunia yang lebih adil bagi semua.
ADVERTISEMENT