Konten dari Pengguna

Sejarah Keterlibatan Uni Soviet dan Amerika dalam Perang Saudara di Angola

Rio Fernandes
Saya merupakan seorang pemuda yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Jember
9 Januari 2024 6:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rio Fernandes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perang Dingin Antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/repeated-exposure-ussr-usa-flags-fists-2316117687
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perang Dingin Antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/repeated-exposure-ussr-usa-flags-fists-2316117687
ADVERTISEMENT
Pasca terjadinya Perang Dunia II terdapat dua negara adidaya yang memiliki pengaruh serta kuasa yang besar di dunia. Dua negara tersebut ialah Uni Soviet dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Setelah Perang Dunia II berakhir Uni Soviet dan Amerika Serikat berselisih untuk memperebutkan pengaruh terhadap negara-negara lain di dunia. Walaupun pada Perang Dunia II kedua negara adidaya tersebut menjalin kerja sama untuk mengalahkan blok poros.
Perselisihan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat salah satunya diakibatkan oleh kebijakan luar negeri Uni soviet terhadap kondisi perpolitikan di dunia pasca Perang Dunia II.
Kebijakan luar negeri Uni Soviet diantaranya adalah menganggap keberadaan Amerika Serikat sebagai suatu ancaman terhadap ambisi Uni soviet dalam percaturan politik internasional.
Menurut Hartono dalam skripsinya yang berjudul Percaturan Kepentingan Uni Soviet dan Amerika Serikat di Angola 1974-1979 menjelaskan bahwa adanya kebijakan luar negeri Uni Soviet ditujukan untuk tetap mempertahankan paritas strategis dengan Amerika Serikat serta mencegah keunggulan politis Amerika Serikat di dunia.
ADVERTISEMENT
Uni Soviet dan Amerika Serikat melakukan perselisihan dengan cara bersaing untuk menyebarkan pengaruh mereka di negara-negara lain di dunia. Persaingan kedua negara adidaya tersebut lebih dikenal dengan sebutan Perang Dingin.
Selama periode Perang Dingin yakni pada tahun 1947 hingga 1991, Uni Soviet dan Amerika Serikat terus melakukan persaingan perebutan pengaruh di berbagai negara di dunia salah satunya di Angola.
Angola merupakan salah satu negara di benua Afrika yang terletak di sebelah barat daya dan termasuk kedalam wilayah Afrika bagian Selatan. Selama periode Perang Dingin negara Angola berada dalam kondisi perpolitikan yang tidak stabil.
Ketidakstabilan politik di Angola salah satunya diakibatkan oleh adanya Perang Saudara antara beberapa kelompok pemberontak yang sebelumnya terbentuk akibat kolonialisme Portugis.
ADVERTISEMENT
Kelompok pemberontak tersebut diantaranya adalah MPLA (Movimiento Popular de LiberaciĆ³n de Angola), FNLA (National Front for the Liberation of Angola), dan UNITA (National Union for the Total Independence of Angola).Ketiga kelompok pemberontak inilah yang terlibat dalam Perang Saudara di Angola.
Dari ketiga kelompok pemberontak tersebut MPLA dan UNITA yang menjadi dua kelompok utama dan memiliki peranan penting dalam peristiwa Perang Saudara di Angola.

Keterlibatan Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam Perang Saudara di Angola

Perang Saudara di Angola dapat dikatakan sebagai mikrokosmos dari Perang Dingin. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya keterlibatan Uni Soviet dalam mendukung MPLA dan Amerika Serikat mendukung UNILA dan FNLA.
Pada awalnya keterlibatan kedua negara adidaya tersebut terjadi akibat adanya kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk mempererat hubungannya dengan kawasan Afrika bagian Selatan salah satunya di Angola. Tindakan tersebut ditujukan untuk menjalin hubungan baik dengan rezim kulit putih di berbagai wilayah Afrika bagian Selatan.
ADVERTISEMENT
Pergerakan yang dilakukan Amerika Serikat di Angola tentunya direspon oleh Uni Soviet. Kebijakan luar negeri Uni Soviet yang berusaha untuk mengimbangi kepentingan politik , militer dan ekonomi Amerika Serikat dilakukan dengan cara mendirikan rezim Marxis garis Moskwa di Angola.
Pada periode 1973 hingga 1976 ketika dinaikkannya harga minyak oleh organisasi OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) menjadikan Amerika Serikat bertolak pada ketergantungan minyak di wilayah Afrika bagian Selatan. Tindakan Amerika Serikat tersebut diimbangi oleh Uni Soviet dengan cara terlibat dalam Perang Saudara di Angola.
Monumen Perang Saudara di Luanda, Angola. Sumber : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/luanda-angola-mars-15-2017-civil-2306414249
Uni Soviet membantu MPLA dalam Perang Saudara di Angola. Bantuan tersebut berupa bantuan militer yang terdiri dari pemberian Alutsista, penasihat militer dan beberapa kelengkapan perang lainnya. Di lain sisi Uni Soviet juga mendapatkan bantuan dari sekutunya yakni Kuba dengan bantuan berupa pasukan komando sebanyak 17.000 personil.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Uni Soviet bersama sekutunya dan MPLA melalui pemerintahan Marxis memaksimalkan kekuatannya dalam mempengaruhi kawasan Afrika bagian Selatan.
Sedangkan di kubu Amerika Serikat beserta sekutunya dan FNLA berusaha menggeser MPLA dalam pemerintahan Angola. Bahkan terdapat upaya percobaan pembunuhan terhadap wakil MPLA di dewan kepresiden yakni Lopo do Nascimento.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Saudara di Angola semakin nampak ketika mengirimkan bantuan militer terhadap FNLA dan UNITA. Bantuan tersebut berupa senapan mesin, mortir, amunisi, roket dan kendaraan militer yang ditujukan untuk melawan MPLA. Namun, pihak Amerika Serikat tidak mengirimkan pasukannya ke Angola.
Tindakan intervensi yang dilakukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat yang telah dijelaskan diatas ternyata telah merubah jalannya Perang Saudara di Angola menjadi pertarungan global berdimensi regional.
ADVERTISEMENT