Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Shell Shock, Gangguan Mental yang Menghantui Tentara Israel
27 Agustus 2024 6:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rizka Ananda Harini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perselisihan antara Palestina dan Israel yang telah berlangsung sejak tahun 1948 telah menimbulkan kerugian masif bagi kedua belah pihak. Sebagai pihak yang pada awalnya diserang, sudah tentu Palestina mengalami kerugian yang sangat parah. Namun, di sisi lain, pihak Israel pun juga mengalami kerugian. Salah satunya yaitu dari sisi kesehatan mental para tentaranya, yang selama ini dikenal memiliki citra kejam dan brutal oleh publik. Di balik citra bengis tersebut, para tentara Israel ternyata sangat rentan terhadap gangguan mental.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari The Jerusalem Post, pada sekitar bulan Juni lalu seorang tentara melakukan bunuh diri pasca mendapat tugas untuk kembali bertempur di Jalur Gaza. Sebelum kejadian ini, surat kabar Israel Haaretz menyatakan bahwa sepuluh tentara Israel melakukan bunuh diri, bahkan sejak 7 Oktober 2023. Sebagian dari mereka membunuh diri pada pertempuran di pemukiman daerah Gaza. Menurut The Palestine Chronicle dan Roya News pada Senin, 10 Juni 2024, hal ini mengakibatkan pasukan cadangan militer Israel mengalami kekurangan personel hingga harus mencari sukarelawan yang akan diterjunkan dalam pertempuran di Jalur Gaza.
Seorang mantan tentara zionis Israel bernama Ido Gal Razon yang telah membunuh 40 warga Palestina pada tahun 2007, mengaku sering berhalusinasi bahwa orang-orang yang telah dibunuhnya terus mendatanginya. Selain Razon, mantan tentara Israel lainnya bernama Itzik Saidian bahkan membakar dirinya pasca berperang di jalur Gaza pada tahun 2014. Akibat peristiwa itu, banyak orang yang menuntut tanggung jawab pemerintah Israel kepada tentara perang, terutama yang mengalami gangguan mental seperti Razon dan Saidian.
ADVERTISEMENT
Jika dicermati, gangguan mental yang diderita Razon dan Saidian dapat dikategorikan sebagai shell shock, yakni gangguan mental yang pada mulanya dialami oleh tentara pada Perang Dunia I. Istilah shell shock pertama kali diperkenalkan oleh Charles Myers pada tahun 1915. Pada masa itu, pengetahuan dan perhatian terhadap penyakit mental seperti shell shock masih terbatas sehingga penyakit ini dianggap sebagai tanda ketidakcakapan dalam diri seorang tentara untuk bertempur di medan perang.
Banyak tentara yang mengidap shell shock pasca bertempur di medan perang karena harus menghadapi pertempuran tanpa henti, hantaman benda-benda peledak serta rentetan suara tembakan dan jeritan yang memekakkan telinga mereka. Selain itu, rasa bersalah pun terus menghantui mereka karena telah membunuh banyak orang. Gejala shell shock ditandai dengan sakit kepala, hilang ingatan, hingga tinnitus (merasa mendengar hal yang sebenarnya tidak ada) dan tremor.
ADVERTISEMENT
Inggris kemudian menemukan cara yang diyakini ampuh untuk mengatasi timbulnya shell shock pada tentara yang tengah bertempur di Perang Dunia I kala itu. Apabila ada tentara yang sudah mulai menunjukkan gejala shell shock, maka ia akan langsung ditarik mundur untuk direhatkan. Apabila cara tersebut belum berhasil, tentara tersebut akan langsung dibawa ke pusat kesehatan jiwa untuk dirawat secara khusus. Jenis perawatan yang diberikan pun beragam, di antaranya yaitu melalui hipnoterapi hingga terapi kejut listrik. Kini, shell shock lebih sering disebut sebagai Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Daftar Pustaka
CNN Indonesia. “Awal Mula dan Alasan Israel Menyerang Palestina”. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210520095646-125-644571/awal-mula-dan-alasan-israel-menyerang-palestina. Diakses 25 Agustus 2024.
CNN Indonesia. “Tentara Israel Bakar Diri Karena Trauma Perang Gaza”. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210414153606-120-629919/tentara-israel-bakar-diri-karena-trauma-perang-gaza. Diakses 26 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Post-Traumatic Stress Disorder”. https://linksehat.com/artikel/post-traumatic-stress-disorder. Diakses 26 Agustus 2024.
Nugroho, Satria Yudho. “Mengenal Shell Shock, Gangguan Mental Prajurit Perang Dunia Pertama”. https://www.harianhaluan.com/news/108592826/mengenal-shell-shock-gangguan-mental-prajurit-perang-dunia-pertama. Dakses pada 11 Agustus 2024.
Ranimpi, Yulius Yusak. “Konflik Sosial dan Post-Traumatic Stress Disorder”. Suatu Pendekatan Pustaka (2002). Hlm. 7.
Reka. “Shell Shock, Sindrom Gangguan Syaraf Akibat Perang Dunia I”. https://www.indozone.id/fakta-dan-mitos/ers33X/shell-shock-sindrom-gangguan-syaraf-akibat-perang-dunia-i/read-all. Diakses 26 Agustus 2024.
Tim detikcom. "Tentara Israel Pilih Akhiri Hidup Ketimbang Balik ke Gaza. https://news.detik.com/internasional/d-7384517/tentara-israel-pilih-akhiri-hidup-ketimbang-balik-ke-gaza/2. Diakses pada 11 Agustus 2024.
Winastya, Khulafa Pinta. “Bunuh, 40 Warga Palestina, Tentara Israel Ini Stres Didatangi Korban”. https://www.merdeka.com/trending/bunuh-40-warga-palestina-tentara-israel-ini-stres-didatangi-korban-yang-dibunuhnya.html. Diakses 25 Agustus 2024.
Zamzami, Fitriyan. "10 Ribu Tentara Israel Kena Mental". https://news.republika.co.id/berita/sf3gai393/10-ribu-tentara-israel-kena-mental. Diakses pada 5 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT