Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Habis Gelap Terbitlah Terang: Lika-Liku Diplomasi Ekonomi dari Jogja ke Afrika
19 November 2023 18:57 WIB
Tulisan dari Rinnay Nitrabening Wahyunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Mas Mahfudz nggak bisa dihubungi. Gua udah kontak 2 kali dari 2 hari yang lalu tapi nggak ada balasan.”
ADVERTISEMENT
Ramadhan mengirimkan pesan itu ke grup percakapan kelompok kami sekitar 5 hari sebelum keberangkatan kami ke Yogyakarta. Hati ini serasa meluncur jatuh ketika membacanya. Betapa tidak? Business matching yang selama ini berjalan lancar antara CV. Buana Citra Sentosa dan ZamZam Tour and Travel serta kami proyeksikan akan menelurkan kesepakatan Letter of Intent (LoI) seakan terbang melayang lepas dari genggaman.
“Mungkin dia sedang di Arab Saudi sehingga susah dihubungi”, kata Mbak Sasi.
“Iya, betul. Waktu itu dia bilang akan mengantar umroh kan? Kita tunggu saja dulu”, timpal Fatimah.
Mas Mahfudz adalah seorang diaspora Indonesia di Mesir, pemilik ZamZam Tour and Travel. Ramadhan yang saat ini sedang bertugas di KBRI Kairo mengenalnya dan memperkenalkannya kepada kami.
ADVERTISEMENT
Ramadhan, Mbak Sasi, Fatimah, Mas Ivan, Mas Darius, dan aku tergabung dalam 1 kelompok di Sesdilu (Sekolah Staf Dinas Luar Negeri) Angkatan ke-75. Kelompok kami mendapat tugas melaksanakan diplomasi ekonomi di bidang Industri dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam program Kunjungan Lapangan Sesdilu 75 ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untuk itu, kami melakukan beberapa kali upaya business matching secara online, yaitu mempertemukan pelaku industri & UMKM di DIY dengan calon pembeli potensial di luar negeri, melalui koordinasi dengan beberapa Perwakilan RI yang ada di luar negeri. Di antara berbagai upaya yang kami lakukan tersebut, business matching antara CV. Buana Citra Sentosa dari Indonesia dan ZamZam Tour and Travel dari Mesir lah yang paling progresif perkembangannya. Mas Mahfudz bahkan telah datang langsung ke Yogyakarta untuk menemui Mas Dhanu, pemilik CV. Buana Citra Sentosa, dan melihat sendiri pabrik yang memproduksi gudeg kaleng pertama di Indonesia itu. Menindaklanjuti kunjungan tersebut, Mas Dhanu bahkan juga telah mengirimkan contoh produk-produknya ke Mas Mahfudz di Mesir sebanyak 2 karton.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, ternyata belakangan Mas Mahfudz merasa akan sulit untuk dapat menjual dan memasarkan gudeg serta makanan ringan lainnya yang dikirimkan dari DIY ke Mesir tersebut. Hal ini akibat imbas dari agresi militer Israel besar-besaran ke Jalur Gaza, Palestina, terutama dalam lebih dari 40 hari terakhir. Mesir, yang berbatasan darat langsung dengan Jalur Gaza, mengalami penurunan nilai mata uangnya (pound) secara drastis terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Hal ini mengakibatkan kenaikan harga-harga barang di Mesir. Alasan itulah yang membuat Mas Mahfudz urung untuk melanjutkan rencana mengimpor produk-produk Mas Dhanu dari DIY ke Kairo.
Tidak hanya hilangnya kesempatan untuk meneken LoI yang menjadi salah satu simbol kesepakatan bisnis antara kedua belah pihak, namun hal ini juga berarti hilangnya salah satu potensi capaian upaya kelompok kami dalam konteks Kunjungan Lapangan ke DIY untuk memajukan diplomasi ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Tidak apa-apa. Yang penting kita sudah berusaha. Capaian itu kan tidak harus berupa LoI yang ditandatangani. Business matching yang kita lakukan itu sendiri juga sudah merupakan suatu capaian”, ujar Mas Ivan, ketua kelompok kami.
“Betul. Ayo kita luruskan niat! Semoga Allah mudahkan dan berikan yang terbaik untuk kelompok kita. Semoga apa yang kita lakukan juga terhitung sebagai ibadah”, tambahku mencoba membesarkan hati dan menyemangati diri dan teman-teman.
Kelompok kami tidak patah semangat. Kami terus berupaya agar bisa memaksimalkan peran kami dalam memajukan industri dan UMKM di DIY agar bisa sampai ke tahap ekspor, tentunya dalam ruang lingkup tugas yang diberikan di Sesdilu 75 di bawah konteks diplomasi ekonomi. Untuk itu, kami bekerja sama dan berkoordinasi erat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DIY. Kami diberikan waktu 2 hari penuh di DIY untuk melaksanakan berbagai program yang telah kami rancang. Beragam tantangan dan penyesuaian kami lakukan agar dapat mencapai tujuan tersebut.
ADVERTISEMENT
================================================
“Gabon jadi mau beli dari Jogja”, ungkap Mas Darius singkat.
“Serius? Alhamdulillah!” serentak kami sekelompok menyambut haru berita gembira tersebut.
Mas Darius selama ini berupaya untuk menawarkan produk-produk UMKM yang telah dikurasi oleh Pemerintah Daerah DIY kepada berbagai counterpart yang dia kenal, termasuk Konsul Kehormatan RI di Gabon, Afrika Tengah. Mas Darius mengenal Konsul Kehormatan RI di Gabon, Jean Juste Mbele, saat masih bertugas di KBRI Abuja, Nigeria. Jean Juste Mbele memiliki latar belakang sebagai pengusaha di bidang perhotelan, properti, dan berpengalaman di bidang perminyakan. Istrinya bernama Nadia Widjanarko, seorang diaspora Indonesia di Gabon, pemilik Hotel Hibiscus. Mereka rupanya tertarik dengan beberapa produk dari salah satu pelaku industri dan UMKM di DIY yang ditawarkan oleh Mas Darius yaitu CV. Estetika Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fasilitasi business matching kemudian dilakukan untuk menjembatani SARL Hotel Hibiscus dengan CV. Estetika Indonesia. Setelah beberapa kali pertemuan online, kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk melakukan transaksi pembelian produk handicraft dalam bentuk waste basket dan ornamen cermin dinding senilai lebih dari USD3600 (sekitar 56 juta rupiah).
Menindaklanjuti hal tersebut, pada saat Kunjungan Lapangan ke DIY, 16 November 2023, kelompok kami (Kelompok Industri dan UMKM) dengan didampingi Duta Besar Semuel Samson selaku pembimbing, berkesempatan untuk melihat langsung CV. Estetika Indonesia. Produsen berbagai kerajinan tangan dan aksesoris rumah, termasuk tempat penyimpanan, table top, dekorasi dinding, patung, aksesoris kamar mandi ini berlokasi di Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Direktur CV. Estetika Indonesia, Noor Edina Poerwatie, mengungkapkan, “Selama ini kami menyasar pasar Amerika namun kami juga ingin mencoba menjajaki potensi pasar di kawasan lain. Kebetulan kami berkomunikasi dengan rekan Sesdilu dan diperkenalkan dengan pelaku usaha di kawasan Afrika.”
ADVERTISEMENT
Di hari itu juga pada sore harinya di Hotel Jambuluwuk Malioboro, kami memfasilitasi kesepakatan bisnis dan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara CV. Estetika Indonesia dari DIY dan SARL Hotel Hibiscus dari Gabon, Afrika, secara hybrid. Penandatanganan LoI tersebut juga disaksikan oleh Konsul Kehormatan RI di Gabon, Jean Juste Mbele, Duta Besar Semuel Samson, dan Direktur Sesdilu, Tubagus Edwin Suchranudin.
Pada kesempatan itu, pemilik SARL Hotel Hibiscus Gabon, Nadia Widjanarko, menyampaikan kesediaan untuk mendukung pemasaran dan menjadi pusat distribusi produk CV. Estetika Indonesia di Afrika Tengah, khususnya Gabon. Ia menambahkan bahwa LoI tersebut, terlepas dari nilainya, dapat menjadi awal mula yang baik bagi industri dan UMKM Indonesia utamanya dalam rangka mendorong pemberdayaan, inovasi, dan perluasan pasar ke tingkat global.
Kegiatan business deal dan penandatanganan LoI tersebut menjadi penutup rangkaian program Kunjungan Lapangan yang kami lakukan di DIY selama 2 hari, 15-16 November 2023. Sebelumnya kelompok kami juga telah menyelenggarakan business clinique dan seminar “Peluang dan Tantangan Ekspor Produk UMKM DIY ke Pasar Internasional” untuk 30 UMKM di DIY yang menggandeng konsultan, praktisi, dan mentor bisnis, Jahja B. Soenarho, serta Atase Perdagangan KBRI Kairo, Muhammad Syahran Bakti. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dengan Dinas Koperasi dan UKM DIY serta merupakan bagian dari inkubasi kewirausahaan PIJAR.
Selain itu, Kelompok Industri dan UMKM juga berkunjung ke CV. Buana Citra Sentosa untuk melihat proses bisnis pengalengan gudeg yang sample-nya telah dikirimkan ke Mesir. Kelompok kami juga melakukan breakfast meeting dengan Sae-Sae Ecofashion (perusahaan di bidang fashion) dan CV Palem Craft (perusahaan home décor) yang telah berpengalaman dalam memasarkan produknya ke luar negeri selama lebih dari 20 tahun. Pertemuan tersebut dimanfaatkan untuk menjaring masukan terkait tantangan yang dihadapi dan peluang yang dapat digali untuk meningkatkan nilai ekspor dan memperluas pasar.
Kami senang meski dalam waktu singkat, kami berhasil melakukan berbagai macam kegiatan dalam rangka diplomasi ekonomi, bahkan sampai menghasilkan kesepakatan transaksi bisnis. Semoga apa yang kami lakukan dapat berkontribusi dalam upaya memajukan kapasitas dan kualitas, serta membuka jalan ke pasar internasional yang lebih luas bagi produk lokal dari industri dan UMKM DIY pada khususnya, serta produk Indonesia pada umumnya.
*****
ADVERTISEMENT