Konten dari Pengguna

Akankah Artificial Intelligence Menggantikan Penulis?

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
9 Oktober 2019 16:26 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ricky Suwarno Foto: Dimas Prahara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ricky Suwarno Foto: Dimas Prahara/kumparan
ADVERTISEMENT
Akankah Artificial Intelligence (AI) menggantikan penulis? Mungkin telah menjadi pandangan umum bahwa dalam masyarakat masa depan, orang-orang akan bergerak dalam bidang pekerjaan yang lebih kreatif. Karena pekerjaan yang tidak membutuhkan pemikiran 5 detik ke bawah atau istilahnya pekerjaan monoton dan berulang-ulang akan digantikan oleh Robot AI atau kecerdasan buatan.
Akankah AI menggantikan penulis-OpenAI
zoom-in-whitePerbesar
Akankah AI menggantikan penulis-OpenAI
Belum lama ini The New Yorker menerbitkan artikel di mana menulis yang secara tradisional dianggap sebagai karya kreatif mungkin akan digantikan oleh Robot kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT

Akankah AI menggantikan penulis.

Pada tahun 2014, seorang ahli saraf Jerman melakukan penelitian yang membandingkan keadaan otak penulis profesional dan penulis amatir. Ternyata, ketika penulis profesional sedang berkarya atau menulis, area "caudate nucleus" di otak akan sering menyala. Area otak ini terkait erat dengan keterampilan profesional seperti musisi dan atlet profesional.
Meskipun para ilmuwan belum menemukan mekanisme spesifik penulisan di tingkat otak. Sementara, penelitian yang ada menunjukkan bahwa menulis profesional juga merupakan keterampilan yang dapat dilatih melalui praktik yang disengaja dan terus-menerus mencoba-coba. Sama seperti bermain basket atau berenang misalnya.
“Jadi, mungkinkah dengan menggunakan algoritma pembelajaran mendalam atau deep learning melatih keterampilan menulis?” Akankah AI menggantikan penulis?”
Algoritma pembelajaran mendalam memang telah membuat terobosan besar di beberapa area yang membutuhkan latihan yang disengaja. Misalnya Robot yang bermain catur sendiri. AlphaGo dari Deep Mind mengalahkan pecatur Go Ke Jie. Atau AlphaStar yang bisa bermain game sendiri, dan akhirnya mengalahkan pemain E-Sports manusia.
ADVERTISEMENT
Inti dari pembelajaran mendalam atau Deep Learning adalah meskipun algoritma tidak memahami metode spesifik dalam melakukan sesuatu, tetapi melalui perhitungan yang sangat kompleks, AI dapat menghitung probabilitas berbagai strategi untuk mencapai tujuan. Dan akhirnya menemukan strategi solusi terbaik.
Saat ini, OpenAI--perusahaan kecerdasan buatan yang bersahabat dan menguntungkan manusia secara keseluruhan. Pendirinya adalah Elon Musk, bossnya Tesla dan Sam Altman. OpenAI memiliki program menulis cerdas namanya, GPT-2 atau Model penghasil teks. Data pelatihan GPT-2 adalah artikel tentang Reddit, sebuah forum dan situs web berita di Amerika Serikat. Ukuran total data adalah 48GB. Dengan tidak adanya panduan manusia, jaringan saraf GPT-2 menghitung probabilitas kata-kata yang berbeda dan kombinasi kalimat dengan hanya "membaca" artikel-artikel. Tentu saja, "bacaan" di dalamnya dikutip.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana Efeknya?”
Nobody knows…
Pada awal tahun ini, OpenAI merilis pernyataan berlebihan yang mengatakan bahwa kemampuan menulis GPT-2 terlalu kuat, dan mungkin dapat dieksploitasi oleh sekelompok orang dengan niat jahat. Sehingga OpenAI tidak dapat merilis versi lengkap untuk saat ini. OpenAI hanya merilis versi yang lebih lemah pada bulan Februari, Mei, dan Agustus tahun ini. Ketika berita tersebut keluar, banyak orang mengkritik bahwa OpenAI hanya melakukan pemasaran. Namun, di lain pihak juga membangkitkan keingintahuan banyak orang termasuk Ricky tentunya. Karena ini berkaitan dengan kebiasaan saya untuk menulis. Jadi, sangat ingin mengetahui seberapa jauh kemampuan menulis GPT-2 ini.
Setiap penulis atau reporter tahu bahwa ambang batas untuk menulis ke The New Yorker sangat tinggi. Mereka terkenal dengan jalan cerita yang sangat panjang. Cerita dan narasi mereka penuh persuasif, dan penuh dengan rasa humor. Kualitas artikel "New Yorker" jelas merupakan standar emas di dunia media, sulit bagi seorang amatir untuk bisa menulis artikel di New Yorker.
ADVERTISEMENT
Greg Brockman, CTO dari OpenAI, menggunakan versi serba fungsi GPT-2 untuk memproses semua artikel non-fiksi dari majalah The New Yorker dari sejak berdiri di tahun 2007 hingga hari ini. Dan juga membiarkan mesin AI membaca beberapa artikel klasik dari tahun 1960-an.
Pada dasarnya, jika manusia biasa harus membaca semua konten di atas dengan menggunakan 24 jam sehari, 7 hari seminggu tanpa tidur, kita butuh waktu selama dua minggu. Tetapi algoritma OpenAI dapat menyelesaikannya dalam satu jam. Dalam kata penulis, jika data pelatihan awal untuk GPT-2 adalah prasmanan atau Buffet, maka jumlah data dalam artikel New Yorker ini setara dengan memakan satu “macaron” setelah makan malam.
Reporter New Yorker meminta dan menguji GPT-2 untuk menulis close-up karakter Hemingway. Dimulai dengan awal, adalah wawancara terkenal dengan Hemingway pada tahun 1950 oleh seorang jurnalis The New Yorker di kehidupan nyata. Teks aslinya seperti ini: "Hemingway mungkin adalah novelis terhebat di Amerika Serikat saat itu. Dia jarang datang ke New York. Sebagian besar waktunya dia habiskan di lahan pertaniannya yang berjarak 9 mil dari Havana. Namanya Lookout Villa. Selain istrinya, masih ada 9 orang pelayan, 52 ekor kucing, 16 ekor anjing, ratusan merpati, serta 3 ekor sapi."
ADVERTISEMENT
Inilah uji coba dari reporter. Kemudian, diserahkan kepada algoritma OpenAI. Membiarkan algoritma melengkapi paragraf berikutnya dari perspektif reporter. Bagaimana jawaban Algoritma OpenAI selanjutnya?
"Saya (yaitu, reporter sendiri) berjalan di sepanjang jalan menuju pagar, dan melihat seekor anjing gemuk. Anjing ini sering datang untuk melihat vila sebelum masa peperangan. Sekarang, anjing ini berlari cepat di sepanjang jalan menuju bangunan utama. Di sebelahnya berdiri seekor sapi mungil, dengan nama yang sama. Di tanah halaman terletak saus merah, dan Hemingway pas sedang duduk di kursi tamannya."
Reporter New Yorker terkejut melihat hasil karya GPT-2, dan merasa seolah-olah dia yang menulis artikel tersebut. Kemampuan menulis kecerdasan buatan OpenAI telah membuatnya syok.

OpenAi dan Smart Compose

Sebenarnya, penulisan kecerdasan buatan seperti ini telah memasuki kehidupan kita. Jika Anda adalah pengguna GMail, Google telah menawarkan fitur penulisan cerdas, namanya Smart Compose. Fitur ini luar biasa hebatnya. Karena Dia bisa menebak kalimat apa yang ingin ditulis selanjutnya, hanya berdasarkan satu atau dua kata yang diketikkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, 3 hari yang lalu Ricky menulis Ucapan selamat Ulang tahun kepada Mentor saya, Yue Sai Kan. Ketika Ricky mengetik “Sayang (Dear)” di awal kalimat, Dan Smart Compose langsung menampilkan namanya, Yue Sai Kan. Dan di awal email, Ricky mengetik kata-kata “sangat bahagia”, dan Smart Compose secara otomatis menghasilkan bagian kedua dari kalimat, “bisa ikut merayakan”.
Terkadang, teks yang direkomendasikan oleh Smart Compose mungkin jauh lebih baik daripada yang kita pikirkan. Misalnya, ketika penulis artikel New Yorker menulis surat kepada putranya. ”Saya sangat senang atau Inggrisnya “I’m very pleased”. Tetapi ketika dia mengetik huruf “P”, Smart Compose secara otomatismemunculkan “proud of you” yang artinya sangat bangga denganmu.
Akankah AI menggantikan penulis-Gmail Smart Compose
ADVERTISEMENT
Penulis New Yorker sangat terkejut karena sebagai seorang ayah, ia tidak sering mengatakan hal-hal seperti itu kepada putranya. Tetapi, jelas kalimat ini bisa lebih mendekatkan perasaan antara ayah dan putranya. Algoritma AI tampaknya lebih mengerti anaknya daripada penulis itu sendiri. Bagaimana seorang ayah harus mengungkapkan perasaannya kepada putranya. Akankah AI menggantikan penulis? Sangat berkemungkinan.
ADVERTISEMENT