Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Yang Baru namun Tidak Menjatuhkan yang Lama
3 Juli 2024 12:38 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rizki Alif Al-Hikam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengapa Ada Whoosh? Apakah Argo Parahyangan Tidak Cukup?
Fasilitasnya beda. Harga pembangunannya juga beda. Ada harga, ada juga kualitas yang ditawarkan. Kehadiran Whoosh, kereta cepat pertama di Indonesia, telah membawa Indonesia masuk ke dalam negara yang melek dengan kemajuan teknologi, spesifiknya adalah transportasi. Dengan waktu tempuh hanya 47 menit dari Jakarta ke Bandung maupun sebaliknya, Whoosh menjanjikan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana nasib Argo Parahyangan yang telah melayani pelanggan dari Jakarta ke Bandung maupun sebaliknya lebih dari satu dekade? Apakah ini akan menjadi persaingan dalam dunia transportasi khususnya perkeretaapian? Apakah kehadiran Whoosh mengancam eksistensi Argo Parahyangan?
Pengaruh Ekonomi dan Sosial
Whoosh dibangun dengan investasi yang sangat besar, bahkan terjadi pembengkakan sekitar Rp. 112 Triliun. Mengejutkan. Angka ini juga memunculkan tentang skala prioritas pembangunan nasional. Karenanya, sebagian besar dana ini berasal dari pinjaman luar negeri, yang tentu saja akan menjadi beban jangka panjang bagi negara. Maka dari itu, tiket yang dijual juga tidak bisa dibilang murah. Pertanyaannya, apakah urgensi membangun kereta cepat ini sebanding dengan besarnya investasi dan risiko finansial yang diambil?
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kehadiran Whoosh memang menawarkan kemajuan teknologi yang signifikan. Dengan kecepatan 350 km/jam, Whoosh mengubah skema perjalanan darat antar dua kota besar ini. Namun, apakah pengurangan waktu tempuh sebesar 2 jam ini benar-benar krusial bagi mayoritas masyarakat? Atau ini hanya akan menguntungkan segelintir kalangan yang memang menghargai efisiensi waktu di atas segalanya?
Whoosh membawa sebanyak 601 pelanggan dalam satu kali perjalanan. Setiap harinya, Whoosh melayani 24 kali perjalanan dari Jakarta dan Bandung. Beda dengan Argo Parahyangan yang hanya melayani 4 kali perjalanannya dalam sehari.
Lokasi stasiun kereta cepat yang berada di pinggiran kota (Halim di Jakarta Timur dan Tegalluar di Bandung Timur) menimbulkan tantangan tersendiri. Meskipun ada layanan KA Feeder, ini tetap menambah waktu dan kompleksitas perjalanan bagi sebagian penumpang. Berbeda dengan Argo Parahyangan yang berangkat dari dan tiba di pusat kota, memberikan kemudahan akses yang sulit ditandingi.
ADVERTISEMENT
Eksistensi Argo Parahyangan
Argo Parahyangan menawarkan perjalanan yang lebih dari sekadar perpindahan dari satu titik ke titik lain. Ada nilai nostalgia dan kenyamanan tersendiri yang sulit digantikan oleh kecepatan semata. Perjalanannya terasa bermakna. Melihat hijaunya Bumi Pasundan, beberapa terowongan, dan jembatan tinggi. KAI juga menawarkan banyak makanan di gerbong restorasi. Gerbongnya ada di tengah-tengah rangkaian kereta, biasanya di gerbong 4 atau 5. Makin kesini, menu makanan yang ditawarkan oleh restorasi KAI semakin beragam.
Eksistensinya tetap terjaga. Pelayanan yang diberikan oleh seluruh crew yang bertugas di dalam rangkaian juga epic. Memang, KAI selalu mengedepankan layanan yang diberikan kepada pelanggan. Lokomotif CC206 dan rangkaian stainless steel yang biasanya menarik rangkaian Argo Parahyangan menjadikan kereta ini gagah dan rajanya jalur Jakarta-Bandung.
ADVERTISEMENT
Fasilitas Yang Diberikan Whoosh dan Argo Parahyangan
Dari segi harga, meskipun Whoosh menawarkan kelas ekonomi dengan harga yang relatif terjangkau, kelas bisnis dan first class-nya tetap menjadi opsi yang mahal bagi sebagian besar masyarakat. Tetapi jika ditarik kesimpulan, Whoosh memiliki target pasarnya sendiri. Kalau kamu merasa mahal, berarti bukan kamu target pasarnya. Dengan adanya Whoosh, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua kota dan daerah di sekitarnya serta terjalinnya konektivitas yang lebih cepat antara Jakarta dan Bandung.
Sama seperti Argo Parahyangan yang menawarkan kelas Panoramic dan Luxury. Harganya bisa dua kali lipat dari harga kelas eksekutifnya. Namun, dengan harga yang ditawarkan, tentunya ada fasilitas yang luar biasa. Pelanggan mendapatkan satu kali service makan dan beberapa snack. Kelas panoramic merupakan kelas yang memiliki rangkaian berkaca besar, sehingga pelanggan puas dengan pemandangan yang dilewati Argo Parahyangan.
ADVERTISEMENT
Dalam satu kali perjalanannya, Argo Parahyangan bisa membawa sekitar 500-600 pelanggan. Konfigurasi seat kelas eksekutif dan ekonomi premiumnya sama, 2-2. Kelas eksekutif seatnya bisa diputar sesuai dengan arah laju kereta. Untuk kelas ekonomi premiumnya tidak bisa diputar.
Konfigurasi seat Whoosh untuk kelas ekonomi premium adalah 3-2 dengan 555 seat yang bisa direbahkan dan diputar sesuai dengan arah laju kereta. Jarak antara kaki dan seat depan pelanggan juga lega. Motif seat di kelas ekonomi premium adalah batik mega mendung ciri khas Cirebon, Jawa Barat.
Konfigurasi seat kelas bisnis adalah 2-2 dengan warna merah tua dan bahan faux leather bermotif laser cut batik mega mendung. Kelas bisnis ini terdiri dari 28 seat dalam satu rangkaian. Untuk kelas first class, terdapat 18 seat dengan konfigurasi seat 2-1. Bahannya sama seperti kelas bisnis, faux leather dengan bordir bermotif batik mega mendung. Selama perjalanan, pelanggan kelas bisnis dan first class akan mendapatkan snack.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Whoosh Tidak Menjatuhkan Argo Parahyangan
Kehadiran Whoosh tidak serta merta menjatuhkan Argo Parahyangan. Keduanya memiliki target pasar yang berbeda dan kelebihan masing-masing. Argo Parahyangan tetap relevan bagi mereka yang menginginkan perjalanan santai dengan pemandangan indah, sementara Whoosh menawarkan solusi bagi mereka yang memprioritaskan efisiensi waktu.
Urgensi kehadiran Whoosh lebih kepada memberikan pilihan alternatif bagi masyarakat. Di era globalisasi dan mobilitas yang tinggi, memiliki pilihan transportasi yang lebih cepat dan efisien menjadi krusial. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa investasi besar ini memberikan manfaat yang sebanding dan tidak membebani perekonomian nasional.
Dengan begitu, keberadaan Whoosh dan Argo Parahyangan dapat saling melengkapi, memberikan fleksibilitas pilihan bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Keduanya dapat berjalan berdampingan, memperkaya opsi transportasi yang ada dan mendukung mobilitas yang lebih baik antara Jakarta dan Bandung.
ADVERTISEMENT