Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Beribadah Tanpa Mengenal Allah
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
16 Januari 2024 14:30 WIB
Tulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sayyidina Ali Berkata, "Aku tidak akan mengabdi kepada sesuatu yang tidak aku kenal”.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Sayyidina Ali Ra. tersebut sesuai yang diisyaratkan dalam sebuah hadis( Qudsi HQ.1.8 ). Dari Ali ibn Abi Thalib kwh.: Rasulullah Saw. bersabda bahwa Allah telah berfirman, " Barangsiapa berharap kepada selain Aku berarti tidak mengenal-Ku, Barangsiapa tidak mengenal-Ku berarti tidak mengabdi kepada-Ku, Barangsiapa tidak mengabdi kepada-Ku, maka berarti menjadi wajiblah kemurkaan-Ku. Barangsiapa takut kepada selain Aku, halal baginya pembalasan-Ku.”
Mengenal Allah Swt. sama mudahnya dengan mengenal diri kita sendiri yang susah adalah ketika semua harus serba ada dalilnya dan ketika ada dalilnya malah sibuk mencari alasan untuk mengatakan dalil tidak sah atau palsu.Walaupun sudah nyata-nyata berdalil shahih.
Zikir kepada Allah itu adalah makanan bagi jiwa (roh), dan memuji Allah itu menjadi minuman jiwa,sedang malu kepada Allah menjadi pakaian bagi jiwa.Tidak ada lagi kenikmatan yang lebih utama daripada berzikir hanya kepada Allah,dan tidak ada lagi nikmat yang lebih utama daripada berhubung dan bermesra dengan Allah.”
ADVERTISEMENT
Mengapa dalam Syair tersebut tidak disebut salat tapi hanya zikir?
Pemahaman tentang Nur Muhammad adalah pemahaman dasar dalam Ilmu Makrifattullah yang wajib di pahami oleh semua umat jika tidak paham hakikat Nur Muhammad maka gak akan bisa mengenal Allah dan pada pemahaman yang mendalam pasti sesat dan menyesatkan.
Hasil Minimal bagi seseorang yang telah mengenal diri sebenarnya diri adalah tidak lagi mampu mengkafirkan orang atau mengatakan sesat kepada orang lain dan sangat jauh dari perbuatan anarkis dan teroris. Contohnya kita hidup dizaman politik seperti sekarang ini.
Karena Aku ada pada dirimu, dirinya, diriku, diri mereka. Muhammad itu ‘nama’ atau sebutan untuk Mahkluk yang selalu memuja, memuji dan mengagungkan Allah. Muhammad itu simbol atau lambang atas segala ucapan dan perbuatan yang baik-baik karena hanya menerima ilham jalan ketakwaan saja dari Allah Swt. Muhammad itu hidup dan tidak pernah tidur.Muhammad itu bukan Nabi Muhammad bin Abdulllah yang pernah hidup di negeri Arab sana namun beliaulah yang memperkenalkan Muhammad. Muhammad itu ada pada diriku, dirimu, dirinya dan pada diri mereka.
ADVERTISEMENT
Maka, Kalimat syahadat pun berlaku sepanjang masa karena Muhammad pada diri sendiri adalah Rasulullah bagi diri sendiri yang tidak berhenti menuntun ke jalan ketaqwaan.
Iblis itu nama atau sebutan untuk makhluk yang selalu berbuat ingkar, fasik, maksiat dan lalai dari memuji, memuja dan mengagungkan Allah Swt.
Iblis itu simbol atau lambang atas segala ucapan dan perbuatan yang buruk-buruk karena hanya menerima ilham jalan kefasikan saja dari Allah Swt. Iblis itu hidup dan tidak pernah tidur .Iblis itu bukan Iblis yang hidup atau disebut dan diceritakan dalam Alquran yang dahulunya pernah menggoda Nabi Adam As sampai akhirnya Nabi Adam As. tergoda dan dikeluarkan dari surga.
Iblis itu ada pada jiwamu, jiwanya, jiwa kita dan pada jiwa mereka yang dikendalikan oleh nafsu. Maka kendalikan nafsu agar Iblis tidak bisa mengendalikannya walaupun Iblis tidak pernah berhenti menuntun nafsu ke jalan kefasikan sampai akhir jaman. Muhammad dan Iblis itu Ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhkan dan harus ada.
ADVERTISEMENT
Muhammad untuk mewujudkan segala ucapan dan perbuatan kebaikan. Sedangkan Iblis untuk mewujudkan segala ucapan dan perbuatan keburukan yang artinya setiap manusia pasti pernah melakukan kebaikan dan keburukan. Namun ucapan dan perbuatan Muhammad dan Iblis adalah kehendak Allah Swt.
Bagaimana Cara Beribadah dengan Allah?
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. Karamallahu Wajhah berkata: “Tidak Sah salat seseorang melainkan dengan Mengenal akan Allah”.
Di dalam perjalanan Makrifatullah/Mengenal akan Allah maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang Makrifat telah mengetahui yang mana diri yang harus dikenal itu?.
Akan tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri banyak yang tidak menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya dan diketahuinya itu masih sebatas kulit dalam pandangan Arifbillah.
ADVERTISEMENT
Kenapa demikian? Karena diri yang banyak diketahui oleh sebagian penuntut Makrifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya kepada orang yang diistimewakan dan diagungkannya.
Sedangkan Makrifat yang sebenarnya dan sesempurna-sesempurnanya adalah Makrifat yang universal, tidak ada batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu saja.
Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Makrifat merujuk kepada sumber pengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah yang disebut dengan “Nur Muhammad”, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka yang berpaham Makrifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu. Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Bahwasannya Allah Swt. telah menjadikan akan Ruh-ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”.
ADVERTISEMENT
Sabda Rasulullah Saw yang lain, “Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.
Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian alam termasuk pada diri sendiri.
Jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri ustadz-ustadznya, guru-gurunya, syaikhnya ataupun mursyidnya maka sesungguhnya ia masih terhijab oleh yang sesuatu yang dipandangnya.
ADVERTISEMENT
Rumus dari pada Makrifatulah yang sebenarnya dan universal itu adalah: “Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah”. (Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu).
Penulis katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas pandangannya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas kulit saja dari pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya.
Jika demikian! Bagaimana mungkin ia akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja (Darkatul Qudrat) ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya dari sesuatu selain Allah Swt (Haqqul Haqiqi).
Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu dengan Allah (liqa’) maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun. Jangan berhenti pada pandangan Jamalullah/ Keindahan Allah, maka niscaya engkau akan mabuk dan takjub di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Pandangan akan Hakikat Nur yang ada hanya pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam dan mabuk di dalam sifat Jamalullah/Keindahan Allah.
Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan melalui empat tahapan dan untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tersebut agar sampai kepada Kamalullah (Kesempurnaan Allah), maka wajib baginya “Satu Pandangan” yaitu Allah Swt. tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad. Sedangkan Nur Muhammad itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri.
Sehingga yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murabbi adalah Nur Muhammad Rosulullah Saw sebagai pemegang Kunci Pintu Surga/miftahul jannah. Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu Allah Swt. melalui Hakikat Nur Muhammad yang meliputi sekalian Alam maka tidak ada sebutan yang pantas baginya selain “’Arifbillah”.
ADVERTISEMENT
Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi tentang Hakikat Nur Muhammad itu pada beberapa diri saja maka belumlah pantas baginya menyandang sebutan “’Arifbillah” melainkan mereka itu masih di sebut dengan orang yang berada pada “Tariqat/Perjalanan” menuju kepada Allah. Mursyid Murabbi tidak hanya ada pada satu diri melainkan meliputi setiap “Kaun Maujudi”.
Siapa yang sanggup mematikan diiri itulah langkah awal menuju Diri Sejati.Jangan tertipu dengan apa yang dipandang karena semuanya hanyalah bayang-bayang.Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang.Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang .Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal sebelum engkau mengerti Jalal, Jamal, Qahar dan Kamal.
Empat sifat yang maujud dan nyata pada Nur-Nya
Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya. Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya. Lam Akhir kenyataan Asma’Nya. Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya. Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya. Pada Muhammad Rasulullah segala rahasianya. Sebagai inti dasar dari sekalian alam. Menjadi saksi kemaujudannya. Alif adalah jati diri Muhammad. Kaf itu adalah Ilmu Muhammad. Ba’ adalah Kelakuan Muhammad. Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad.
ADVERTISEMENT
Dari situlah Mahaagung Allah Ta’ala. Dalam keserba-meliputan sekalian Alam. Allah dan Muhammad satu Rahasia. Menjadi Kalimah Allau Akbar. Karena itulah Rasulullah Saw. bersabda, “Agungkanlah dan besarkanlah Kalimah Allah: Allahu Akbar.Allahu Akbar.Allahu Akbar Walillahil hamd”.[*]