Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perang Israel-Palestina: Amalek dan Dogma Agama
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
19 Desember 2023 11:48 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih belum terlepas dari ingatan kita tragedi berdarah yang telah mensyahidkan kaum Muslimin di kota Hebron. Dalang pembantaian yang terjadi di Masjid Hebron pada tanggal 25 Februari 1994 silam itu adalah Baruch Goldstein. Atas tindakan zionisnya itu ribuan orang Mesir marah dan mengutuk pembantaian tersebut.
ADVERTISEMENT
Masjid Hebron bermandikan darah, 29 orang Palestina tewas dan 125 orang terluka. Goldstein itu jenis Yahudi ortodoks yang ekstrem yang memegang teguh ajaran Tauratnya bahwa Amalek, utamanya orang-orang Palestina harus dibasmi.
Namun, tidak hanya orang-orang Palestina saja melainkan juga bangsa Arab dan kaum Muslimin dianggap Amalek. Goldstein sangat dipengaruhi ajaran-ajaran Rasis Mesir Kahane. Ini merupakan masalah serius di dunia modern. Sebab jumlah orang Yahudi ekstrem yang rasis dan ekstrem seperti Goldstein tidaklah sedikit.
Di internet kita bisa membaca bahwa tindakan Goldstein ternyata mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Yahudi ekstrem. Membantai orang-orang Muslim yang sedang salat itu justru dianggap sebagai aksi kepahlawanan. Rabbi Samuel Hacohen, seorang pengajar di Jerusalem College menyanjung aksi heroik Goldstein sebagai "The greats Jew alive, not in one but in every way", ia bahkan menganggap Goldstein adalah "The only who could do it, the only who was 100 percent perfect."
ADVERTISEMENT
Apakah ini tidak gila?! Peristiwa pembantaian yang dilakukan Goldstein itu dirayakan oleh sekelompok Yahudi ekstrem. Mereka mengatakan, membunuh orang-orang Palestina itu dibenarkan oleh Taurat.
Rabbi Dov Lior memuji Goldstein setinggi langit dengan mengatakan begini, "Holier than all the martyrs of the Holocaust. Orang-orang Yahudi ekstrem itu masih sering memperingati peristiwa itu dengan memuji-memuji tindakan Goldstein, "Dr. Goldstein there is none other like you in the world. Dr. Goldstein, we all love you."
Apakah bangsa Yahudi mendirikan negara Israel karena semata-mata politik atau memang ingin membinasakan kaum Amalek?
Rabbi Marc Schneier, pemuka agama Yahudi yang moderat dari Park East Synagogue di New York dengan tegas mengatakan bahwa negara Israel merupakan intisari dari teologi Yahudi. Sejak dulu, negara Israel telah menjadi perhatiannya, obsesi besar mereka, selama lebih dari tiga ribu tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, persoalan ini seolah-olah diperlukan sebagai satu-satunya buah dari gerakan politik zaman modern. Jadi, kalau ada pengamat yang mengatakan bahwa persoalan Palestina dan Israel hanya persoalan politik di Timur Tengah dan meminta jangan membawanya sebagai persoalan agama atau teologi, itu adalah pembodohan.
Ingat sekali lagi, Rabbi Marc Schneier mengatakan bahwa negara Israel merupakan intisari dari ajaran teologi, bukan tujuan politik. Dan oleh karena itu, mengapa ketika Theodor Herzl membangkitkan gerakan zionis dan mengajukan proposal agar orang-orang Yahudi dianjurkan untuk tinggal di Uganda, proposal tersebut ditolak dalam kongres Zionis. Proposal itu dianggap sebagai penghinaan terhadap keyakinan-keyakinan Yahudi.
Lalu, siapa saja yang dianggap oleh Yahudi sebagai Amalek? Apakah termasuk Indonesia?
Di dalam kitab Perjanjian Lama dijelaskan sebuah kisah yang terjadi di zaman kuno sekali. Sekarang mungkin sudah sedikit purba. Sepasang suami istri yang tinggal di kota Ur, diperintahkan oleh Tuhan untuk pergi menuju tempat yang berlimpah susu dan madu.
ADVERTISEMENT
Tuhan menjanjikan kepada Abraham, bahwa dia dan anak keturunannya adalah manusia-manusia yang diberkati, manusia-manusia yang dipilih. Adapun keturunan Abraham yang dipilih menurut kitab umat Nasrani ini adalah Yacob, dan Yacob adalah putranya Isac.
Sebab itulah, Yacob diberi nama Israel. Lalu, dari Yacob juga lahir manusia-manusia yang luar biasa. Ada David, Solomon, dan Moses. David berkali-kali menyerukan kepada rakyatnya bahwa mereka adalah anak-anak Israel yang dipilih. Begitupun Tuhan mengatakan kepada Moses bahwa ia adalah bangsa pilihan. Namun demikian, masih menurut keyakinan bangsa Yahudi, ada saja manusia-manusia dungu yang tidak suka dengan keputusan Tuhan itu.
Di antara manusia rendahan itu, sejarah menuliskannya adalah Haman. Di dalam Tanakh, tepatnya dalam Kitab Ester, diterangkan Haman ini adalah keturunan Amalek, sebuah bangsa yang sangat membenci dan ingin memusnahkan Bani Israel. Itu terjadi setelah peristiwa eksodus Bani Israel dari Mesir.
ADVERTISEMENT
Lalu, siapa saja yang dianggap oleh bangsa Israel? Kaum Amalek yaitu siapa saja yang menjadi penghalang bangsa Yahudi, yang membenci bangsa mereka, yang bermusuhan dengan Yahudi, dan mereka wajib ditumpas dari muka bumi. Jadi, bangsa Amalek itu mencakup semua orang Arab, orang Muslim, orang Palestina.
Kesimpulannya, adapun alasan bangsa Yahudi merebut tanah Palestina dan begitu ngotot untuk mempertahankan negara Israel jelas bukan karena tujuan politik semata, tetapi juga karena memang intisari dari ajaran kitab suci mereka. Dan, konsep bangsa pilihan Tuhan mereka jadikan landasan untuk diakui oleh dunia.
Jadi, barang siapa yang menghalang-halangi jalan mereka untuk merebut seluruh tanah Palestina, maka mereka tidak akan segan-segan untuk membumihanguskan manusia yang mereka sebut Amalek, termasuk HAMAS, bangsa Palestina, dan siapa saja yang mengecam mereka termasuk pula Indonesia.
ADVERTISEMENT
PBB tutup mata
Kemudian, apa yang harus kita lakukan untuk membantu saudara kaum Muslimin yang menjadi korban dari perang ini? Apakah kita harus ikut berperang? Tentu saja ini tugas dari PBB yang berperan dalam urusan mendamaikan negara-negara anggotanya.
Akan tetapi, PBB yang dipimpin oleh negara-negara yang justru mendukung berdirinya negara Israel sama sekali tidak akan berbuat sesuatu, dan sebaliknya mereka akan mengirimkan pasukannya untuk membantu tentara Zionis dan menghabisi umat Muslim. Mereka akan tutup mata dan telinga karena mereka sendiri gentar jika berhadapan dengan Israel. []