Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bangkok Lebih Gila dari Jakarta
2 Juni 2023 7:17 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rinsan Tobing tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jam di argometer taksi berkelir kuning hijau itu sudah menunjukkan angka 20.15 waktu Bangkok. Perjalanan yang ditempuh hanya 2,2 kilometer. Sementara perjalanan sejak berangkat tadi sudah lebih dari 1,5 jam. Hujan deras masih dengan garang menghantam atap taksi yang ditumpangi. Suara keras di atas mobil jelas terdengar. Orang-orang berlarian menghindari hujan. Payung warna-warni menemani para pejalan kaki di trotoar yang terbilang lebar dan cukup bersih. di bilangan jalan Sukhumvit. Lokasi yang merupakan pusat bisnis utama di Bangkok. Jalanan tampak basah, tetapi tidak ada genangan.
ADVERTISEMENT
Di kejauhan lampu lalu lintas masih berwarna merah. Setiap kendaraan mulai melaju, lajunya sangat lambat. Tidak sampai 20 meter, kendaraan berhenti lagi. Kegelisahan sudah memenuhi rongga dada. Janji dengan teman di daerah Silom, yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari tempat menginap, terancam batal. Namun, penulis tetap berharap, janji penting itu harus terjadi. Batas kesabaran dinaikkan. Tekanan-tekanan di dalam dada, diturunkan dengan cara pengaturan nafas, yang pernah dipelajari di salah satu seminar.
Memang tidak terdengar suara klakson yang hingar bingar. Semuanya tampak sabar menunggu untuk maju dan bergerak lagi. Tidak ada yang tampak berusaha mendahului yang lain. Para supir taksi itu tetap mengikuti jalur mobil yang sudah ada. Kendaraan roda dua tampak melaju dari sisi kiri atau kanan taksi. Ada ruang yang cukup untuk bergerak. Namun, jumlahnya tidak banyak. Sementara itu, terdengar jelas suara deru kereta MRT di jalur yang dibangun melayang dengan tiang-tiang kokoh berdiri tegak di median jalan. Jalan protokol di Bangkok cenderung tidak lebar.
ADVERTISEMENT
Kendaraan roda dua yang berseliweran tidak berbeda dengan yang di Jakarta. Bahkan, namanya pun relatif sama. Para pelaju motor ini tidak brutal layaknya di Jakarta. Tidak tampak ada motor yang melawan arah, menyerobot trotoar dan melakukan gerakan zig-zag di antara mobil-mobil. Jarak yang masih jauh dari lampu merah, padatnhya kendaraan dan hujan yang turun sore itu, tidak mengubah perilaku mereka.
Melihat lebih jauh, boleh di katakan Bangkok lebih metropolis dari Jakarta. Kota dengan luas lebih dari 1500 kilometer persegi ini memiliki daerah terbangun lebih banyak. Blok-blok bangunan tinggi tidak terkonsentrasi di satu lokasi saja atau satu ruas jalan. Di Jakarta, bangunan tinggi dan pencakar langit ala Indonesia terkonsentrasi di jalan Sudirman saja. Sementara di Bangkok tersebar di banyak area.
ADVERTISEMENT
Hal ini didukung oleh banyak hal. Salah satunya yang mungkin bisa dijadikan alasan yakni kota ini sudah berusia 800 tahun. Kota yang terletak di delta Sungai Chao Praya – Sungai Para Raja - ini tumbuh dan berkembang jauh melebihi kota Jakarta yang berusia 400 tahun lebih. Lokasinya yang jauh di belahan bumi utara juga dapat menjadi faktor pendukung. Pertumbuhan secara global terletak di belahan bumi utara. Negara-negara di belakan bumi selatan cenderung lebih miskin dari negara yang tinggal di belahan bumi utara.
Lokasinya yang lebih ke utara juga menjadikan jarak dengan negara-negara dan negara maju serta populasi dunia yang lebih banyak di belahan bumi utara. Menurut informasi dari World Population Yearbook 2019, sesuai data tahun 2015, sekitar 87% populasi dunia berada di belahan bumi utara. Sementara Business Insider edisi 4 Mei 2012 menyatakan sekitar 90% populasi dunia berada di belahan bumi utara. Dengan jarak yang lebih dekat, tentunya mereka lebih mudah mengakses Bangkok dibandingkan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Fakta lain yang mendukung Bangkok lebih maju dari Jakarta dilihat dari berbagai infrastruktur pendukungnya dan kunjungan turis ke negara bergelar negara gajah putih ini. Salah satu memicu kunjungan wisata dan orang-orang asing ke Thailand, yakni keterbukaan pada berbagai budaya. Melihat banyaknya kantor-kantor perwakilan negara asing, kantor regional organisasi international seperti NGO dan asosiasi, dapat dikatakan faktor ini penting. Organisasi-organisasi internasional tentunya datang dengan budaya dan gaya hidup yang lebih luas serta berwarna. Fakta ini mendorong tingginya kunjungan ke Bangkok dan pada ujungnya sektor turisme yang sangat berkembang.
Di daftar penerbangan ke Bangkok, terdapat banyak penyedia jasa penerbangan yang sangat asing dan tidak ada di Indonesia. Sebut saja beberapa seperti ThaiSmiles, Indigo, AirMacau dan masih banyak lagi. Penerbangan dari negara-negara tetangga juga sangat banyak, seperti dari Laos, Kamboja, Nepal, Mongolia dan Myanmar untuk menyebut beberapa diantaranya. Atraksi yang tinggi dari kota Bangkok dengan segala nuansa dan karakternya, menarik minat dari banyak warga negara untuk mengunjunginya, termasuk dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Beberapa catatan terkait turis, bahkan pada masa pandemi, Bangkok tetap dikunjungi wisatawan. Di tahun 2022 saja, 10 juta wisatawan mengunjungi Bangkok. Jumlah ini memang sangat jauh dari rata-rata kunjungan wisatawan mancaranegara. Rata-rata tahunan 30 juta wisatawan berkunjung ke Thailand dan Bangkok menjadi tujuan utama kunjungan, seperti dirilis dari Bangkok Post edisi 29 Maret 2023.
Untuk tahun 2023 saja, pada kuarter pertama, yakni 3 bulan di awal, Thailand telah dikunjungi 6,15 juta wisatawan mancanegara. Jika digabungkan dengan kunjungan non-wisata, tentunya jumlah orang ke Thailand jauh lebih besar. Angka ini sangat jauh dengan Indonesia, yang hanya dikunjungi wisawawan asing sebanyak 5,47 juta sesuai data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022. Untuk tahun 2023, pada kuarter pertama, wisata yang berkunjung, menurut Kementerian Prawisata dan Ekonomi Kreatif, berjumlah kurang dari 750 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Meskipun disampaikan bahwa banyak kejahatan di Bangkok terhadap turis asing, namun jumlah dan skalanya relatif rendah. Jambret ada, namun tidak banyak. Penipuan turis atau sering disebut dengan scam, ada tetapi tidak menonjol dan perampokan informasinya jarang terdengar. Warga negara Bangkok dikenal lebih ramah, terbuka dan menerima hal-hal baru. Secara karakter, seperti disampaikan Rose, salah satu peserta seminar asli Thailand yang saya hadiri di Bangkok mengatakan orang Thailand cenderung tidak mau memaksakan kehendak kepada orang lain. Penulis telah membuktikannya.