Konten dari Pengguna

Enam Mahasiswa FISIP Berbagi Makanan untuk Masyarakat

Rizqi Aulia Pramuditya
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Untirta
23 Desember 2024 11:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizqi Aulia Pramuditya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Oleh Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Oleh Penulis
ADVERTISEMENT
Berbagi adalah hal yang penting dalam kehidupan. Dengan berbagi, kita dapat memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sekaligus merasakan kebahagiaan sebagai pemberi jika dilakukan dengan tulus. Sebagai makhluk sosial, berbagi menjadi keharusan, baik dalam bentuk harta, makanan, minuman, maupun sekadar senyuman.
ADVERTISEMENT
Melihat permasalahan sosial yang terus meningkat, seperti melonjaknya angka kemiskinan yang tampak dari banyaknya gelandangan dan pengemis di sekitar kita, kami, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sepakat untuk mengadakan kegiatan bakti sosial berupa pembagian makanan dan minuman kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kegiatan ini dilakukan dengan membagikan nasi kotak dan air mineral yang berasal dari hasil pengumpulan kolektif enam mahasiswa dari uang saku pribadi. Aksi ini merupakan wujud kepedulian kami sebagai mahasiswa sekaligus makhluk sosial untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Adapun sasaran pembagian makanan dan minuman ini adalah anak-anak dan lansia gelandangan atau pengemis. Lokasi pembagian dipusatkan di dua titik, yakni depan gerbang Kampus Untirta Pakupatan dan lampu merah Terminal Pakupatan, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
ADVERTISEMENT
Selain membagikan nasi kotak, kami juga melakukan wawancara singkat dengan beberapa penerima manfaat untuk memahami alasan di balik kondisi mereka saat ini. Salah satu kisah menyentuh datang dari seorang anak kecil berusia sekitar 10 tahun yang kami temui di lampu merah Terminal Pakupatan. Anak tersebut, yang juga bekerja sebagai manusia silver, mengungkapkan bahwa ia tinggal bersama ibu dan adiknya yang masih kecil. Ia tidak lagi memiliki seorang ayah.
Cerita lain datang dari seorang lansia yang juga menerima bantuan kami. Saat diwawancarai, ia bercerita dengan lugas, "Nenek nggak punya suami, masih ada anak yang harus dibiayai, nenek juga nggak dapat bantuan dari pemerintah. Sebenarnya nenek capek seperti ini terus, tapi mau bagaimana lagi? Untuk makan saja susah. Kalau anak nenek sudah lulus dan bekerja, nenek ingin berhenti saja," ungkap perempuan lansia tersebut (18/12/2024).
ADVERTISEMENT
Kebutuhan yang mendesak dengan penghasilan yang minim menjadi salah satu penyebab mereka harus hidup sebagai pengemis atau gelandangan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kelompok masyarakat seperti ini juga menjadi faktor utama yang memengaruhi keberlangsungan hidup mereka.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat sekitar tentang pentingnya berbagi, bersedekah, dan membangun kepedulian terhadap mereka yang kurang mampu. Kami berharap, aksi kecil ini dapat membantu mengurangi kelaparan sekaligus memberikan sedikit harapan bagi mereka yang membutuhkan.