Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kejarlah Akhirat, Dunia Mengikuti: Menemukan Keseimbangan Hidup
20 Oktober 2024 4:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rizal Bahara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Ketika saya mengutamakan uang yang ada untuk berhaji daripada untuk membeli rumah ternyata selang beberapa bulan sebelum berangkat haji saya dapat membeli rumah " itu kata pak Haji Halid bercerita kepada beberapa teman saat menunggu di bandara jeddah.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh persaingan, banyak dari kita sering terjebak dalam hiruk-pikuk mengejar kesuksesan duniawi. Status, kekayaan, dan jabatan menjadi tolok ukur keberhasilan, sementara nilai-nilai spiritual sering kali terpinggirkan. Namun, sebuah prinsip yang sederhana namun mendalam menyarankan hal sebaliknya: *kejarlah akhirat, dunia mengikuti*. Ungkapan ini tidak hanya mengandung makna spiritual yang mendalam, tetapi juga menawarkan panduan praktis untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.
ADVERTISEMENT
Prioritas yang Benar: Akhirat sebagai Tujuan Utama
Dalam Islam, kehidupan dunia ini dianggap sementara, sedangkan akhirat bersifat kekal. Oleh karena itu, umat Muslim diajarkan untuk tidak terlalu terobsesi dengan urusan dunia, tetapi lebih fokus pada bagaimana mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Prinsip ini menuntun kita untuk menjadikan ibadah dan kebaikan sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan.
Saat seseorang berfokus pada akhirat, dia tidak hanya mencari pahala dan keridhaan Allah, tetapi juga menjaga akhlak dan moralitasnya dalam berinteraksi dengan sesama. Prinsip ini mendorong untuk bersikap adil, jujur, dan dermawan, karena semua itu bernilai tinggi di mata Tuhan. Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang menekankan pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran akan akhirat, di antaranya:
ADVERTISEMENT
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia"(QS. Al-Qashash: 77).
Ayat ini menegaskan keseimbangan yang harus dijaga antara kehidupan dunia dan akhirat, namun tetap dengan prioritas utama pada akhirat.
Dunia sebagai Fasilitas, Bukan Tujuan
Mengejar akhirat tidak berarti mengabaikan dunia sepenuhnya. Justru, dunia ini dianggap sebagai sarana atau "lahan" untuk menanam benih amal yang hasilnya akan dituai di akhirat. Islam tidak pernah melarang untuk mencari rezeki dan kesuksesan duniawi, selama itu dilakukan dengan cara yang halal dan tidak melupakan kewajiban kepada Tuhan.
Ketika seseorang mengutamakan akhirat, ia memiliki kerangka berpikir yang lebih luas. Ia tidak akan terpaku pada hal-hal material yang sifatnya sementara. Kekayaan, jabatan, dan kesuksesan duniawi hanyalah alat untuk berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sejalan dengan pesan Nabi Muhammad SAW yang bersabda:
ADVERTISEMENT
"Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan, maka Allah akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, menghimpun baginya urusan-urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan, maka Allah akan meletakkan kefakiran di depan matanya, mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak datang kepadanya kecuali apa yang telah ditentukan baginya."(HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan bahwa ketika kita fokus pada akhirat, keberkahan duniawi akan mengikuti dengan sendirinya. Sebaliknya, jika hanya dunia yang kita kejar, kita akan selalu merasa kurang dan urusan kita akan terasa berat.
Keseimbangan dalam Kehidupan
Konsep "kejarlah akhirat, dunia mengikuti" juga mencerminkan keseimbangan dalam hidup. Tidak berarti bahwa seseorang harus meninggalkan pekerjaan atau urusan duniawi, tetapi mengatur prioritas dan niat. Dunia tidak boleh menjadi tujuan akhir, tetapi alat untuk mencapai kebaikan akhirat. Dengan begitu, kita akan lebih tenang dalam menjalani hidup, tanpa terbebani oleh ambisi duniawi yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Seorang Muslim yang menjalani hidupnya dengan tujuan akhirat, akan tetap bekerja keras, tetapi dengan kesadaran bahwa rezeki dan keberhasilan duniawi datang dari Allah. Mereka tidak terjebak dalam kompetisi yang merusak, tidak iri terhadap kesuksesan orang lain, dan lebih berfokus pada peningkatan kualitas ibadah serta akhlak.
Manfaat Spiritual dan Psikologis
Mengejar akhirat dengan keyakinan bahwa dunia akan mengikuti memiliki banyak manfaat, baik dari segi spiritual maupun psikologis. Secara spiritual, kita merasa lebih dekat dengan Allah, memiliki arah hidup yang jelas, dan lebih damai menghadapi cobaan hidup. Sementara itu, secara psikologis, kita terhindar dari stres berlebih karena tidak terpaku pada pencapaian material, dan selalu yakin bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil baik di dunia maupun di akhirat.
ADVERTISEMENT
Dengan prinsip ini, kita juga diajarkan untuk tidak serakah, tetapi selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Keyakinan bahwa dunia hanyalah sementara mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan kehilangan harta, jabatan, atau status sosial. Pada akhirnya, hidup menjadi lebih sederhana dan bermakna.
Kehidupan dunia sering kali menuntut kita untuk bergerak cepat, berkompetisi, dan mengumpulkan sebanyak mungkin materi. Namun, prinsip "kejarlah akhirat, dunia mengikuti" mengajak kita untuk menyeimbangkan kehidupan spiritual dan material. Dengan mengutamakan akhirat, kita bukan hanya memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga menjalani hidup dunia dengan cara yang lebih bijaksana dan penuh berkah. Pada akhirnya, dunia yang sering kita kejar-kejar justru akan datang dengan sendirinya ketika kita fokus pada kebaikan akhirat.
ADVERTISEMENT