Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sehat Jiwa: Kenali Beda Stres dan Gangguan Stres
2 Desember 2022 17:05 WIB
Tulisan dari rifani raniasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tubuh dan pikiran manusia sering kali menghadapi stres. Stres telah banyak diperbincangkan di berbagai bahasan. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan stres? Stres adalah reaksi normal seseorang apabila berada di bawah tekanan atau mengalami situasi baru. Misalnya, seorang siswa merasa stres menjelang ujian, seorang karyawan merasa stres karena pekerjaan yang menumpuk, atau seorang ibu merasa stres ketika anaknya sakit.
ADVERTISEMENT
Perubahan emosi yang dirasakan oleh seseorang yang mengalami stres merupakan semacam reaksi diri berupa perubahan suasana hati, kesal atau marah, juga perubahan fisik seperti mual atau sakit kepala. Hal tersebut adalah wajar apabila seseorang mengalami peningkatan kewaspadaan terhadap apa yang dialaminya. Umumnya stres akan hilang begitu sumber atau penyebab ketegangan dihilangkan. Sehingga ketika seorang siswa merasa cemas karena akan menghadapi ujian, kecemasannya akan mereda setelah ujian selesai.
Kebanyakan dari kita sering tidak menyadari kondisi kesehatan mental diri sendiri. Padahal menjaga kesehatan mental merupakan hal yang penting. Kesehatan mental termasuk ke dalam bagian kesehatan tubuh, karena kondisi mental juga dapat memengaruhi kondisi fisik dan kualitas hidup manusia. Jika seseorang memiliki jiwa atau mental yang baik, maka dia akan mampu untuk terus berkembang. Sehingga penting bagi setiap orang untuk menjaga kesehatan mentalnya, termasuk untuk mengenali gangguan dalam kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Lebih lengkapnya, Kementerian Kesehatan mendefinisikan stres sebagai respons fisik, emosional, dan mental/psikis seseorang terhadap perubahan lingkungan yang memerlukan adaptasi. Stres dimulai dengan persepsi yang sebenarnya merupakan hasil dari emosi takut atau marah terhadap ancaman yang nyata atau yang dibayangkan. Sikap tidak sabar, iri, jengkel, menyendiri, khawatir, depresi, ragu-ragu, dan emosi serupa lainnya dapat digunakan untuk menggambarkan sentimen ini. Stres dapat memengaruhi kesehatan fisik melalui emosi, sikap, dan tindakan tergantung pada tingkat stres yang dihadapi. Namun selain efek buruk, stres juga memiliki efek baik.
Bagaimana stres bisa berefek baik? Stres bisa berarti baik apabila stres dapat memotivasi atau mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif, sehingga hal tersebut dapat menguntungkan seseorang. Stres yang baik atau disebut sebagai stres positif, menurut Jones dan Bartlett merupakan situasi atau kondisi apa pun yang menurut kita dapat memotivasi atau memberikan inspirasi. Biasanya stres positif dapat berupa situasi yang menyenangkan, dan ditanggapi tubuh tidak sebagai ancaman kesehatan. Misalnya mahasiswa yang stres karena akan menghadapi ujian malah tertantang untuk belajar agar mendapatkan nilai yang tinggi. Namun pada kenyataannya stres lebih banyak memberikan keburukan daripada kebaikannya.
ADVERTISEMENT
Berseberangan dengan stres positif, distress atau stres negatif adalah stres yang malah memperburuk kondisi seseorang dengan perasaan marah, tegang, khawatir, bingung, cemas atau kewalahan (Jones dan Bartlett, 1994). Hal ini sebenarnya karena pada saat menghadapi stres tubuh melepaskan hormon adrenalin dan cortisol yang membuat tekanan darah dan detak jantung meningkat sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan otot-otot menjadi tegang.
Akan tetapi pernahkah Anda merasakan stres yang terus berlanjut bahkan setelah sumber stresnya dihilangkan? Hal tersebut dikenali sebagai gejala gangguan stres. Stres dan gangguan stres adalah dua kondisi yang berbeda, tetapi seringkali dianggap sama. Berbeda dari stres, gangguan stres merupakan kondisi di mana stres tetap bertahan bahkan ketika stressor atau sumber stres telah hilang. Misalnya ketika mahasiswa stres karena ujian seharusnya stres tersebut akan menghilang setelah mahasiswa tersebut selesai ujian. Akan tetapi ternyata bahkan setelah ujian dia masih merasa tertekan, pusing, cemas dan lain sebagainya. Berarti dalam hal ini ada gangguan secara psikologis yang dialami oleh mahasiswa tersebut. Jika dampak yang diberikan oleh gangguan stres adalah positif, maka hal tersebut dapat mendukungnya untuk berkembang. Akan tetapi masalahnya adalah apabila dampak yang ditimbulkan adalah distress atau stres negatif. Maka reaksi stres akan terus dialami dan menjadi gangguan bagi orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Apabila kita mendapati diri kita dalam gejala gangguan stres maka lebih baik untuk mendapatkan penanganan dari tenaga profesional seperti konselor ataupun psikolog. Yang perlu diperhatikan adalah tidak boleh adanya diagnosis secara pribadi. Hal tersebut malah bisa memperburuk kondisi mental kita karena salah diagnosis. Akan tetapi ada upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kondisi mental kita. Kita bisa menggunakan terapi mandiri atau meditasi. Tujuannya adalah untuk merelaksasi tubuh dan pikiran. Sehingga ketegangan yang ada pada diri kita dapat berkurang.
Salah satu terapi/meditasi yang bisa dipraktekkan tanpa harus meluangkan waktu secara khusus dan biaya yang mahal adalah mindfulness. Mindfulness merupakan terapi yang menempatkan kesadaran kita sepenuhnya pada apa yang sedang kita lakukan. Menurut Romi Anshorullah dalam bukunya “Bahagia Itu Tanpa Syarat” mengatakan bahwa cara terbaik untuk hidup dengan nyaman adalah dengan hidup secara efisien yang berawal dari alam pikiran dengan cara menyingkirkan apa pun yang tidak perlu dipikirkan serta nikmati apa pun yang sedang kita lakukan saat ini. Singkatnya, hiduplah untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
Jhon Kabat pernah berkata “Whenever you go, there you are”. Jadi, saat kita sedang makan, kita hanya perlu menikmati makanan dan kondisi saat itu. Kita tidak perlu memikirkan tugas yang menumpuk di meja belajar. Atau kita tidak perlu memikirkan kejadian memalukan yang kita alami hari kemarin. Dengan melatih untuk mindfulness, pada dasarnya dapat membantu kita untuk mengalihkan perhatian kita dari kemungkinan berpikir berlebihan (over thinking) yang merupakan awal dari penyebab stres. Sehingga kita bisa menjernihkan pandangan kita tentang apa yang ada di sekitar kita.
Dengan demikian, menjaga kesehatan mental tidak selamanya sulit. Mulailah mengenali kondisi kesehatan jiwa kita dengan mengenali diri kita sendiri. Setiap perubahan kondisi dari diri kita saat ini dapat berdampak pada diri kita pada masa depan. Ada banyak hal yang tidak kita sadari ternyata berbahaya bagi kondisi mental kita. Misalnya adalah stes. Stres adalah hal normal dan wajar dialami oleh setiap manusia. Namun ternyata stres juga bisa berbahaya bagi diri kita dan berdampak buruk apabila tidak ditangani dengan baik.
ADVERTISEMENT