Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Maulid Nabi Muhammad dalam Kitab Suci
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
31 Juli 2024 7:48 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Khairul A. El Maliky
PERNAH suatu ketika Nabi Isa Alaihissalam atau yang kita kenal sebagai Yesus Kristus sedang duduk di hadapan para muridnya beliau menyampaikan bahwa, setelah diutusnya dirinya sebagai seorang nabi sekaligus rasul kepada Bani Israil akan datang seorang nabi sekaligus rasul terakhir, yang lahir di antara gunung-gunung yang berada di tanah Mekkah yang namanya adalah Ahmad (Qs. Ash-Shaf:6). "(Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Nabi Muhammad).” Akan tetapi, ketika utusan itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” . Dan, pernyataan akan firman yang disampaikan oleh Nabi Isa ini, bahkan ditulis di dalam Kitab Ulangan (18): 15, berbunyi, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” Sementara ayat 18 berbunyi, “seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” . Dan Kitab Ulangan ayat 22, berbunyi, "Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tak jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia.". Dilanjut dalam Injil Yahya: 26, sebagaimana yang dikutip dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw karya Moenawar Khalil),isebutkan, "Akan tetapi apabila datang Penolong yang akan kusuruhkan kepadamu dari pada Bapa, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari pada Bapa itu, ialah akan menyaksikan dari halku. Dan kamu pun akan menjadi saksiku, oleh sebab itu kamu telah ada bersama-sama dengan aku dari mulanya." . Tapi, kenapa manusia masih meragukan dan membantah akan kabar lahirnya nabi dan utusan terakhir ini meskipun data ini dijelaskan secara valid di dalam kitab suci? Dalam sebuah data yang tak kalah postulat pernah disampaikan pula bahwa, nama Nabi Muhammad Saw bahkan pernah tertulis di dalam Kitab sucinya umat Hindu, yaitu Veda (Bhavisa Purana, Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10-27 dan Arthavaveda, Shalokas 1-14, dan bait-bait dalam Veda yang lain). Di dalam kitab tersebut nama beliau disebut sebagai Haruta va Maruta yang artinya Cahaya di Atas Cahaya.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu tidak salah bahwa Nabi Muhammad di dalam Kitab Barencong karya Datuk Sanggul diciptakan oleh Allah dari cahaya-Nya. Di dalam Kitab Teberubut karya Kurnia Ateng disebutkan bahwa Nabi Muhammad diciptakan dari cahaya Allah. Kalau di dalam kitab umat Buddha, Tri Pitaka, di sana mereka menulisnya Amitabha yaitu Cahaya Tanpa Batas. Nah, jika di dalam kitab tertua saja berita kedatangan seorang rasul dan nabi terakhir saja disebut, apakah di dalam kitab agama yang lebih muda tidak akan disebut? Agama Hindu dan Buddha sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Sedangkan agama Kristen ada pada abad 6 M.
Pada abad ke 600 M atau sekitar 20 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad, bangsa Arab masih dalam kondisi terjerumus kejahiliyaan. Seperti yang sudah dijelaskan di dalam buku-buku sejarah Islam, misalnya dalam Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Di dalam kitab ini dijelaskan dengan detil bahwa, bangsa Arab memiliki kebiasaan yang berada di luar batas kemanusiaan. Mereka menyembah banyak Tuhan yang dipusatkan di dekat Ka'bah. Padahal, Ka'bah sendiri dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail hanya untuk menyembah Allah yang Esa. Bahkan, di dalam Ka'bah sendiri terdapat 360 buah berhala yang diketuai oleh Tuhan Mannat.
ADVERTISEMENT
Penyembahan berhala dalam ajaran Paganisme ini berasal dari seorang Yahudi yang menyembah patung sapi emas. Masih menurut kitab itu, selain penyembahan terhadap berhala, orang-orang kafir Quraisy juga memiliki kebiasaan berkurban untuk berhala. Jadi, meski ajaran syariat ini berasal dari Nabi Ibrahim, namun mereka justru melaksanakannya untuk dua Tuhan, yang satu untuk Allah dan satunya lagi untuk berhala.
Mengundi nasib dengan melemparkan anak panah menjadi tradisi dan budaya dalam kepercayaan agama Pagan. Mabuk-mabukan dan berjudi juga tak bisa dilepaskan dari kondisi masyarakat Arab yang kaya raya. Mereka memang dikenal suka menghambur-hamburkan uang agar dipandang sebagai orang dermawan. Pernikahan campur-aduk juga menjadi budaya mereka sehingga nasab anak-anak yang terlahir dari hubungan terlarang menjadi tidak jelas. Pembunuhan terhadap anak perempuan juga sering mewarnai kehidupan mereka. Adalah Umar bin Khattab sahabat Nabi Muhammad yang di masa jahiliyahnya pernah mengubur putrinya hidup-hidup dengan cara melemparkannya ke dalam sumur. Bagi orang Quraisy, memiliki anak perempuan adalah aib. Sebab pada saat itu, orang-orang Quraisy gemar sekali berperang. Mereka lebih berharap memiliki anak laki-laki agar bisa diajak berperang.
ADVERTISEMENT
Perzinaan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan perampokan bukanlah hal yang baru di tengah-tengah para kabilah Arab yang sering sekali bertikai. Dan oleh sebab itulah, Allah di kemudian hari mengutus nabi sekaligus kekasihnya di antara mereka untuk membenahi tatanan masyarakat yang amburadul. Dan tentu saja mereka menjadi iri lantaran orang itu bukan berasal dari kalangan hartawan melainkan dari keluarga miskin. Tapi, dalam pandangan Allah yang paling utama bukanlah harta untuk dijadikan panutan melainkan ketaatan terhadap segala perintah-Nya. Dan pada tahun 571 M, nabi yang telah diramalkan di dalam kitab-kitab suci itu terlahir ke dunia ini, bertugas untuk membersihkan segala kotoran.
Tugas Nabi Muhammad Adalah Menyempurnakan Akhlak
Beliau memiliki kepribadian luhur yang tidak akan pernah dimiliki oleh orang-orang setelah beliau maupun sebelum beliau. Bahkan, kebaikan dan kelembutan akhlak beliau sendiri sudah dibuktikan secara langsung baik oleh keluarga, sahabat dan musuh-musuhnya. Tapi meskipun begitu, masih belum juga musuh dari kalangan kafir Quraisy yang mengakuinya. Padahal, untuk mencari satu kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saja tidak mudah dibuktikan.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum beliau diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah kenabian, beliau pernah menyatukan para kabilah yang hampir saja bertikai untuk menentukan siapa yang lebih berhak meletakkan kembali Hajar Aswad di tempatnya. Atas kejadian ini, mereka menyebut beliau sebagai Al-Amin. Apakah di zaman ini ada seorang pemuka agama apa pun yang memiliki akhlak seperti beliau? Tidak sedikit data yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia terbaik sepanjang masa, dan tidak akan pernah ada manusia yang bisa menyamainya.
Di masa pertama diutusnya beliau sebagai nabi dan rasul terakhir, beliau bahkan pernah diludahi oleh salah seorang yang disuruh oleh Abu Jahal ketika beliau hendak melaksanakan thawaf di sekeliling Ka'bah. Tapi, apa yang terjadi? Beliau sama sekali tidak pernah marah apalagi mengumpat-ngumpat pada orang tersebut. Pernah pula ketika beliau sedang bersujud, Abu Jahal melemparinya kotoran unta hingga mengotori jubah beliau. Atas kejadian ini, apakah beliau mengamuk? Adakah seorang pendeta yang selama ini memusuhi Nabi Muhammad memiliki sifat seperti beliau yang tidak marah ketika dihina seperti ini?
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit kisah tentang keteladanan yang pernah dicontohkan oleh beliau kepada manusia, bahkan meski ditulis ke dalam miliaran buku tidak akan pernah cukup. Dan semua ini bukanlah untuk diceritakan secara berulang-ulang setiap ada perayaan Maulid Nabi sehingga semacam kaset cerita usang. Adapun tujuan Allah mengutus manusia terbaiknya agar manusia meniru apa yang telah dicontohkan oleh beliau Saw. Coba kita pikirkan, mana ada manusia yang begitu baik terhadap orang yang telah menghinanya dan mengatakan dirinya sebagai pendusta. Sama halnya dengan Allah Swt meski sudah jutaan manusia yang menantang azab-Nya, menghina-Nya dan menyekutukannya, bahkan menghapus ketuhanan-Nya, apakah Allah pernah murka dan menurunkan siksa terhadap mereka? Begitu pula dengan Nabi Muhammad.
Dari sifat-sifat mulia beliau, kita bisa mengambilnya dan mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berbuat baiklah terhadap sesama makhluk. Jangan berbuat kerusakan di atas muka bumi. Jangan menggunduli hutan. Jangan membunuh nyamuk. Jangan membakar semut. Dan jangan merusak tanaman. Sebab di dalam makhluk-makhluk tersebut terdapat nyawa Allah.
ADVERTISEMENT
Selain menerapkan sifat-sifat mulia itu, sudah semestinya kita melaksanakan perintah syariat yang telah ditetapkan oleh Allah. Sebab, Nabi Muhammad sendiri juga selalu mencontohkan agar kita melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah di dalam Alquran. Jangan menghalalkan apa yang telah diharamkan. Misalnya melakukan riba, judi, korupsi dan penggelapan uang. Jangan mengharamkan apa yang dihalalkan. Sebab dewasa ini otak manusia sudah miring karena terlalu sering membaca buku. Akibatnya, segala ketetapan hukum dari Allah dibolak-balik macam bermain dadu.
Nabi Muhammad Saw. selamanya akan menjadi nabi dan rasul yang tidak akan ada penggantinya. Bahkan, manusia-manusia di masa mendatang akan terus mengenalnya sebagai utusan yang Uswatun Hasanah.
Benarkah Muhammad Saw. Nabi Akhir Zaman?
Di media sosial banyak diperbincangkan soal keraguan umat agama lain akan kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad. Dan bahkan, keraguan ini tidak hanya terjadi pada hari ini saja, melainkan sejak 1400 tahun yang lalu atau sejak beliau diutus oleh Allah sebagai seorang nabi. Orang-orang kafir Quraisy yang hidup semasa dengan beliau saja pun masih meragukan kenabian beliau. Abu Jahal saja yang tidak lain adalah paman kandung Nabi sendiri meragukan beliau sehingga ia menantangnya untuk menunjukkan mukjizat. Tanpa ragu dan atas izin dari Allah, Nabi Saw. pun menunjukkan mukjizat kerasulannya dengan membelah bulan. Tapi, apakah bukti itu bisa merubah hati Abu Jahal? Tidak.
ADVERTISEMENT
Sama dengan umat manusia di zaman sekarang ini yang meragukan kerasulan beliau. Padahal, Nabi Muhammad Saw. sudah diutus oleh Allah sejak 1400 tahun lalu, namun mereka masih ragu. Bahkan, Pendeta Saifuddin Ibrahim dan Pendeta Mel Atok justru meminta bukti jika Alquran benar-benar mukjizat. Perlu diketahui, letak kemukjizatan Alquran itu bukan ada pada Alquran yang setiap hari dibaca, atau terletak pada potongan-potongan ayat yang dijadikan khizib atau jimat oleh oknum tak bertanggung jawab. Lantas di mana letak kemukjizatan Al Quran tersebut? Jawabannya ada di dalam esensi Alquran itu sendiri. Perlu dicatat dan diingat, sebenarnya Alquran ada yang tersurat ( Alquran Karim) dan ada pula yang tersirat (Alquran Qadhim). Nah, inilah yang menjadi pembeda (Al-Furqan) antara Alquran dengan kitab agama lain.
ADVERTISEMENT
Selain meragukan Nabi Saw. melalui mukjizat, orang-orang di zaman millenial ini juga meragukan kerasulan beliau melalui sebuah pertanyaan, jika Muhammad adalah nabi terakhir, mengapa justru yang turun ke bumi pada akhir zaman adalah Isa Al Masih atau Yesus Kristus? Berarti yang nabi terakhir Isa dong? Jawabannya sangat mudah. Sebab, pada masa hidupnya, Isa Al Masih pernah menghidupkan Sam bin Nuh, tentu pula pada zaman akhir beliau yang membunuh Dajjal alias Samiri. Jadi, dari sini kita mengetahui bahwa, tugas menghidupkan dan mematikan adalah mukjizatnya Nabi Isa Al Masih. Semoga tulisan ini dapat menjadikan kita bisa meneladani dan mencontoh sifat mulia Nabi Muhammad Saw. []