Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sekolah Menulis di Perpustakaan
16 Mei 2023 10:04 WIB
Tulisan dari Romi Febriyanto Saputro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perpustakaan merupakan sarana untuk menumbuhkan syahwat membaca bagi para penggemarnya melalui buku-buku yang disediakan di rak. Buku-buku ini tercipta dari tulisan para penulis sesuai dengan keahliannya. Jadi, tugas pertama perpustakaan adalah menumbuhkan budaya membaca penggunanya. Sedangkan tugas kedua adalah membangun tradisi menulis sesuai dengan jenis perpustakaan. Perpustakaan perguruan tinggi membangun tradisi menulis di lingkungan perguruan tinggi. Perpustakaan umum kabupaten/kota membangun budaya menulis di kabupaten/kota.
ADVERTISEMENT
Di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen sejak tahun 2014 sudah ada upaya untuk membangun tradisi menulis melalui komunitas Sekolah Menulis Sragen(SMS). Sambutan para pelajar ini sungguh diluar dugaan saya. Mereka sangat antusias untuk belajar menuangkan isi hati dan pikiran dalam bentuk tulisan. Ternyata potret budaya literasi di kalangan pelajar tidak terlalu menakutkan seperti yang dilansir oleh beberapa penelitian. Rupa-rupanya anak-anak kita hanya perlu diberi kesempatan dan kebebasan dalam menuangkan ide di sebuah kertas.
Pelajaran Bahasa Indonesia yang terlalu menekankan pada tata bahasa disadari atau tidak merupakan salah satu belenggu bagi para pelajar untuk melahirkan tulisan. Selain itu, proses pendidikan di sekolah yang lebih mementingkan nilai akademik semata turut menyebabkan pelajar malas menulis dan merasa tidak punya waktu lagi untuk menulis. Setiap hari mereka kebanjiran tugas dan PR (Pekerjaan Rumah) dari berbagai mata pelajaran. Ironisnya, tugas dan PR ini sangat sedikit yang mampu membangkitkan semangat membaca dan menulis peserta didik.
ADVERTISEMENT
Sekolah menulis di perpustakaan adalah energi alternatif untuk membangkitkan semangat menulis manusia Indonesia terutama para remaja. Sehingga ketika mereka menjadi PNS akan melahirkan PNS yang bisa menulis surat dinas dengan baik. Tatkala kelak mereka menjadi anggota DPR mereka akan menulis undang-undang yang mampu mengamankan kekayaan negara untuk menyejahterakan rakyat. Bila kelak mereka menjadi pejabat negara, mereka akan menulis dengan jujur harta kekayaan yang dimilikinya. Jika di masa depan mereka menjelma menjadi pengusaha/wiraswasta mereka akan mampu menulis dengan benar keuntungan bisnisnya. Demikian pula jika mereka menjadi dosen, akan menghasilkan banyak tulisan ilmiah yang bersifat aplikatif.
Membudayakan menulis di perpustakaan adalah salah satu tradisi ilmu pengetahuan. Perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad adalah salah satunya. Baitul Hikmah merupakan perpustakaan terbesar yang pernah dimiliki umat Islam di Baghdad. Dibangun oleh Khalifah Harun al-Rasyid pada tahun 815 M yang kemudian diteruskan oleh puteranya Al- Makmun. Perpustakaan ini tidak hanya mengoleksi buku, tapi juga berfungsi sebagai sekolah menulis berskala internasional yang bertujuan untuk membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Jauhar Ridloni Marzuk (2012) menuliskan bahwa Baitul Hikmah menjadi pusat pertemuan ilmu-ilmu pengetahuan dari Barat (Yunani) dan dari Timur (India, Persia dan China) yang selanjutnya dikembangkan oleh para cendekiawan Islam menjadi berbagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, filsafat, astronomi, kedokteran, fisika bahkan juga metafisika. Di tempat ini, buku-buku dari Barat dan Timur dikaji, didiskusikan, dikritisi, diterjemakan dan dan kemudian ditulis ulang.
Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim. Berbagai dalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal dari India. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani, terutama filsafat etika dan logika. Sedangkan karya-karya sastra diambil dari Persia. Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang ilmu eksakta saja, ilmu-ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqh dan lain-lain juga mengalami perkembangan signifikan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, seperti; Al-Kindi, Al-Khwarizmi, Muhammad Jakfar bin Musa, Ahmad bin Musa, Abu Tammam, Al-Jahiz, Ibnu Malik At-Thai, Abul Faraj, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Ibnu Misykawaih, hingga sejarawan besar Ibnu Khaldun sebagian ulama yang belajar di Baitul Hikmah. Merekalah yang berpengaruh besar terhadap perkembagan ilmu pengetahuan selanjutnya, bukan hanya untuk Islam tapi juga Barat dan Eropa.
Sekolah menulis di perpustakaan adalah sebuah ikhtiar membangun tradisi literasi yang sehat. Tradisi membaca dan menulis bisa tumbuh dengan baik di perpustakaan. Di perpustakaan, tersedia berbagai macam buku yang bisa menjadi amunisi untuk meledakkan ide di otak menjadi tulisan yang inspiratif. Dalam Inspring Words for Writers (Fauzil Adhim,2005) disebutkan bahwa penulis besar menuangkan kata karena membaca. Sementara mereka yang mabuk ingin disebut penulis membaca buku karena mau menulis.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga membangun citra perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat bukan sekedar tempat meminjam buku yang bersifat pasif. Selama ini kelemahan promosi budaya baca di tanah air adalah hanya "menunggu bola saja" duduk manis menunggu masyarakat hadir di perpustakaan. Perpustakaan perlu "menjemput bola" mengundang masyarakat agar mau hadir dulu di perpustakaan. Perpustakaan adalah rumah yang nyaman untuk semua komunitas yang ada untuk tumbuh dan berkembang membangun negeri tercinta. Menghasilkan manusia Indonesia yang siap untuk membangun bukan asal-asalan dalam membangun.