Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
KKN Undip Belajar Slow Living dari Keluarga Pak Sutiman
20 Agustus 2024 18:17 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rifka Nafichah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prolog
ADVERTISEMENT
Terhitung sudah lebih satu bulan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang diterjunkan dalam KKN Tim II Undip. Mereka didistribusikan ke desa-desa sejak tanggal 12 Juli 2024 untuk menyempurnakan trilogi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pengabdian Kepada Masyarakat. Salah satu desa yang menjadi sasaran adalah Desa Kepoh di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sebanyak delapan mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan menjadi satu dalam misi pengabdian di Desa Kepoh.
Desa Kepoh merupakan desa yang berlokasi di pinggiran Bandara Adi Soemarmo, tepatnya di Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Selayaknya desa pada umumnya, Desa Kepoh memiliki aktivitas pertanian dan peternakan yang dominan. Karakter masyarakat hangat dan saling merangkul sehingga interaksi sosial masyarakat terbentuk kuat. Lingkungan desa yang sedikit berbeda dari kebiasaan mahasiswa KKN Undip tersebut memantik proses adaptasi dan memberikan pelajaran baru bagi mereka. Zulaikha Anissa, salah satu mahasiswa KKN menuturkan bahwa pengalaman KKN ini membuka banyak pelajaran hidup. “Saya pikir KKN itu kegiatannya dari mahasiswa yang memberikan pengajaran kepada masyarakat, namun kami justru yang lebih banyak belajar dari masyarakat”, tukasnya pada Kamis, 1 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
Slow Living
“Slow Living” adalah kurikulum baru yang mereka temukan dalam mata kuliah KKN di Desa Kepoh. Konsep hidup santai masyarakat desa yang nrimo ing pandum dan legowo marang kahuripan menjadi guru bagi mahasiswa untuk menerapkan nilai hidup sederhana. Biasanya mahasiswa hidup di lingkungan yang sibuk dan hectic, namun kali ini mereka merasakan pengalaman hidup yang santai dan sederhana.
Slow Living yang menjadi pengalaman hidup baru bagi mahasiswa ini tidak terbatas pada praktik menjalani aktivitas sehari-hari semata. Terdapat temuan filosofis yang memperkaya sudut pemaknaan tentang kehidupan. Karakter mahasiswa idealis yang hidup di lingkungan hectic sangat kontradiktif dengan kehidupan di Desa KKN. Sehingga, kehidupan yang grusak-grusuk dan dipenuhi gejolak ambisi ini berhasil diredam dengan lingkungan desa yang hangat dan santai.
Mahasiswa melihat cita-cita hidup baru, bahwa tidak semua tujuan hidup mengarah pada cita-cita penuh reputasi dan bergengsi tinggi. Terkadang tujuan hidup adalah tentang pencapaian akan ketenangan. Lanskap kehidupan ini kami hayati secara kongkrit dari cerita keluarga Pak Sutiman yang hidup di Dukuh Temon, Desa Kepoh. Pak Sutiman mengabdikan dirinya sebagai Ketua BPD sementara istrinya aktif sebagai ketua RT sekaligus kader kesehatan. Keluarga Pak Sutiman memaknai kehidupan sebagai perjalanan pengabdian kepada masyarakat, niatnya luput dari ambisi komersial dan kapitalisme. Hidupnya sangat tenang dan dipenuhi dengan nuansa kebaikan.
ADVERTISEMENT
Inspirasi Keluarga Pak Sutiman
Kehidupan Keluarga Pak Sutiman cukup menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang merasa capek dengan kebisingan tuntutan perkotaan. Hidup di desa kecil untuk sebuah perjalanan pengabdian. Segala kebutuhan sehari-hari dapat diambil di ladang sendiri, tidak perlu mewah dan mahal namun cukup untuk menjalani kehidupan. Rumah dengan bahan dasar kayu yang bersih dan asri dengan jajaran buku di beberapa sudutnya. Perjalanan pengabdian yang sangat menenangkan ditemani dengan orang-orang terkasih yang memiliki visi serupa.
Potret Slow Living yang tampak dari keluarga Pak Sutiman adalah refleksi di tengah hiruk pikuk duniawi. Cerita hidup dari Desa Kepoh ini mengantarkan sebuah transformasi kesadaran bagi mahasiswa. Bahwa hidup dapat dilihat dari dua sisi kontradiktif yang saling melengkapi. Ada kalanya hidup hectic dan progresif diperlukan untuk meningkatkan daya saing. Begitupun sebaliknya, pada beberapa momen kita membutuhkan jeda untuk menikmati ketenangan. Kuliah Kerja Nyata di Desa Kepoh ini setidaknya menjadi titik balik bagi mahasiswa untuk menikmati kembali ketenangan.
ADVERTISEMENT
Epilog
Kebaikan dan kehangatan yang diberikan oleh keluarga Pak Sutiman menjadi pembelajaran yang tidak ternilai harganya. Pak Sutiman memberikan pesan bahwa kebaikan yang dibagikan kepada sesama pasti akan dibalas dengan kebaikan, meskipun sumber dari kebaikan itu sendiri tidak harus dari orang yang sama. Kebaikan pasti akan datang dari arah dan cara yang mana saja.
Pertemuan singkat dengan keluarga Pak Sutiman ditutup dengan haru yang melingkupi suasana rumah beliau. Tuturnya di akhir pertemuan kepada mahasiswa KKN “Sugeng kondur, selamat sampai tujuan”.