Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Lagu LaMA
26 September 2022 23:28 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya 2013-2014 adalah wartawan yang mencoba-coba menembus masuk ke gedung Mahkamah Agung. Kenapa "mencoba-coba", karena sudah enggak terhitung lagi upaya yang berujung gagal.
ADVERTISEMENT
Pernah tidak boleh masuk sama sekali oleh satpam.
Pernah masuk tapi langsung digiring satpam ke ruangan Humas MA.
Pernah masuk tapi tidak tahu juga mau ke mana akhirnya tidak mendapatkan berita apa-apa.
Hingga suatu sore akhirnya saya berhasil masuk ke ruangan Topane Gayus Lumbuun sang Hakim Agung. Ceritanya begini:
Waktu hari masih siang, saya mengirimkan SMS ke Gayus bilang saya (beliau sudah tahu saya dari Tempo) menyampaikan pesan dari Ana wartawan Kompas, bahwa kami ingin berbincang.
Membawa-bawa nama wartawan senior Kompas, Mbak Ana, tanpa izin yang bersangkutan, memang adalah bentuk frustasi apalagi Tempo pernah dilaporkan Gayus ke Komisi Yudisial.
Frustasi, memang, tapi trik (agak licik) melunakkan Gayus itu berhasil. "Oooh, Kompas, boleh boleh," begitu kata Gayus yang langsung menelepon saya.
ADVERTISEMENT
Betapa girang hati saya.
Saya lupa apakah saya langsung menghubungi Mbak Ana untuk segera datang ke MA atau memang pada sore itu Mbak Ana sudah berada di MA.
Yang jelas, saya dan Mbak Ana kemudian meminta Humas MA mengantarkan ke ruangan Gayus.
Dan pada momen itulah saya berhasil masuk ke ruangan Hakim Agung.
Samar-samar saya mengingat bagaimana ruangan Gayus kala itu (maklum, ini sudah delapan tahun berlalu):
Di ruangan tersebut tidak ada yang mewah-mewah, malah terkesan terlalu biasa untuk seorang Hakim Agung. Yang saya ingat betul adalah tumpukan kertas (berkas perkara) di mana-mana. Benar-benar di mana-mana: Di lemari, di meja, bahkan di lantai.
Gayus—saya yakin karena sedang berhadapan dengan dua wartawan dari media kredibel yang bukan datang untuk cari gara-gara—asyik bercerita tentang Mahkamah Agung, sebuah lembaga yang hakimnya belum pernah kena masalah korupsi.
ADVERTISEMENT
***
Semua ingatan itu menyeruak kala Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Hakim Agung bernama Sudrajad Dimyati sebagai tersangka kasus suap. Sudrajad ini jadi Hakim Agung pertama yang dijerat karena kasus korupsi. Bersamanya, ada empat orang lain (pegawai/PNS MA) yang ditangkap.
Sekilas pengamatan saya, satu dari empat PNS MA itu punya mobil mewah dan gaya hidup "wah". Kalaulah selama ini dia ternyata hidup begitu dari hasil korupsi, ampun deh, saya muak banget rasanya, semuak membayangkan pernikahan anak eks Sekretaris MA di Hotel Mulia, Jakarta, tahun 2014, yang dihadiri 4.000-an orang dan konon menghabiskan dana Rp 40 miliar lebih itu.