Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merananya Seorang Pendiam
30 November 2023 19:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Rizki Feby Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku orang pendiam, yang ingin terus mengobrol dan menggali banyak hal tentang seorang yang ahli. Tapi topik pembicaraanku terkadang mati hanya di sini-sini.
ADVERTISEMENT
Aku juga ingin akrab dan dekat dengan siapapun, bukankah itu sesuatu yang bagus?
Relasi menjadi terjalin mulus, dan tingkat kepercayaan antar kita semakin kuat. Sehingga bala bantuan datang tidak disangka-sangka bukan?
Tapi selalu saja kelu dan topik yang kulempar seakan basi dan membosankan. Sehingga orang yang mendengarpun tidak tertarik dan memilih untuk keluar dari pembicaraan.
Sedangkan, aku sendiri juga malas untuk yang namanya berinteraksi kalau tidak ada kepentingan. Malas menanggapi orang yang ah ini ga penting bagiku.
Kalau ditarik kesimpulan sebenarnya mudah, cari topik yang mana membuat orang lain suka dan kita mencuri informasi tidak seketika mencolok mata.
Terkadang orang pendiam kebanyakan ingin selalu dimengerti dan ingin selalu ditanya. Padahal tidak mengapa lho, kalau kita menjelaskan terlebih dahulu sampai akhirnya orang nyaman dan paham perasaan kita sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya keberanian dan rasa percaya dirinya menipis duluan. Orang pendiam selalu diliputi segala ketertutupan. Ini yang membuatnya merasakan tembok yang begitu tebal yang menghalangi dirinya dengan sekitar.
Dan yang paling buruknya ia merasa bahwa dirinya tidak teramat penting. Dia salah menempatkan dirinya menjadi orang yang sepele. Tidak perlulah ambil waktu orang untuk dirinya.
Meskipun begitu dia berharap orang lain memberi dan mempersilakan dia untuk menunjukkan diri. Sebetulnya tidak masalah menjelaskan diri kita inginnya diperlakukan seperti apa.
Ya begitulah sekiranya nasib seorang pendiam. Sangat mengenaskan memang. Dingin menjadi stigma yang selalu melekat padanya. Padahal sebenarnya dia anak yang sangat perhatian dan peduli terhadap sesama.
Hanya saja, cara penyampaiannya yang ia tidak ketauhi. Alhasil, hanya sebatas di batin, dan berharap orang lain mengerti akan niat dan prasangka baik yang selama ini terpendam.
ADVERTISEMENT
Terkadang si pendiam juga menyimpan beribu kebaikan yang awal mulanya akan dia sebar. Tapi setelah tiba di lapangan, ia dikejutkan dengan beberapa orang yang tidak sesuai dengan presepsinya.
Berhubung dia tidak mampu mempertahankan apa yang ia yakini, ia memasang topeng berlagak menjadi orang yang tidak paham apa pun dan menyerahkan ke mereka yang sok-sok an paham segalanya.