Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Muhammadiyah & Wahabi: Polemik yang Tak Kunjung Berakhir
30 Juli 2023 16:59 WIB
Tulisan dari Rivan Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, penting untuk menyadari bahwa Muhammadiyah dan Wahabi adalah dua entitas yang berbeda dengan karakteristik yang sangat berbeda pula. Muhammadiyah adalah gerakan pembaruan Islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Gerakan ini menekankan pentingnya pendidikan, kebangsaan, dan moralitas dalam memperkuat umat Islam. Di sisi lain, Wahabi adalah sebuah gerakan yang muncul pada abad ke-18 di wilayah Nejd, Arab Saudi, yang diilhami oleh pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Gerakan ini dikarakterisasi oleh pendekatan yang konservatif dan penekanan pada kepatuhan yang ketat terhadap ajaran Islam.
Salah satu argumen yang digunakan oleh mereka yang mengaitkan Muhammadiyah dengan Wahabi adalah nama "Abdul Wahab" yang ada dalam kedua entitas ini. Namun, perlu diketahui bahwa Abdul Wahab yang dimaksud dalam konteks Muhammadiyah adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum, seorang tokoh dalam sejarah Islam yang jauh sebelum munculnya gerakan Wahabi. Pada saat yang sama, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri gerakan Wahabi, adalah tokoh yang berbeda dengan latar belakang dan pandangan yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Muhammadiyah memiliki pendekatan yang berbeda dalam dakwah dan pemahaman agama dibandingkan dengan Wahabi. Muhammadiyah lebih mengedepankan prinsip-prinsip tauhid, amar ma'ruf nahi munkar (mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran), dan tausiyah (memberikan nasihat kebenaran) dalam berdakwah. Di sisi lain, Wahabi cenderung memiliki pendekatan yang lebih ekstrem dan keras terhadap ahli sunnah, dan sering kali dikaitkan dengan penindasan terhadap praktik-praktik yang dianggap menyimpang dari Islam.
Perlu dipahami juga bahwa penyebaran persepsi salah ini terutama terjadi di tingkat grass root atau masyarakat umum. Indikator kewahabian Muhammadiyah sebagian besar berkaitan dengan masalah fikih praktis. Namun, hal ini tidak boleh disamakan dengan pemahaman teologis atau filosofis Muhammadiyah secara keseluruhan. Muhammadiyah tetap memiliki landasan keagamaan yang beragam dan tidak terbatas pada satu mazhab tertentu.
ADVERTISEMENT
Pentingnya pemahaman yang akurat dan mendalam terkait perbedaan antara Muhammadiyah dan Wahabi sangat penting untuk mencegah penyebaran persepsi yang salah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, telah menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak memiliki tautan ideologis dengan Wahabi. Muhammadiyah memiliki tradisi intelektual yang beragam dan memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan keagamaan dan sosial di Indonesia.
Dalam rangka mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan yang lebih luas dan pemahaman yang lebih mendalam tentang Muhammadiyah dan gerakan-gerakan keagamaan lainnya. Dialog dan interaksi yang terbuka antara kelompok-kelompok tersebut dapat memperbaiki persepsi yang salah dan menghindari konflik yang tidak perlu.
Dalam menghadapi tantangan dan perbedaan yang ada, penting untuk menghargai keberagaman dan menghormati pandangan yang berbeda. Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah memberikan kontribusi positif dalam bidang pendidikan, sosial, dan agama. Oleh karena itu, salah persepsi mengenai Muhammadiyah yang menyamakannya dengan Wahabi tidaklah tepat dan perlu diperbaiki melalui pemahaman yang lebih mendalam dan dialog yang konstruktif.
ADVERTISEMENT
Sebagai akhir artikel ini, perlu ditekankan bahwa Muhammadiyah bukanlah gerakan Wahabi. Muhammadiyah memiliki identitas, pandangan, dan tujuan yang berbeda dengan Wahabi. Untuk mencegah penyebaran persepsi yang salah, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan profil yang akurat tentang Muhammadiyah dan menghindari generalisasi yang tidak tepat. Dengan mempromosikan dialog dan pemahaman yang lebih baik, kita dapat memperkuat persatuan dan memajukan kehidupan beragama di Indonesia.