Konten dari Pengguna

Dampak Positif 'Bergemanya' Lato-Lato di Indonesia

Rahman Tanjung
Widyaiswara Ahli Madya BKPSDM Kabupaten Karawang, Dosen STIT Rakeyan Santang Karawang
9 Januari 2023 11:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahman Tanjung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penjual lato-lato di area car free day Karawang. Dok: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Penjual lato-lato di area car free day Karawang. Dok: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini saya dan mungkin juga sebagian besar masyarakat Indonesia sering mendengar suara “tok tok tok tok….” seperti suara dua buah benda yang beradu.
ADVERTISEMENT
Suara tersebut tak lain adalah suara Lato-lato, sebuah mainan anak yang sekarang sedang viral dan digandrungi banyak orang.
Sejumlah tokoh publik bahkan tak ragu memamerkan kemampuannya bermain Lato-lato mulai dari Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil; Atta Halilintar, dan Amanda Manopo.
Lato-lato merupakan sebuah mainan yang berupa dua buah bulatan atau bola berwarna dari bahan plastik dengan dua buah tali terikat di masing-masing bulatan tersebut dan terhubung dengan menyediakan sedikit ruang untuk jari kita memainkannya.
Permainan tradisional lato-lato. Foto: tangguhpro/Shutterstock
Cara memainkannya pun cukup mudah, yaitu terlebih dahulu dengan menyeimbangkan kedua bulatan tersebut dan satu atau dua jari kita dimasukkan ke dalam ujung tali sebagai tempat pegangannya. Kemudian kedua bulatan tersebut saling dipantulkan dengan menggoyangkan jari kita ke atas dan ke bawah, sampai keduanya berbenturan dan menimbulkan suara keras bertubi-tubi.
ADVERTISEMENT
Asal Mula Lato-Lato
Permainan tradisional lato-lato. Foto: tangguhpro/Shutterstock
Masih teringat saat usia 10 tahun, saya pernah punya mainan serupa dengan Lato-lato, hanya saja terdapat pegangan memanjang dari bahan plastik. Ternyata, mainan ini memang merupakan mainan tradisional yang sudah ada sejak lama di negara kita dan sekarang hadir kembali dengan sedikit modifikasi.
Ada yang mengatakan Lato-lato adalah mainan tradisional Indonesia, karena ada yang mengatakan bahwa Lato-lato sendiri berasal dari kata kajao-kajao yang dalam bahasa Bugis artinya nenek-nenek atau perempuan yang sudah tua. Ada pula yang mengatakan kata lato-lato berasal dari kata katto-katto di Makassar.
Di Indonesia sendiri permainan Lato-lato memiliki banyak sebutan, seperti etek-etek, nok-nok, tek-tek dan tok-tok.
Lato-lato sendiri sebenarnya bukan merupakan mainan asli Indonesia. Dari berbagai sumber diperoleh informasi bahwa mainan tersebut berasal dari Amerika Serikat sejak tahun 1960-an.
Ilustrasi Kota Manhattan, New York, Amerika Serikat. Foto: Shutter Stock
Disebutkan bahwa Marvin Glass yang berasal Chicago adalah salah seorang penemu mainan lato-lato dengan sebutan clackers balls toys dan kemudian makin populer pada awal era 1970-an.
ADVERTISEMENT
Di Amerika Serikat orang-orang menyebut mainan ini dengan berbagai sebutan, mulai dari clackers, knockers, clankers, click-clacks sampai dengan ker-bangers. Sebutan tersebut selain berdasarkan suara yang dikeluarkan mainan yang berbunyi “clack-clack” menurut orang Amerika Serikat, tetapi juga merujuk pada merek dan nama yang telah diberikan oleh pabrik pembuatnya masing-masing.
Di Amerika Serikat mainan ini awalnya merupakan mainan edukasi dengan menerapkan hukum Newton di dalamnya, karena Gerakan Lato-lato menunjukkan adanya Gerakan yang berlawanan dari dua buah benda yang secara terus-menerus dapat menimbulkan reaksi yang sama.
Mainan ini bahkan sempat dibuatkan sebuah kompetisi bertajuk kejuaraan clackers tingkat dunia yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Belgia, Kanada dan Swiss.
ADVERTISEMENT
Efek Domino
Permainan tradisional lato-lato. Foto: eko gemini/Shutterstock
Viralnya kembali mainan jadul Lato-Lato memberikan berbagai dampak atau efek domino, mulai dari dampak terhadap perkembangan anak, ekonomi masyarakat sampai ke kreativitas.
Sebagaimana dikutip dari laman haibunda, seorang Psikolog klinis, Danang Baskoro, menyatakan bahwa dengan bermain lato-lato dapat menstimulasi otak sehingga menjadi berkembang dan lebih terampil serta memberikan stimulan kecerdasan visual spasialnya.
Selain hal tersebut, menurut saya memainkan Lato-lato dapat meningkatkan konsentrasi, karena harus menyeimbangkan dua buah bandulan tersebut agar bisa digerakkan sehingga menimbulkan bunyi yang terus menerus. Bermain Lato-lato juga dapat meningkatkan kecerdasan motorik anak dengan melatih koordinasi gerak mata dan tangannya.
Saat ini, anak saya yang biasa seharian memainkan game online di handphone-nya sepulang sekolah, saat ini mulai menguranginya karena lebih senang bermain Lato-lato baik sendiri atau pun dengan teman-teman sebayanya di sekitar rumah.
com-Ilustrasi seseorang yang sedang main bareng (mabar) game online. Foto: Shutterstock
Sehingga bisa disimpulkan juga Lato-lato dapat mengurangi kecanduan anak bermain game online dan mendorong anak lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya.
ADVERTISEMENT
Mainan Lato-lato juga memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan harga yang terjangkau, banyak orang-orang menjualnya. Bukan hanya penjual mainan yang menjual Lato-lato, tapi pedagang makanan sampai ke tukang sayuran keliling ada yang menjual Lato-lato.
Salah seorang penjual Lato-lato yang saya temui saat car free day di Karawang, menyebutkan bahwa rata-rata dia bisa menjual sebanyak 8 sampai 15 lato-lato setiap harinya, bahkan saat akhir tahun 2022 lalu bisa menjual dalam jumlah yang cukup banyak.
Mainan Lato-lato di Tokopedia. Foto: Dok. Tokopedia
Penjualan Lato-lato secara online juga meningkat. Berdasarkan dari berbagai sumber berita menyebutkan bahwa penjualan Lato-lato di Tokopedia meningkat hampir 57 kali lipat pada saat pergantian tahun 2002-2023. Hal ini diungkapkan oleh Ekhel Chandra Wijaya sebagai Head of External Communications Tokopedia.
ADVERTISEMENT
Lato-lato juga dapat meningkatkan kreativitas seseorang, misalnya saja saat ini sedang viral di media sosial sepasang pengantin di sambut bukan dengan iringan Rebana atau alat musik lainnya, melainkan dengan iringan anak-anak yang memainkan Lato-lato.
Mungkin ke depannya, dengan kreativitas anak-anak Indonesia, Lato-lato bisa digunakan atau dimainkan dengan cara lainnya dan mendorong sektor ekonomi kreatif khususnya pada mainan anak-anak.
Peran Media Informasi
Ilustrasi media sosial. Foto: Shutterstock
Walaupun lato-lato bukan mainan baru, tetapi saat ini kembali viral pertama kali melalui aplikasi tik-tok.
Viralnya mainan Lato-lato saat ini di Indonesia, tentunya tak lepas dari peran media informasi. Dengan berkembangnya beragam jenis media mulai dari media cetak, elektronik sampai dengan media online, dapat mendorong tersebarnya informasi dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Sebelum Lato-lato ini viral, beberapa mainan pun sempat juga viral dengan adanya peran media sosial yang terus menginformasikan dan mempromosikannya. Sebut saja mainan seperti: Gangsing Beyblade, Pop it, hula hup kaki, dan Pop Tube.
Dalam buku “Mass Communication Theories” karya McQuail, menyebutkan bahwa salah satu peran media adalah Window on event and experient, yaitu media ibarat sebuah jendela di mana orang-orang dapat melihat sesuatu yang terjadi di luar sana dan mereka dapat belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa yang sedang terjadi.
###
Pada akhirnya, walaupun saat ini Lato-lato sedang digandrungi oleh masyarakat dan memiliki banyak dampak positif. Alangkah lebih baiknya untuk tetap mengawasi anak-anak dalam memainkannya, sehingga tidak menimbulkan hal-hal negatif atau menciderai anggota badannya atau pun orang lain, serta tidak berlebihan dalam memainkannya.
ADVERTISEMENT
Sebab sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan tidak disukai Tuhan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-A’raf ayat 31, yang artinya “…….Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan