Konten dari Pengguna

Cyber Security: Menghadapi Aksi Kejahatan Siber

Rizki Fa'iq Pradana
Mahasiswa Amikom Purwokerto
8 Januari 2023 16:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Fa'iq Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi serangan siber sumber: www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan siber sumber: www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
Berita tentang pembobolan data pribadi di dunia digital semakin menarik perhatian dan membuka peluang kerja dengan nilai tambah tinggi di era digital. Apalagi terkait dengan meningkatnya kebutuhan akan keamanan data informasi di dunia digital. Sangat mungkin muncul jenis kejahatan baru di bidang kejahatan siber (Cyber ​​Crime). Diakui bahwa penguasaan big data di Indonesia oleh kepentingan politik kelompok tertentu diperbincangkan dan dijadikan alasan untuk mengalihkan isu-isu tertentu, ada persepsi akan pentingnya perlindungan data, maka perlu adanya langkah-langkah untuk menyimpan, menggunakan, dan memfilter informasi Big Data, untuk mencegah kejahatan dunia maya. Berdasarkan data yang dihimpun dari databoks.katadata.co.id, Jumlah akun yang Mengalami Kebocoran data di Indonesia pada kuartal I 2020-kuartal II 2022 cenderung fluktuatif, puncaknya terjadi pada kuartal II 2020 di mana ada 39,6 juta akun di Indonesia yang dibobol hacker. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga ahli di bidang keamanan siber.
ADVERTISEMENT
Budaya kehidupan manusia di era millenial ini telah mengalami perubahan yang sangat signifikan mengikuti pengaruh perkembangan teknologi yang semakin pesat dan juga akan membutuhkan kemampuan adaptasi yang cukup besar agar tidak tertinggal dan tergerus oleh perubahan zaman. Rekayasa sosial (social engineering) adalah teknik manipulasi yang melibatkan eksploitasi kesalahan manusia untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi atau data berharga lainnya. Salah satu kasus yang sering kita dengar adalah pencurian data nasabah bank, sehingga hal ini termasuk kejahatan siber (Cyber ​​Crime). Mereka melakukannya dengan mengambil informasi awal seseorang, berupa nama, nomor ponsel, email, dan tanggal lahir yang mudah ditemukan di internet. Kejahatan dunia digital tertinggi adalah pencurian data penting dan sangat rahasia di suatu negara dan kemudian mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkannya untuk menyabotase negara tersebut. Yang akhirnya, kita sering mendengar istilah Cyber ​​War.
www.unsplash.com
Pasca pandemi Covid-19, membuktikan bahwa kegiatan belajar mengajar perlu menggunakan internet sebagai media utama. Tidak hanya kegiatan sekolah atau kampus, bahkan di dunia kerja saat ini, masyarakat sudah terbiasa bekerja dari rumah (WFH), mengadakan rapat kerja di kantor melalui internet. Ini akan menimbulkan masalah baru karena orang memanfaatkan kelemahan yang disebabkan oleh penggunaan internet. Suatu saat, kejahatan siber akan muncul dalam kerangka cyber war, yaitu menguping lawan, perusakan data dan aktivitas lainnya, pencurian dokumen rahasia, perusakan data lawan dan banyak metode lainnya di bidang kejahatan siber. Oleh karena itu, minimal diperlukan operasi penangkal untuk menyiapkan penghalang/pencegah/firewall terhadap kemungkinan serangan terhadap database kita. Partisi dirancang untuk menahan serangan dari pihak lawan. Tentunya semua itu membutuhkan pasukan cyber dengan kemampuan khusus tentunya di bidang cyber. Kemampuan khusus apa ini? Tentu saja segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia internet.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu kita harus menanamkan paradigma baru bahwa literasi baru harus menjadi pedoman untuk mempersiapkan generasi penerus untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Mengembangkan dan mengajarkan siswa keterampilan literasi baru (data, teknologi, ilmu sosial/pendidikan umum). Pengetahuan tentang data harus ditransmisikan secara upstream, kemudian tentang alat kerja utama seperti komputer dan lain-lain, harus disebarluaskan, terutama tentang perkembangan teknologi. Selain itu, pembentukan karakter juga harus terus diperhatikan, terutama dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kerjasama tim. Oleh karena itu, perlu juga untuk membuat pelatihan start-up dan magang.
Diharapkan dengan adanya peatihan start-up dan magang, akan membuka wawasan mereka tentang pentingnya menjaga data pribadi dan perusahaan. Pelatihan ini juga tidak akan sia-sia di masa yang akan datang, karena di jaman digital ini banyak lembaga-lembaga, instansi, dan perusahaan yang bertransformasi ke dunia digital. dengan hal itu pastinya orang yang menggeluti di bidang cyber security makin dibutuhkan dalam perusahaan.
ADVERTISEMENT