Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Selangkah Lebih Dekat untuk Mengatasi Krisis Iklim!
13 Desember 2024 19:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rio Ananda Andriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bukan lagi perubahan iklim, tetapi krisis iklim. Karena apa yang terjadi sekarang adalah perwujudan dari perubahan iklim yang semakin memburuk. Oleh karena itu, terminologi krisis iklim sangat pantas untuk digunakan di kondisi saat ini. Jika kamu bertanya-tanya kenapa siang hari terasa lebih panas dari biasanya atau kenapa cuaca berubah-ubah. Ya, berarti kamu sudah menyadari dampak buruk dari krisis iklim. Tinggal kamu mengenal lebih dekat untuk mengatasi krisis iklim.
ADVERTISEMENT
Kamu Harus Tahu Penyebab dan Dampaknya
Banyak penyebab untuk terjadinya krisis iklim. Dan yang pasti adalah timbul dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh kita sebagai manusia yang menghasilkan gas emisi rumah kaca. Mengacu pada Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV) 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, bahwa penghasil gas emisi rumah kaca terbesar berasal dari sektor energi, diikuti dengan sektor lainnya seperti sektor kehutanan dan kebakaran gambut, sektor limbah, sektor pertanian, dan sektor proses industri dan penggunaan produk. Bahkan, kemungkinan besar sektor energi masih mendominasi hingga akhir tahun 2024. Utamanya, sub-sektor ketenagalistrikan karena Indonesia masih bergantung terhadap sumber energi fosil yakni batu bara yang begitu besar dampaknya terhadap krisis iklim.
ADVERTISEMENT
Dengan terus dihasilkannya gas emisi rumah kaca, maka lapisan ozon terus menipis yang berakibat pada timbulnya pemanasan global atau istilah sekarang adalah pendidihan global (global boiling) yang pada akhirnya akan membuat krisis iklim semakin dekat dengan kita. Dampaknya pun sangat dirasakan, sesederhana jika kita merasakan bahwa di siang hari lebih panas daripada biasanya atau timbulnya anomali cuaca yang memang sulit tuk diprediksi. Bahkan, jika menengok lebih jauh, dengan mengutip dari situs Betahita bahwa kekeringan seperti yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah bagian dari dampak buruk krisis iklim yang pada akhirnya terjadi krisis air, gagal panen, hingga kemiskinan. Selain itu, melansir dari situs mongabay dampak buruk krisis iklim juga terjadi di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura), di bagian Indramayu. Di mana wilayah pesisirnya mengalami kenaikan permukaan laut sehingga menimbulkan gelombang tinggi yang menimbulkan abrasi pantai. Alhasil, menimbulkan hal buruk, di mana pemukiman dan tambak ikan warga sekitar rusak.
ADVERTISEMENT
Perlu dipahami, bahwa dampaknya bukan untuk manusia saja, tetapi entitas lain seperti tumbuhan dan satwa pun ikut terkena dampaknya. Buruknya, biodiversitas diambang kepunahan. Melihat dampak-dampak buruk tersebut, sudah seharusnya kita, utamanya kaum muda mulai kritis untuk membangun narasi ataupun posisi dalam merumuskan solusi atas permasalahan tersebut. Karena, krisis iklim adalah masalah antar generasi yang terus mewariskan dampak-dampak buruk kedepannya.
Kesadaran Kamu adalah Bagian dari Solusi
Tidak perlu berpikir terlalu jauh dulu untuk mengatasi krisis iklim. Cukup dengan diri sendiri terlebih dahulu. Dengan kamu membaca artikel ini, berarti sudah ada kesadaran akan pentingnya narasi krisis iklim untuk terus digaungkan. Karena, yang menjadi poin utama dalam mengatasi krisis iklim adalah kesadaran akan berbagai dampak dan penyebab kenapa krisis iklim bisa hadir. Setelahnya, tentu kamu harus banyak mempelajari mengenai krisis iklim. Jika kamu sekarang sudah memahami bahwa di NTT terjadi kekeringan atau di Pantura terjadi abrasi pantai, maka kamu bisa mengidentifikasi daerah kamu sendiri. Sebenarnya, dampak apa yang terjadi di daerah kamu dan akibatnya nanti akan seperti apa.
ADVERTISEMENT
Tentunya, setelah kamu menyadari dan mulai mempelajari krisis iklim, maka saatnya kamu beraksi. Benar, beraksi dengan diri sendiri terlebih dahulu juga. Mulai lakukan kebiasaan-kebiasaan ramah lingkungan untuk meminimalisir timbulnya gas emisi rumah kaca. Contoh sederhana, yaitu dengan kamu mengambil makanan secukupnya atau menghabiskan makanan tersebut sampai tidak menimbulkan sampah organik. Karena, sampah organik dari makanan yang kamu buang begitu saja akan menimbulkan gas metana yang memiliki potensi 25 kali lebih tinggi daripada karbondioksida dalam merusak lapisan ozon untuk meningkatkan pemanasan global. Bisa juga dengan kamu mulai bersahabat dengan menggunakan transportasi umum, ini juga bagian dari meminimalisir untuk timbulnya karbondioksida.
Selain daripada dua contoh hal sederhana tadi masih banyak kegiatan ramah lingkungan yang bisa kamu lakukan untuk meminimalisir agar krisis iklim tidak semakin memburuk. Sekecil apapun perjuangan adalah tetap perjuangan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Gerakan Kolektif adalah Kunci
Setelah kamu bertindak secara individual, saatnya kamu berkumpul secara kolektif dengan membentuk gerakan ramah lingkungan hidup. Kolektif berarti bahwa kamu tidak lagi sendiri untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan, tetapi kamu mulai berkumpul dan membentuk gerakan secara bersama-sama dengan orang lain. Kamu bisa mulai ajak orang-orang terdekat kamu dengan memberikannya edukasi, sama halnya ketika kamu mulai mempelajari krisis iklim. Bahkan, kamu juga bisa bergabung ke dalam gerakan kolektif yang sudah terbentuk, semacam komunitas atau organisasi lingkungan hidup kaum muda. Percayalah gerakan kolektif sudah banyak, tinggal kemauan kita untuk bergabung.
Kekuatan kolektif ini diperlukan dalam mengatasi krisis iklim karena akar masalah dari krisis iklim juga bukan individual tapi berasal dari banyak orang. Makannya, penyelesaiannya pun harus bersama-sama agar kita bisa mengatasinya. Lagi-lagi bahwa perjuangan sekecil apapun tetap perjuangan, tapi jangan sampai itu cukup hanya di diri kamu saja, tetap membutuhkan banyak orang mengatasinya. Ibaratnya, kamu menanam satu pohon, tetapi di luaran sana banyak orang yang menebang sampai ratusan pohon. Sungguh tidak adil. Oleh karena itu, gerakan kolektif adalah kunci mengatasi krisis iklim yang sebenarnya setelah kita melakukan banyak kegiatan ramah lingkungan secara individual.
ADVERTISEMENT
Dan yang lebih penting, bahwa ketika kita sudah bergabung dengan gerakan kolektif maka sebisa mungkin bukan hanya bicara soal pola perilaku yang diubah untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Tetapi, levelnya sudah membicara soal bagaimana caranya untuk mengubah kebijakan. Maksudnya, bahwa kita harus bisa melakukan perubahan secara sistemik dengan terus mendorong para pemangku kebijakan agar bisa mengeluarkan kebijakan untuk meminimalisir krisis iklim semakin buruk. Karena kebijakan adalah hal fundamental yang bisa mengubah sampai kepada aspek terkecil.
Bukan Hanya Iklim, Tetapi Kita Juga Harus Berubah
Perlu diingat, bahwa krisis iklim bukan hanya masalah regional ataupun nasional, tetapi juga global. Maka, pantas jika perjuangan mengatasi krisis iklim adalah perjuangan panjang. Dimulai dengan menyadari penyebab dan dampaknya, lalu bertindak secara individual, dan diakhiri dengan gerakan kolektif yang mencoba mengubah kebijakan.
ADVERTISEMENT
Maka tulisan ini juga diharapkan bagian dari perjuangan untuk perubahan, jangan sampai tulisan ini berhenti di kamu. Mari sebarkan kebenaran, sebarkan bagaimana krisis iklim begitu menyiksa!
Penulis
Rio Ananda Andriana