Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ancaman Propaganda Kelompok Ekstremis Sayap kanan Adalah Isu Keamanan Terpenting
19 Juni 2022 19:09 WIB
Tulisan dari Rizky Demas Arjunanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Artikel ini berargumen bahwa propaganda dari kelompok ekstremis sayap kanan adalah isu keamanan paling penting saat ini. Penyerangan Gedung Kapitol di Washington, DC pada 6 Januari 2021 oleh sekelompok pendukung Presiden Donald Trump merupakan salah satu contoh dari peningkatan insiden kerusuhan di AS belakangan ini yang sering dikaitkan dengan ideologi ekstremis sayap kanan (Moskalenko & McCauley, 2021). Berbagai insiden kerusuhan menunjukkan bahwa kelompok ekstremis sayap kanan tidak ragu untuk menggunakan cara-cara radikal dan kekerasan demi mencapai kepentingannya. Insiden-insiden oleh kelompok ini secara langsung mengancam keamanan nasional dengan mengganggu stabilitas negara. Meskipun demikian, kelompok ekstremis sayap kanan dan aksi-aksi radikalnya terus meluas bahkan hingga ke berbagai negara (Ong & Pantucci, 2022). Artikel ini berusaha membuktikan bahwa propaganda dari kelompok ekstremis sayap kanan adalah isu keamanan paling penting saat ini karena dua alasan. Pertama, ideologi kelompok ekstremis sayap kanan menolak kesetaraan sehingga menyebabkan intoleransi. Kedua, propaganda kelompok ekstremis sayap kanan semakin membahayakan dengan berkembangnya teknologi informasi.
ADVERTISEMENT
Alasan pertama adalah ideologi kelompok ekstremis sayap kanan menolak kesetaraan sehingga menyebabkan intoleransi (Carte, 2018). Ideologi ini percaya bahwa terdapat kelompok superior yang berhak mendapatkan hak lebih besar dibanding kelompok yang lebih inferior (Woshinksy, 2008). Pandangan ini menyebabkan seseorang merasa superior dan tidak toleran terhadap kelompok lain dan pandangannya. Intoleransi dapat memicu perpecahan dan konflik sosial yang bisa berkembang menjadi kekerasan. Pandangan ini akan semakin berbahaya jika berkembang menjadi keinginan untuk memurnikan negara dari kelompok ‘asing’ yang inferior. Dalam sejarah, cara berpikir ini telah menyebabkan tindakan penindasan, kekerasan politik, asimilasi paksa, hingga kejahatan kemanusiaan seperti pembersihan etnis dan genosida. Maka dari itu, perkembangan ideologi ini sangat mengancam keamanan nasional.
Alasan kedua adalah propaganda kelompok ekstremis sayap kanan semakin membahayakan dengan berkembangnya teknologi informasi. Ideologi ekstremis sayap kanan sering diasosiasikan dengan teori konspirasi tak berdasar yang merupakan salah satu bentuk dari propaganda. Propaganda merupakan penyebaran narasi yang berisi pemutarbalikan fakta, setengah kebenaran, atau kebohongan untuk mempengaruhi opini publik untuk mencapai tujuan spesifik (Smith, 2021). Ia efektif mempengaruhi opini publik dengan mengaktifkan emosi kuat seperti rasa takut dan frustrasi yang menekan pikiran rasional, menyederhanakan informasi berlebihan sehingga mudah dipercaya dan diingat, menyesuaikan terhadap kepercayaan dan kebutuhan dari target sehingga terjebak dalam bias konfirmasi, dan menciptakan imaji biner “kita” dan “mereka” sehingga target mudah mengidentifikasi siapa musuh sesuai keinginan propagandis (Media Education Lab, 2018). Propaganda dibingkai sedemikian rupa untuk mengalihkan fokus target dari segala sesuatu kecuali propaganda itu sendiri (Smith, 2021).
ADVERTISEMENT
Propaganda berbahaya jika digunakan oleh tujuan yang salah karena ia tidak hanya efektif mempengaruhi opini publik dengan fakta yang dipertanyakan tetapi juga mendorong tindakan radikal dan kekerasan yang mengancam stabilitas dan keamanan nasional. Kelompok ekstremis sayap kanan merupakan salah satu contohnya. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi juga memperbesar bahaya propaganda dengan dua cara. Pertama, mempermudah penyebaran narasi sehingga menjangkau dan mengubah persepsi lebih banyak target. Kedua, memfasilitasi pembuatan konten propaganda yang lebih efektif. Bahaya propaganda yang semakin canggih sangat mengancam keamanan kontemporer karena tidak mudah diatasi dan dideteksi oleh pemerintah. Hal ini karena pemerintah harus menghargai kebebasan berpendapat dan privasi warganya. Selain itu, berkembangnya teknologi yang menjaga privasi seperti enkripsi ujung ke ujung dan teknologi rekayasa materi digital berbasis kecerdasan buatan seperti deepfake membuat propaganda, hingga batas tertentu, berada di luar kontrol pemerintah dan aparat keamanan. Kondisi ini digambarkan oleh gerakan QAnon di AS.
ADVERTISEMENT
QAnon merupakan sebuah teori konspirasi di AS yang berkaitan dengan ideologi ekstremis sayap kanan. Teori konspirasi didasari narasi bahwa terdapat kerja sama rahasia antara kelompok-kelompok konspirator di seluruh dunia yang berusaha mencapai tujuannya seperti mendominasi dunia, menghancurkan dunia melalui anarki, dan memanipulasi berbagai peristiwa demi kepentingannya sendiri (Bayer et al., 2019). Teori ini menegaskan kepercayaan yang sudah dimiliki oleh kelompok ekstremis sayap kanan sebelumnya bahwa terdapat kelompok ‘asing’ inferior yang berusaha merusak dunia ideal mereka (Moskalenko & McCauley, 2021). Namun, tidak hanya mempengaruhi hingga tingkat persepsi, propaganda yang disampaikan dalam teori ini juga mampu mendorong kelompok ekstremis sayap kanan untuk menggunakan cara-cara radikal dan kekerasan dalam memperjuangkan kepentingannya. Tindakan ini semakin mengancam karena dikoordinasikan melalui saluran-saluran rahasia sehingga tidak hanya mengancam keamanan nasional tetapi juga sulit dihentikan perluasannya. Ancaman tersebut cukup untuk membuat FBI melabelkan mereka sebagai ancaman terorisme domestik (FBI, 2019). Kasus QAnon telah membuktikan bahwa propaganda kelompok ekstremis sayap kanan semakin membahayakan dengan berkembangnya teknologi informasi.
ADVERTISEMENT
Kedua alasan tersebut telah membuktikan bahwa propaganda dari kelompok ekstremis sayap kanan adalah isu keamanan paling penting saat ini. Konsekuensinya, negara-negara harus menyikapi meluasnya gerakan ekstremis sayap kanan dengan komprehensif. Salah satu cara untuk melawan narasi propaganda adalah kontra-narasi yang dilakukan dengan membuat narasi alternatif. Namun, efektivitas upaya ini akan sulit karena keterbatasan teknologi dan kewajiban negara untuk menghormati hak warganya. Maka dari itu, negara membutuhkan mekanisme organik agar masyarakat dapat menangkal propaganda ekstremis sayap kanan. Salah satu opsi negara adalah melalui pendidikan. Negara perlu membekali masyarakat kemampuan menyaring informasi dan menormalkan diskusi politik. Hal ini akan melatih masyarakat untuk bijak dalam menerima informasi dan tidak terjebak dalam gelembung mereka sendiri sehingga mampu menangkal propaganda dan mempromosikan toleransi yang akan menjaga stabilitas dan keamanan nasional.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Bayer, J., Bitiukova, N., Bard, P., Szakács, J., Alemanno, A., & Uszkiewicz, E. (2019). Disinformation and propaganda–impact on the functioning of the rule of law in the EU and its Member States. European Parliament, LIBE Committee, Policy Department for Citizens' Rights and Constitutional Affairs.
Carter, E. (2018). Right-wing extremism/radicalism: reconstructing the concept. Journal of Political ideologies, 23(2), 157-182.
FBI. (2019). Anti-Government, Identity Based, and Fringe Political Conspiracy Theories Very Likely Motivate Some Domestic Extremist to Commit Criminal, Sometimes, Violent Activity. Intelligence Bulletin, 1(15).
Media Education Lab. (2018). Mind Over Media: Analyzing Contemporary Propaganda Lesson Plans. Media Education Lab. Retrieved 17 June 2022, from https://mediaeducationlab.com/curriculum/materials.
Moskalenko, S., & McCauley, C. (2021). QAnon. Perspectives on Terrorism, 15(2), 142-146.
ADVERTISEMENT
Ong, K., & Pantucci, R. (2022). Extreme Right-Wing Violence in the West: In Remission?. Counter Terrorist Trends and Analyses, 14(1).
Smith, B.L. (2021). propaganda. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/propaganda
Woshinsky, O. (2008). Explaining politics: culture, institutions, and political behavior. Routledge.