Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masihkah Manusia Memperdebatkan Tuhan?
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
18 Desember 2023 14:10 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang pakar fisika dan biologi, Frank Alan, membuktikan bahwa alam semesta ada Penciptanya. Ia mengatakan, 'Seringkali dikatakan bahwa alam material tidak memerlukan Pencipta. Akan tetapi, jika kita menerima anggapan yang menyatakan bahwa 'alam ada, terus bagaimana kita menjelaskan awal keberadaannya dan perkembangannya? Ada empat kemungkinan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, mungkin alam ini hanyalah imajinasi belaka. Ini jelas bertentangan dengan pendapat yang bisa kita terima bahwa 'alam ini sungguh-sungguh ada'. Kedua, mungkin alam ini terjadi dengan sendirinya begitu saja dari tiada. Ketiga, mungkin ia eternal tak bermula. Keempat, mungkin alam ada yang menciptakan.
ADVERTISEMENT
Tuhan dalam Ilmu Sains
Mengenai kemungkinan pertama, problemnya hanyalah menyangkut kesesuaian antara penginderaan dan imajinasi. Artinya, penginderaan dan pengetahuan kita terhadap alam tidak mendukung jika dikatakan, bahwa alam ini hanya sekadar bayang-bayang, tidak nyata. Jadi pendapat yang mengatakan, alam ini tidak mempunyai wujud nyata dan semata-mata ada dalam imajinasi belaka, tidak perlu didiskusikan.
Pendapat yang menyatakan, bahwa alam dengan segala materi dan potensi yang dikandungnya terjadi dengan sendirinya dari ketiadaan, ternyata sama saja dengan pendapat yang pertama, absurd. Ini juga tidak perlu ditanggapi, apalagi didiskusikan.
Pendapat ketiga yang menyatakan, bahwa alam adalah eternal tak bermula, ternyata mirip dengan pendapat yang mengatakan, alam ada yang menciptakan. Kemiripannya tersebut terletak pada sifat eternalitasnya. Kita harus memilih antara melekatkan sifat eternal kepada alam yang mati atau kepada Tuhan Yang Maha Hidup dan Menciptakan. Tidak ada kesulitan teoretis untuk memilih satu dari dua kemungkinan ini.
ADVERTISEMENT
Hukum-hukum termodinamika membuktikan, daya panas energi-energi alam secara perlahan akan hilang, dan secara pasti berjalan sampai pada suatu kondisi di mana benda-benda di alam ini berada di bawah titik panas yang amat rendah, yaitu nol mutlak. Pada waktu itulah, energi tidak akan ada dan kehidupan menjadi mustahil. Dan, ketika kondisi ini terjadi, tidak bisa dihindari bahwa energi menjadi musnah:
Matahari yang menyala, bintang-bintang yang bercahaya, dan bumi yang penuh dengan pelbagai kehidupan, masing-masing menjadi bukti yang nyata bahwa alam bersifat temporal dan dimulai dari detik tertentu. Jadi, alam memang diciptakan, dan Penciptanya adalah Dzat Yang Eternal, Yang Wajib Adanya, Tak Bermula, Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa.
Tuhan Menurut Filsafat
Pemikir yang benar-benar berpijak pada teori ilmiah ilmu pengetahuan tidak akan mengingkari adanya Tuhan. Manusia modern sangat memerlukan Tuhan, sama dengan manusia kuno memerlukan Tuhan. Para filsuf modern yang cemerlang memberikan bukti-bukti dan dalil-dalil filosofis bahwa Tuhan itu ada. Contohnya Rene Descartes, Braise Pascal, dan Immanuel Kant. Mereka semua meyakini Tuhan itu ada.
ADVERTISEMENT
Rene Descartes misalnya, perkataannya yang paling terkenal adalah: Je pense donc je suisl Atau, Cogito ergo sum! I think hence I am! Artinya: Aku berpikir maka aku ada! Perkataannya itu, merupakan titik awal pembuktiannya bahwa Tuhan itu ada. Setelah mengatakan, aku berpikir maka aku ada, dia lantas berkata: 'Aku ini ada. Maka siapakah yang mengadakan aku dan menciptakan aku? Aku tidak menciptakan diriku sendiri. Oleh karena itu harus ada Dzat yang menjadikan aku. Dzat yang menjadikan itu haruslah Dzat yang 'Wajib Wujud'. Yaitu Dzat yang pasti adanya. Dzat yang tidak mungkin tidak ada. Dzat yang ada dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan Dzat lain untuk mengadakan-Nya, atau yang memelihara wujud-Nya. Dzat itu juga harus selamanya ada, tidak berkesudahan. Dan Dia harus pula memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Sungguh indah caranya membuktikan adanya Tuhan!
ADVERTISEMENT
Kemudian Braise Pascal, kecerdasannya mengantarkan pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Ia mengatakan, 'Pengetahuan kita tentang Tuhan termasuk salah satu pengetahuan pertama, yang tidak memerlukan perdebatan dalil-dalil pikiran. Karena aku bisa tidak ada, kalau ibuku meninggal dunia terlebih dahulu sebelum aku dilahirkan hidup. Jadi, aku bukan dzat yang wajib wujud, dan aku bukan selamanya ada. Aku bukan tidak berkesudahan. Karena itu harus ada dzat yang wajib wujud, yang ada selamanya, dan yang tidak berkesudahan, di mana wujudku bersandar kepadanya. Yaitu Tuhan. Yang kita ketahui wujud-Nya dengan pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam perdebatan bukti-bukti alam pikiran!'
Pengetahuan pertama yang dimaksud Pascal adalah fitrah murni dalam diri manusia. Yaitu pikiran-pikiran fitri yang terdapat dalam akal manusia yang dapat dilihat dengan jelas dan terang benderang tanpa membutuhkan pembuktian. Ialah pikiran yang secara otomatis dapat membedakan baik dan buruk, gelap dan terang, kebenaran dan kebatilan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Immanuel Kant, setelah dia membeberkan teorinya yang panjang, dia menyimpulkan bahwa, kebenaran adanya Tuhan adalah kebenaran postulat. Yaitu kebenaran tertinggi dalam tingkatan kebenaran. Kebenaran tak terbantahkan. Kebenaran yang berada di luar jangkauan indera, akal dan ilmu pengetahuan.
Itulah yang disebut postulat, yaitu dalil teoretis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis, yang oleh karenanya dapat disebut dalil kepercayaan!
Tuhan Tidak Membutuhkan Bukti Ilmiah
Untuk membuktikan bahwa Tuhan memang ada tidaklah diperlukan dengan pembuktian-pembuktian secara ilmiah atau dengan ilmu Sains, sebab Tuhan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Akan tetapi, jika manusia masih berambisi untuk membuktikan tentang ada atau tidaknya Tuhan sangatlah mudah. Contohnya mudah saja yaitu adanya manusia, adanya kita. Apakah kita langsung besar seperti ini, atau tidak melalui proses kelahiran? Bayi yang awalnya hanya setitik air mani (sperma) lalu ditempatkan di tempat yang nyaman bernama rahim ibu. Di sanalah air sperma itu disempurnakan menjadi segumpal darah. Beberapa hari kemudian berubah menjadi segumpal daging. Dan ini terus berproses menjadi segumpal daging yang lengkap hingga disempurnakan menjadi manusia yang memiliki nyawa dan anggota tubuh yang lengkap. Baru setelah itu dilahirkan dari lubang kewanitaan. Nah, di sini Tuhan juga membuktikan akan keberadaan-Nya melalui tangisan bayi yang baru dilahirkan. Coba bayangkan dengan nalar, siapakah yang mengajarkan bayi menangis dan mencari Air Susu Ibu kalau bukan Tuhan? Apakah bayi bisa menangis sendiri?
ADVERTISEMENT
Selain bukti-bukti di atas ada juga bukti yang jauh lebih dalam bahwa Tuhan memang ada. Contohnya adalah ari-ari bayi. Di dalam masyarakat Jawa, ari-ari bayi yang baru dilahirkan akan dimasukkan ke dalam sebuah kendi beserta dilengkapi dengan bunga tujuh rupa dan bumbu-bumbu dengan tujuan yang baik. Kemudian, ari-ari yang sudah terbungkus rapat di dalam kendi itu dikubur ke dalam tanah. Untuk membuktikan adanya Tuhan, coba gali kembali kendi berisi ari-ari tersebut setelah tujuh hari, dan pasti ari-ari yang tertutup rapat tersebut akan hilang. Pertanyaannya, ke manakah perginya ari-ari tersebut kalau bukan atas kuasa Tuhan? Atau juga bisa dibuktikan dengan yang lain misalkan, ari-ari yang telah dipotong tersebut disimpan dalam sebuah wadah hingga mengering, kemudian dicelupkan ke dalam air hangat, dan kita akan dikejutkan dengan suatu kenyataan bahwa ari-ari tersebut hidup. Selain itu, untuk membuktikan adanya Tuhan adalah, kalau ada seorang wanita yang meninggal dalam kondisi hamil, kemudian kuburannya kita gali setelah tujuh hari, maka kita akan menemukan bahwa jabang bayi yang telah mati tersebut akan ditemukan terbaring di sebelah mayat ibunya. Nah, siapakah yang melakukan ini kalau bukan Tuhan? Apakah ibunya melahirkan dalam kondisi telah menjadi mayat? Semua bukti-bukti yang telah dijelaskan dalam tulisan ini tentu tidak bisa dibuktikan dengan ilmu Sains apalagi dapat dijangkau dengan nalar karena Tuhan memang Maha Ghaib. Tentu saja mengimani Yang Maha Ghaib hanya ada di dalam ajaran Islam, dan syarat mutlak bagi seorang muslim.
ADVERTISEMENT
Terakhir, untuk membuktikan bahwa Tuhan memang ada seseorang dapat melakukannya dengan cara dikubur hidup-hidup selama sehari saja. Dari sana orang tersebut akan melihat adanya alam kubur. Alam kubur memang ada, tapi tidak berwujud. Begitu pun dengan Tuhan memang ada tapi tidak berwujud, sebab jika Tuhan berwujud sudah pasti manusia tidak perlu beribadah untuk bisa berjumpa dengan-Ny?