Konten dari Pengguna

Menimbang Bakal Cagub Andre Rosiade dan Masa Depan Sumatera Barat

Ronny P Sasmita
Warga Negara Biasa Penikmat Kopi Warkop yang Nyambi Jadi Pengamat Ekonomi, Penikmat Sejarah dan Kajian-Kajian Strategis
17 Juni 2022 23:21 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ronny P Sasmita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Andre Rosiade
zoom-in-whitePerbesar
Andre Rosiade
ADVERTISEMENT
Modal utama Andre Rosiade sebagai politisi sudah lebih dari cukup, yakni rasa percaya diri yang tinggi. Nah, jika sudah superpede, urusan lain tentu bisa susul-menyusul. Perkara sponsor bisa diatur, misalnya. Urusan visi misi bisa dinomorsebelaskan. Apalagi hanya perkara display photo iklan atau photo di headline media lokal Sumbar. Semuanya bisa di-generate dan diatur.
ADVERTISEMENT
Rasa percaya diri nan tinggi memang mahal harganya. Tak banyak yang demikian di Kota Padang dan di Sumbar. Nah, pada sisi itulah Andre layak mendapat kredit point tambahan, terutama dari tokoh-tokoh Sumbar yang beberapa waktu lalu silih berganti meng-endorse Andre di media daerah.
Percaya dirinya tidak hanya tampak dari tampilan samping photo display di headline koran lokal, tapi juga dari dentuman substansi suaranya saat mengkritik penguasa daerah di Sumbar. Sangat berani. Dan siap pasang badan untuk semua ucapan dan kritikannya tersebut. Sekalipun sebenarnya tak ada urusan dengan pasang badan, toh hanya mengkritik secara politik.
Sekali lagi, percaya diri Rosiade adalah modalitas politik yang tak banyak menempel pada figur-figur politik lainya di Kota Padang dan Sumbar. Saya kira, perkara pede tersebut, Rosiade layak kita acungi jempol ramai-ramai, tepat di depan hidungnya sembari berkata, "Mantap Pak, hajar terus. Jangan Tanggung-Tanggung." Kehadiran Andre Rosiade memang berhasil membuat demokrasi terasa sebagai demokrasi di Sumbar, bukan demokrasi rasa teokrasi atau rasa “opokrasi” (istilah di Sumbar tentang sikap memuji-muji tokoh tertentu yang sedang berkuasa agar kecipratan sesuatu),
ADVERTISEMENT
Tapi sekalipun acapkali menjadi kelebihan, Rosiade tetap harus waspada bin hati-hati. Jika sudah full konfiden, peluang kalahpun bisa terasa sebagai peluang menang untuk Pilgub 2024, misalnya. Cibiran pun bisa berasa ciuman. Dalam posisinya saat ini, tentu semua orang yang mendekat bisa seketika jadi kawan karib yang siang dan malam siap memberikan “opokan.” Dengan kata lain, Andre Rosiade tetap barus selektif dalam beraliansi dan berkoalisi. Jangan sampai hanya dijadikan mainan saat butuh, tapi secara politik diam-diam justru jadi musuh.
Memang, percaya diri yang tinggi nampaknya juga membawa Andre Rosiade kepada posisi spritual dengan langit-langit tak berbatas. Cukup ikhlas nampaknya beliau dengan apapun reaksi publik. Peduli amat dibelakang mereka mencibir, memanfaatkan situasi, atau hanya sekedar basa-basi, tak penting lah itu. Begitulah kira-kira kepercayaan diri Andre Rosiade.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, beliau ikhlas sekalipun orang-orang bicara sinis tentangnya. Ya, kita anggap saja demikian, yaitu ikhlas. Lantas, di tengah kota Padang yang cenderung minim kritisisme atau di pelataran provinsial Sumbar yang terasa datar, kehadiran Andre Rosiade tentu sangat berarti. Justru di mata saya, Rosiade tak layak dicibiri hanya karena kelantanganya.
Boleh jadi, perspektif Andre Rosiade dalam melihat politik jauh lebih luas. Karena saya kira, boleh jadi juga bagi Andre Rosiade, demokrasi adalah dinamika politik yang tidak sekedar apa kata pejabat terpilih, tapi juga dinamika yang dialektis di semua tingkatan. Sekalipun sudah secara de facto dan de jure sebagai penguasa, kritik tetap diperlukan. Jika memang Rosiade memelihara pemahaman seperti ini di otak dan hatinya, maka saya kira, kita sangat layak mengacungi jempol kembali untuk yang kedua kali.
ADVERTISEMENT
Toh memang demokrasi tidak hanya milik pemenang, tapi juga milik pemilih, sebelum dan sesudah pemilihan. Jadi memang seharusnyalah siapapun penguasanya, imagi dan energi kritis harus tetap dijaga. Ya toh. Dan Rosiade termasuk salah satu politisi Sumbar yang menjaganya. Sekali lagi tidak salah juga kita acungkan lagi jempol rame-rame ke muka beliau, persis di depan hidungnya, terkait soal pemahaman demokrasi yang dialektis kritis ini.
Dan setelah sukses menjadi Jubir Prabowo Sandi di Pemilihan Presiden 2019, diikuti dengan keterpilihan Andre Rosiade jadi anggota DPR dari Sumbar dengan raihan suara terbanyak, beliau tetiba didapuk jadi ketua DPW Gerindra Sumbar, lalu ditugasi memenangkan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar dari Gerindra, Nasrul Abit dan Indra Catri, walaupun akhirnya ternyata kalah.
ADVERTISEMENT
Otomatis, sejak duduk jadi anggota DPR yang terhormat, Andre semakin menjadi-jadi. Andre menginisiasi interpelasi Gubernur Sumbar (IP) karena dianggap terlalu sering ke luar negeri, walaupun secara fundamental konstitusional interpelasi sejatinya untuk hal-hal yang strategis sifatnnya.
Kemudian, tanpa teding aling-aling, Andre Rosiade menggrebek praktek prostitusi online di Kota Padang, dengan skenario dan settingan yang nampaknya telah disiapkan terlebih dahulu. Jagat media ramai, sampai ke tingkat nasional.
Pendapat publik pun terbelah. Prostitusi online terjadi di mana-mana karena hadirnya aplikasi “mechat” yang tidak bisa dilarang oleh pemerintahan daerah. Tapi Andre bersikeras, walikota Padang kala itu, Mahyeldi, yang menjadi saingan berat calon gubernur dari Gerindra dua tahun lalu punya andil atas maraknya prostitusi online di Kota Padang.
ADVERTISEMENT
Tak cukup dengan itu. Andre pun terus bergerak. Andre mendatangi tempat-tempat hiburan malam di kota Padang dan mendapati minuman keras di beberapa TKP. Andre memang tak sendiri, sedari awal, ia sudah membawa beberapa awak media lokal, agar aksinya langsung tertulis di laman berita-berita online lokal dan laman media cetak lokal keesokan harinya. Targetnya jelas, mencari kesalahan walikota Padang kala itu. Publik pun kembali terbelah. Para pendukung Andre Rosiade menganggap aksi tersebut sebagai langkah hebat, aksi naif mungkar, dari seorang anggota DPR yang baru terangkat, walau jauh dari wewenangnya di komisi BUMN DPR RI.
Banyak yang mengira bahwa melambungnya nama Andre Rosiade sebagai langkah awalnya untuk mengukir nama sebagai calon Gubernur Sumbar di 2024 dan akan sangat membantu Gerindra dalam memenangkan pasangan calon Nasrul Abit dan Indra Catri di 2020. Memang, tak ada yang meragukan kebesaran namanya setelah sukses jadi Jubir Prabowo Sandi, walaupun pasangan Capres itu kalah. Setidaknya, Andre mengantongi suara terbanyak di dapilnya untuk kursi DPR.
ADVERTISEMENT
Tapi kebesaran nama itu ternyata tak mampu menghindarkan Gerindra kalah dalam Pilgub Sumbar mutakhir. Masuknya Prabowo ke dalam pemerintahan, bergemingnya Prabowo atas HRS, atau ditangkapnya Eddhy Prabowo oleh KPK, getarannya lebih kuat ketimbang resonansi nama besar Andre Rosiade di Sumbar. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dari Gerindra, Nasrup Abit dan Indra Catri, harus gigit jari karena kalah suara dibanding Mahyeldi, walikota Padang yang sering disudutkan Andre Rosiade.
Andre tentu harus banyak belajar dari kejadian tersebut, untuk dijadikan cerminan agar tak terulang di Pilgub Sumbar 2024, di mana Andre diproyeksikan akan menjadi Calon Gubernur. Terlalu pede tak ada salahnya, bahkan bagus. Grasak-grusuk mengkritik juga tak ada salahnya, tak ada yang melarang, tapi bagaimana publik menilainya, Andre tak bisa mengaturnya. Karena itulah untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat Sumbar perlu dengan berbagai pendekatan yang kontekstual, tidak melulu dengan kegalakan dan kekuasaan politik.
ADVERTISEMENT
Kemampuan dan keberanian dalam mengambil sikap oposisionis di Padang dan Sumbar selama ini memang bukan indikator kepemimpinan daerah, walaupun bisa dijadikan sinyal potensi kepemimpinan. Kemampuan dalam memobilisasi, mengostkestrasi,dan mengonsolidasi berbagai kekuatan politik yang ada di daerah jauh lebih penting, setidaknya begitu kata Profesor politik, Stanley Renson.
Memang, sebagaimana ditulis Daniel Coleman di Majalah Harvard Business Review tahun 2005 lalu, sejatinya tidak ada juga ukuran ilmiah untuk mengukur sebuah kepemimpinan. Bahkan beredar anekdot di kalangan para pakar managemen bahwa urusan kepemimpinan lebih dominan nuansa seninya ketimbang nuansa ilmiahnya.
Namun dalam konteks kecerdasan emosional, tetap ada beberapa indikator utama yang harus dimiliki seorang pemimpin atau calon pemimpin (gubernur), kata Daniel Coleman. Indikator itu antara lain Self Awareness (kesadaran diri), Self Regulation (mengontrol diri), motivation, empathy, dan social skill. Saya kira, dalam perspektif ini, Andre sudah cukup memenuhinya.
ADVERTISEMENT
Perpaduan antara self awareness dan self regulation berhasil dimainkan oleh Andre Rosiade selama ini. Pun dari sisi motivasi dan empathy. Andre dalam acap kesempatan memperlihatkan motivasinya dengan gamblang di satu sisi dan menunjukan empathy kepada kalangan kelas bawah yang terlilit beban hidup dengan inisasi berbagai program bantuan personal di sisi lain.
Kemudian dari sisi social skill juga demikian. Andre tidak saja barkapasitas penuh menjadi seorang kritikus dan oposisi, tapi juga dengan suka cita bergandeng dan berjabat tangan dengan Mahyeldi setelah Pilgub usai, misalnya. Tentu Andre harus lebih sering menunjukan kemampuan social skill ini, untuk mengimbangi kapasitas oposisionisnya yang sangat kental selama ini agar publik teryakinkan bahwa Andre tidak akan bertindak seperti oposisi terhadap para pengkritiknya di kemudian hari, katakanlah saat ia berhasil menjadi Gubernur Sumbar nanti.
ADVERTISEMENT
Jadi pertunjukan social skill sangat diperlukan untuk membuktikan kepada publik bahwa Andre Rosiade memiliki kapasitas orkestrasi dan konsolidasi politik di tengah dinamisknya perbedaan kepentingan di Sumbar.
Dan terakhir, yang belum terdengar dari mulut Andre Rosiade sebagai bakal kandidat Gubernur Sumbar adalah visi besarnya atas Sumbar di saat ia nanti berkuasa. Sejak menjadi anggota DPR, kita kenyang dengan informasi tentang aktifitas personal Andre Rosiade, mulai dari pemberian bantuan kepada segmen pemilih tertentu, intermediasi bantuan BUMN kepada kelompok tertentu, sampai kepada fasilitasi ke pusat atas kepentingan-kepentingan kelompok atau tokoh tertentu dari Sumbar atau sebaliknya.
Namun belum terdengar dari mulut Andre tentang visinya atas Sumbar alias kemana Andre Rosiade akan membawa Sumbar lima tahun atau sepuluh tahun kepemimpinannya nanti? Baik secara ekonomi, politik, pun secara sosial budaya. Dan apa strateginya dalam mewujudkan itu?
ADVERTISEMENT
Visi besar dan hal-hal strategis yang terkait dengan perwujudan visi tersebut nampaknya belum terdengan keluar dari mulut Andre Rosiade, padahal Sumbar yang sering dianggap oleh tokoh-tokohnya sedang sulit keluar dari stganasi yang terjadi di berbagai bidang saat ini sangat membutuhkan gambaran makro tersebut. Bagi saya yang berdarah Sumbar, mengutarakan pertanyaan tersebut tentu lebih baik ketimbang memberikan“opok.”
Atau daripada bernostalgia dengan "mengopok-opok" mantan pemimpin lama untuk dimajukan kembali, yang rasanya cukup merendahkan para generasi muda hari ini, tentu lebih baik saya bertanya seperti itu kepada kandidat potensial toh. Apalagi 2024 masih dua tahun lagi, Andre Rosiade tentu masih punya waktu untuk menjawabnya dan menunjukan “mimpi masa depannya atas Sumbar” kepada publik Sumbar. Bukan begitu, Pak Cagub Andre Rosiade?
ADVERTISEMENT