Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ekonomi Triwulan III Yogyakarta: Sektor Pertanian Menanti Generasi Milenial
4 Desember 2024 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rio Kuncoro Jatikusuma, SST tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perekonomian Yogyakarta pada Triwulan III 2024 masih didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan sebesar 11,72 persen, diikuti oleh Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 10,21 persen, serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 10,00 persen. Meski terdapat sedikit pergeseran, sektor pertanian tetap menjadi salah satu penopang utama perekonomian daerah.
ADVERTISEMENT
Sektor pertanian melibatkan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak. Lebih dari separuh penduduk DIY bekerja di sektor informal , termasuk di dalamnya pekerja pertanian. Pada 2023, persentase tenaga kerja informal di DIY mencapai 53,78 persen, sementara tenaga kerja formal hanya 46,22 persen. Ironisnya, sektor informal, khususnya pertanian, menjadi penyumbang utama penduduk prasejahtera di DIY.
Data menunjukkan bahwa pada 2024, jumlah angkatan kerja di DIY mencapai 2,26 juta orang, meningkat 39,74 ribu dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 74,78 persen terserap ke dunia kerja, naik tipis 0,70 persen poin. Sayangnya, peningkatan ini tidak terjadi di sektor pertanian, yang mengindikasikan rendahnya minat pencari kerja terhadap sektor ini.
Petani Milenial dan Tantangan di Lapangan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman baru-baru ini menyampaikan pernyataan yang menarik perhatian: petani milenial berpotensi mendapatkan pendapatan hingga Rp10 juta per bulan . Petani milenial didefinisikan sebagai petani berusia 19 hingga 39 tahun yang adaptif terhadap teknologi digital. Sehingga menurutnya, petani milenial memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Namun, fakta di lapangan menunjukkan tantangan yang besar. Luas panen dan produksi padi di DIY terus menurun . Pada 2024, luas panen padi turun 7,78 persen, dari 105,69 hektar menjadi 97,47 hektar. Produksi padi juga menurun 14,95 persen, dari 534,11 ribu ton menjadi 454,27 ribu ton.
Hal ini memunculkan pertanyaan: Apakah program petani milenial mampu mengatasi tantangan ini? Sedangkan masyarakat bahkan beredar anekdot bahwa “petani sekarang cepat kaya” bukan karena hasil pertanian, melainkan karena menjual lahan pertanian mereka.
Selain itu, rencana pemerintah untuk menaikkan PPN menjadi sebesar 12 persen juga menimbulkan kekhawatiran. Kenaikan PPN akan berdampak pada naiknya harga barang dan jasa, termasuk kebutuhan pokok pertanian seperti pupuk, alat pertanian, serta jasa pendidikan dan kesehatan. Jika tidak dikendalikan, mau tidak mau petani akan menekan pengeluarannya. Pasalnya jika yang ditekan adalah pengeluaran biaya produksi, maka dapat dipastikan angka produksi pertanian juga akan ikut menurun.
ADVERTISEMENT
Modernisasi Pertanian: Gaya Baru untuk Petani Milenial
Generasi milenial cenderung menghindari pekerjaan yang melibatkan fisik berat dan kondisi kerja yang kotor. Oleh karena itu, modernisasi pertanian dapat menjadi solusi yang tepat untuk menarik minat mereka.
Beberapa inovasi yang dapat diterapkan meliputi:
Modernisasi pertanian adalah sebuah langkah tepat, meski penuh tantangan di banyak lini. Namun, selain tantangan ke depan, ada baiknya pemerintah juga mengevaluasi permasalahan yang telah ada di masyarakat, seperti:
ADVERTISEMENT
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kita dapat mandiri dalam sektor pertanian, mempertahankan petani yang sudah ada, sekaligus mendorong regenerasi petani dari kalangan milenial. Modernisasi tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan sektor pertanian yang lebih menarik dan berkelanjutan.