Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Nabi Muhammad dan Pernikahannya
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
2 Agustus 2024 7:28 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Khairul A. El Maliky
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Qs. Ar-Rum:21)
ADVERTISEMENT
Rumah tangga Nabi Muhammad Saw. sebelum hijrah berada di kota Makkah, anggotanya terdiri dari beliau dan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Beliau menikahinya pada saat beliau berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Ia adalah wanita yang pertama kali dinikahi oleh beliau, dan beliau tidak pernah memadunya. Dari Khadijah, Rasulullah Saw. dikaruniai beberapa anak lelaki dan perempuan. Adapun yang laki-laki tidak satu pun yang hidup, sedangkan yang perempuan adalah; Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Zainab dinikahi oleh anak bibinya yaitu Abul Ash bin Rabi’. Ummu Kultsum dan Ruqayyah keduanya dinikahi oleh Utsman bin Affan satu demi satu, dan Fatimah dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib pada waktu antara perang Badar dan Uhud. Dari Fatimah telah lahir Hasan dan Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya Nabi Muhammad dan umatnya telah diberikan keistimewaan dengan dihalalkannya untuk menikahi lebih dari empat istri dengan berbagai tujuan. Sesuai dengan bukti historis yang kita ketahui bahwa Rasulullah memiliki tiga belas orang istri, Sembilan di antaranya ditinggal mati oleh beliau, dua yang lainnya meninggal dunia sewaktu Rasulullah masih hidup, yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, dan dua istri Rasulullah yang lainnya belum pernah digauli oleh beliau. Beberapa nama wanita Mukmin yang pernah dinikahi oleh Rasulullah Saw. setelah wafatnya Khadijah di antaranya adalah Saudah binti Zam’ah. Rasulullah menikahinya pada bulan Syawal tahun ke 10 dari kenabian. Ia adalah janda dari Sakran bin Amr.
Menikahi Aisyah binti Abu Bakar
Lalu ada Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia berumur 6 tahun dan digauli pada bulan Syawal tujuh bulan setelah hijrah ke Madinah di mana pada saat itu telah berusia 19 tahun. Tidak sedikit kalangan Kristen yang menganggap bahwa saat Nabi Muhammad menikahi Aisyah, saat itu Aisyah berumur 6 atau 9 tahun. Sehingga mereka menuduh Nabi Muhammad sebagai nabi cabul. Dalam sejarahnya, orang-orang kalangan Kristen selalu mengidentikkan para nabi dengan seseorang yang cabul. Aisyah adalah satu-satunya gadis perawan yang dinikahi Rasulullah Saw. Dia adalah orang yang paling beliau cintai dan merupakan wanita yang paling faqih dan paling berilmu di antara wanita-wanita umat Islam. Hafshah binti Umar bin Khattab. Dia merupakan janda dari Khunais bin Khuzaifah As-Sahmi yang wafat pada waktu di antara perang Badar dan Uhud. Kemudian, dinikahi oleh Rasulullah pada tahun ke 3 dari kenabian.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Zainab binti Khuzaimah dari Bani Hilal bin Amir. Ia dijuluki dengan Ummul Masakin karena kemurahan dari rasa kasih sayingnya terhadap orang-orang miskin. Sebelumnya ia dinikahi oleh Abdullah bin Jahsy yang mati syahid pada perang Uhud, kemudian Rasulullah Saw. menikahinya pada tahun ke 4 dari kenabian. Lalu dua atau tiga bulan setelah pernikahan itu, ia meninggal dunia. Ummu Salamah binti Abu Ummayyah, yang sebelumnya dinikahi oleh Abu Salamah yang meninggal dunia pada bulan Jumadil Akhir tahun 4 H. Kemudian, Rasulullah menikahinya pada bulan Syawal tahun itu juga.
Zainab binti Jahsyi bin Ri’ab yang merupakan keturunan dari Bani As’ad bin Khuzaimah. Ia adalah anak paman Rasulullah Saw. sebelumnya ia dinikahi oleh Zaud bin Haritsah yang pernah menjadi anak angkat Rasulullah. Setelah Zaid menceraikannya, ia dinikahi oleh Rasulullah. Juwairiyah binti Harits penghulu Bani Mushtaliq dari Kabilah Khuza’ah. Sebelumnya ia adalah tawanan yang berasal dari Bani Mushtaliq. Ia dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syammas. Kemudian, Tsabit mengadakan perjanjian dengannya untuk memerdekannya dengan tebusan. Kemudian, Rasulullah Saw. yang memenuhi seluruh tebusan kemerdekaannya lalu menikahinya pada tahun ke 6 H.
ADVERTISEMENT
Tujuan menikahi Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb, musuhnya.
Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb, yang sebelumnya dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan bersamanya hijrah ke Habasyah, akan tetapi Ubaidillah berpindah agama ke dalam agama Nasrani dan mati di sana. Adapun Ummu Habibah ia masih tetap dalam agamanya dan hijrahnya, ketika Rasulullah mengutus Amr bin Umayyah Dhamri untuk mengirim suratnya kepada Raja Najasyi pada bulan Muharram tahun ke 7 H, beliau melamarnya kepada Najasy dan selanjutnya Najasy menikahkannya dengan beliau. Kemudian mengutus Syurahbil bin Hasanah untuk membawanya kepada beliau. Shafiyah binti Huyau bin Akhtab adalah keturunan Bani Israil. Sebelumnya ia menjadi tawanan dalam perang Khaibar. Rasulullah Saw. memilihnya untuk dirinya kemudian beliau memerdekannya dan menikahinya setelah penaklukan Khaibar di tahun 7 H.
ADVERTISEMENT
Maimunah binti Harits adalah saudara Ummu Fadhil Lubabah binti Harits. Ia dinikahi oleh Rasulullah Saw. pada bulan Dzulkaidah tahun 7 H, pada saat menunaikan qadha’ umrah, setelah tahallul. Sebelas wanita yang mulia tersebut adalah wanita-wanita yang telah dinikahi oleh Nabi Muhammad dan telah dicampurinya. Dua di antaranya yaitu Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah meninggal dunia sewaktu Rasulullah Saw. masih hidup, dan Sembilan yang lainnya ditinggal mati oleh beliau.
Tidak sedikit diantara para Ahlul Kitab palsu yang selalu mempertanyakan, kalau Muhammad Saw. memang seorang nabi dan rasul, mengapa dia menikahi wanita lebih dari empat? Mengapa dia menikah, katanya dia adalah seorang nabi yang memiliki akhlak mulia? Seharusnya seorang nabi dan rasul tidak menikah, Isa bin Maryam misalnya?”
ADVERTISEMENT
Jadi sudah jelas, bahwa yang sepatutnya menjadi teladan adalah Isa bin Maryam atau Isa Al-Masih, bukan Muhammad yang gemar berpoligami! Hal ini sangat perlu untuk diluruskan agar kaum Munafik dan kaum Musyrikin tidak gagal paham mengenai pernikahan Rasulullah Saw. ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa rumah tangga Nabi Muhammad Saw. sebelum hijrah berada di Kota Makkah, anggotanya adalah Beliau Saw. sendiri dan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Tatkala beliau menikahinya saat itu beliau berumur 25 tahun, sedangkah Khadijah berumur 40 tahun. Jadi selisih umur keduanya 15 tahun. Ia adalah wanita yang pertama dinikahi oleh beliau, dan beliau belum pernah memadunya dengan perempuan lain.
Jadi, jelas berbeda dengan kaum muslimin yang menikahi wanita kemudian menikah lagi dengan embel-embel mengikuti sunnah rasul. Dari Khadijah, Rasulullah Saw. dikaruniai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Namun tidak satu pun putra beliau yang hidup sebab mereka meninggal ketika masih kecil, sedangkan putri-putri beliau hidup bahkan ikut beliau hijrah. Dan Fathimah adalah satu-satunya putri beliau yang wafat setelah Beliau Saw. wafat.
ADVERTISEMENT
Keistimewaan Nabi Muhammad Saw. di antara manusia biasa.
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya Nabi Saw. dibedakan dari umatnya dengan dihalalkan baginya untuk menikah lebih dari empat istri dengan berbagai tujuan. Bukan untuk tujuan memperbanyak anak apalagi karena beliau memiliki syahwat yang kuat seperti yang dikatakan oleh para Ahlul Kitab sebagai hipersex.
Jumlah wanita yang beliau nikahi sebanyak tiga belas orang, yang sembilan di antaranya ditinggal wafat oleh Rasulullah Saw. dua lainnya meninggal sewaktu Rasulullah Saw. masih hidup, dan dua istri beliau lainnya belum pernah digauli oleh beliau.”
Nah, barangsiapa yang memperhatikan kehidupan Rasulullah Saw. maka ia akan mengetahui benar bahwa jumlah istrinya yang sebanyak ini adalah pada masa-masa akhir dari umurnya setelah beliau menghabiskan keindahan masa mudanya yang hampir 30 tahun dan hari-harinya yang paling indah hanya terfokus pada satu istri yang sudah hampir menjadi wanita tua, Khadijah Rha.
ADVERTISEMENT
Jadi, beliau menikah di usia muda lalu menikah lagi seperti yang disangkakan oleh para pendeta dari kalangan Nasrani pada hari ini. Dan niscaya ia akan mengetahui benar bahwa pernikahan beliau tersebut bukanlah karena beliau mempunyai kekuatan syahwat yang besar dan membuat beliau tidak sabar untuk menahan diri kecuali dengan cara menikahi banyak wanita, akan tetapi karena tujuan-tujuan lain yang lebih mulia dan lebih agung dari tujuan pernikahan pada umumnya.
Hubungan Nabi Muhammad dengan para sahabat yang sekaligus mertuanya.
Kita juga akan melihat bagaimana sikap Rasulullah Saw. yang menjadikan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khaththab sebagai mertua dengan menikahi putri keduanya, Aisyah dan Hafshah, begitu juga beliau menikahkan putri beliau, Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib yang tidak lain sepupu beliau, dan menikahkan putri beliau yang lain, Ruqaiyyah dan Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan bahwa di balik itu semua Rasulullah Saw. ingin memperkuat hubungan hubungan dengan keempat orang tersebut, yang kita semua mengenal bagaimana perjuangan dan pengorbanan mereka untuk Islam, yang sejak Islam hadir di kota kelahiran mereka, Makkah.
Dan patut untuk dicatat dan dipahami oleh para kaum Munafik yang asal mencomot ayat lalu menafsirkannya dengan seenak udelnya sendiri, bahwa wanita-wanita yang dinikahi oleh Rasulullah Saw. bukanlah wanita sembarangan melainkan wanita-wanita mulia di masanya. Salah satunya adalah Aisyah Ash-Shiddiqah yang paling banyak meriwayatkan hadits beliau.”
Jadi, apa yang dipropagandakan oleh kaum Munafik yang menjadikan pernikahan poligami Rasulullah Saw. untuk memberedeli kelemahan Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin merupakan kesalahan yang sangat fatal karena mereka sama sekali tidak tahu. Mereka membaca buku tanpa seorang guru. Mereka belajar namun yang menjadi gurunya adalah setan.
ADVERTISEMENT
Dan untuk kaum Muslimin sendiri sebaiknya jangan mudah terprovokasi oleh propaganda-proganda yang disebarkan oleh orang-orang Munafik, baik itu yang berasal dari pentolan agama lain, atau dari dalam agama Islam sendiri, atau dari dalam suku sendiri yang sebenarnya mereka sangat membenci agama Islam,karena hingga saat ini mereka tidak pernah ridha Islam sebagai agama Allah yang paling mulia dan paling unggul di atas muka bumi.
Mereka tidak pernah ridha jika Islam menggantikan Tuhan-Tuhan nenek moyang mereka dengan memerintahkan pemeluknya agar menyembah Allah semata. Begitu juga dengan pimpinan-pimpinan agama lain yang tiada henti-hentinya menyerukan ajaran agama mereka. Sejak zamannya Rasulullah Saw. mereka sudah tidak pernah ridha jika Tuhan yang mereka sembah digantikan oleh Allah, meski mereka tahu bahwa Allah adalah Tuhan mereka.”
ADVERTISEMENT
Ingatlah, tugas kita adalah memperkuat iman dan ketakwaan kita terhadap Allah. Sering-seringlah mendekati dan berkumpul dengan orang-orang shalih yang selalu dekat dengan Allah. Perkokoh persatuan antar kaum Muslimin agar tidak mudah dirobohkan oleh kelompok-kelompok agama yang senantiasa memprovokasi kita dari dalam.
“Dan terakhir, perkokoh keimanan kita dengan meninggalkan perdebatan-perdebatan yang sama sekali tidak ada gunanya karena yang demikian itu dapat menggoyahkan hati kita untuk selalu bertaqarrub kepada Allah Azza wa Jalla.[]