Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Implikasi Enhanced Defense Cooperation Agreement bagi Kawasan Asia Pasifik
21 April 2023 13:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rizki Maulana Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesepakatan pangkalan militer Filipina-AS, Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA), adalah kesepakatan kerja sama pertahanan antara Filipina dan Amerika Serikat yang ditandatangani pada tahun 2014. Kesepakatan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan pertahanan antara kedua negara dan memperkuat kapasitas pertahanan Filipina dalam menghadapi ancaman keamanan regional. EDCA memungkinkan Amerika Serikat untuk mengakses dan menggunakan fasilitas militer Filipina sebagai tempat persinggahan, logistik, dan latihan militer.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan ini juga memperbolehkan Amerika Serikat untuk membangun dan memperkuat fasilitas-fasilitas militer di Filipina. Di bawah kesepakatan ini, Amerika Serikat berkomitmen untuk membantu Filipina dalam memperkuat kapasitas pertahanannya, termasuk melalui penyediaan peralatan militer, pelatihan dan latihan militer, dan pembangunan infrastruktur pertahanan. Selain itu, EDCA juga memperkuat kerjasama antara kedua negara dalam berbagai bidang, seperti kontraterorisme, pemberantasan narkoba, dan bantuan kemanusiaan dalam situasi bencana.
Kesepakatan EDCA telah menuai kontroversi di Filipina, dengan sebagian orang yang merasa khawatir bahwa kesepakatan ini dapat meningkatkan ketegangan regional dan menimbulkan ketergantungan Filipina pada Amerika Serikat. Namun, pemerintah Filipina menganggap kesepakatan ini sebagai cara yang efektif untuk memperkuat pertahanan nasional dan meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
memungkinkan Amerika Serikat untuk meningkatkan kehadirannya di Filipina dengan akses ke pangkalan militer Filipina. Meskipun kesepakatan ini dirancang untuk memperkuat keamanan regional dan menjaga perdamaian, tetapi ada. Selain itu, kesepakatan pangkalan militer Filipina-AS ini juga dapat memperkuat ketegangan antara Filipina dan Tiongkok, karena Tiongkok melihat kehadiran militer AS di Filipina sebagai tindakan provokatif yang bertujuan untuk menekan klaim Tiongkok di Laut China Selatan.
Selain itu, kesepakatan ini juga dapat memicu ketegangan dengan negara-negara tetangga lainnya yang cenderung bersikap netral dalam perselisihan di Laut China Selatan. Namun, penting untuk diingat bahwa kesepakatan pangkalan militer Filipina-AS juga memiliki tujuan untuk memperkuat keamanan regional dan menjaga perdamaian. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk membangun dialog dan kerja sama di antara semua pihak untuk mengatasi perselisihan dan ketegangan yang ada di kawasan.
ADVERTISEMENT
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara perlu memperkuat kerja sama dan dialog untuk mencapai solusi damai dalam perselisihan di Laut China Selatan. Selain itu, negara-negara di kawasan juga perlu meningkatkan kapasitas pertahanan mereka sendiri untuk mempertahankan keamanan nasional dan regional. Di samping itu, kerja sama dengan negara-negara lain di luar kawasan juga penting untuk memperkuat keamanan dan stabilitas regional secara keseluruhan. beberapa alasan yang mengindikasikan bahwa kesepakatan tersebut dapat membahayakan perdamaian regional.
Memperkuat Ketegangan di Kawasan
Kesepakatan ini dapat memperkuat ketegangan di kawasan Asia-Pasifik, terutama dengan Tiongkok yang telah lama mengeklaim sebagian besar wilayah maritim di Laut China Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, perselisihan teritorial antara Tiongkok dan Filipina di Laut China Selatan telah meningkat, dan peningkatan kehadiran militer Amerika Serikat di Filipina dapat dilihat sebagai tindakan provokatif oleh Tiongkok. Kesepakatan ini dapat meningkatkan potensi konflik militer di kawasan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, jika terjadi konflik antara Filipina dan Tiongkok di Laut China Selatan, Amerika Serikat dapat terlibat secara langsung dalam konflik tersebut dan meningkatkan eskalasi konflik yang ada. Tidak menjamin keamanan regional Kesepakatan ini tidak dapat menjamin keamanan regional, karena terkadang kehadiran militer asing di wilayah tertentu justru dapat menjadi pemicu konflik daripada memperkuat keamanan.
Selain itu, kesepakatan ini juga tidak menyelesaikan akar permasalahan konflik dan perselisihan di kawasan. Berpotensi merusak lingkungan dan hak asasi manusia Kesepakatan ini dapat berpotensi merusak lingkungan dan hak asasi manusia, terutama jika terjadi penggunaan pangkalan militer yang tidak bertanggung jawab dan tidak memperhatikan kepentingan lingkungan dan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kesepakatan pangkalan militer Filipina-AS dapat membahayakan perdamaian regional jika tidak diimplementasikan dengan baik dan tidak mempertimbangkan kekhawatiran dan kepentingan negara-negara tetangga di kawasan.
Dalam hal ini, penting bagi Filipina dan AS untuk memastikan bahwa implementasi kesepakatan ini tidak membahayakan kawasan regional. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kekhawatiran negara-negara tetangga, menegakkan standar lingkungan dan hak asasi manusia yang ketat, diikuti dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan mempromosikan dialog diplomasi sebagai cara untuk menyelesaikan perselisihan dan mengatasi ketegangan di kawasan.
Kesepakatan EDCA Dilihat Melalui Sudut Pandang Konsep Balance of Threat
Dalam studi kasus kesepakatan EDCA antara Amerika Serikat dan Filipina penulis dapat menganalisis keadaan yang terjadi di kawasan dengan menggunakan konsep Balance of Threat. Berbeda dari konsep Balance of Power, konsep ini menjelaskan perilaku aliansi negara ditentukan oleh ancaman yang mereka rasakan dari negara lain (Walt, 1985). Konsep Balance of Threat ini melahirkan dua hasil yaitu ‘balancing’ dan ‘bandwagoning’.
ADVERTISEMENT
Walt berpendapat bahwa perilaku aliansi negara ditentukan oleh persepsi mereka terhadap ancaman dari negara lain. Oleh karena itu, Walt menjelaskan konsep balancing sebagai; menyeimbangkan diri dengan bersekutu melawan dugaan ancaman, sementara bandwagoning sebagai; negara yang sangat lemah menumpang dengan sumber ancaman, seiring meningkatnya ancaman demi melindungi keamanan mereka sendiri.
Amerika Serikat mengerti cara untuk memenangkan permainan ini, lantaran ia memanfaatkan konsep Balance of Threat yang bersumber dari Tiongkok di kawasan, lalu Filipina yang saat ini dalam pimpinan BongBong Marcos yang sangat condong ke Amerika, memperlihatkan kepanikannya dalam menghadapi ancaman dari Tiongkok di kawasan. Oleh karena itu, Amerika Serikat datang dan menawarkan tawaran yang seakan - akan ‘win-win’ antara Amerika Serikat dan Filipina.
Namun setelah kami kaji dan analisis lebih dalam, yang Amerika Serikat konstruksikan adalah Filipina melakukan bandwagoning atau menumpang kekuatan daripada Amerika Serikat untuk memberikan efek balancing di kawasan kali ini. Permainan yang dimainkan Amerika Serikat dan Tiongkok memang sungguh beragam dan tiada habisnya. Namun dalam permainan kali ini, Amerika Serikat mengungguli Tiongkok dengan triknya.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat memberikan kesan bahwa Filipina lah yang membutuhkan bantuan pertahanan dan militer darinya, padahal ada tujuan tersirat di dalamnya. Konsep Balancing dan Bandwagoning yang saat ini diterapkan AS dan Filipina di kawasan Asia Pasifik tidak dapat menahan balancing di kawasan untuk selamanya, tentunya Tiongkok akan mencari cara untuk mengimbangi pengaruh Amerika yang sudah sangat mendominasi di kawasan. Oleh karena itu, para ahli mengekspektasikan bahwa akan muncul ancaman baru di kawasan terkait perjanjian yang dilakukan AS dan Filipina ini.