Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berburu Kuliner Halal Khas Xinjiang di Beijing
6 Juni 2022 15:42 WIB
Tulisan dari Rudy Chen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa bilang susah mencari makanan halal di Tiongkok? Makanan halal di Tiongkok telah ada lebih dari 1.000 tahun yang lalu ketika Islam pertama kali diperkenalkan ke Tiongkok pada masa Dinasti Tang(618-907 Masehi). Pengusaha Arab, pelancong, dan misionaris melakukan perjalanan ke Tiongkok di sepanjang Jalan Sutra kuno, kemudian menetap di beberapa kota seperti Xian, Kaifeng, Guangzhou, Quanzhou, Yangzhou, Xinjiang dan Hangzhou.
Orang-orang Arab ini adalah leluhur dari etnis Hui, yang saat ini merupakan salah satu etnis minoritas di Tiongkok. Makanan halal di Tiongkok semakin berkembang dan lebih banyak hidangan halal diciptakan selama Dinasti Yuan ketika etnis minoritas Hui terbentuk.
Sementara jika berbicara tentang kuliner Xinjiang, makanan di sana kebanyakan diolah dari daging domba, hal ini karena sebagian besar tanah di Xinjiang tersusun oleh gurun dan gunung. Oleh karena itu, sangat sedikit sayuran yang tumbuh di lahan Xinjiang. Tanaman yang subur biasanya hanyalah bawang, wortel, lada dan tomat. Buah-buahan biasanya tumbuh di musim panas diantaranya anggur, melon, semangka, persik dan buah ara.
Di Beijing, kota tempat saya tinggal saat ini, restoran halal banyak ditemui di berbagai sudut kota. Restoran halal biasanya dikelola oleh orang etnis Hui atau etnis Uighur, yang menawarkan makanan khas muslim yang terjamin halal dengan cita rasa yang lezat. Seperti halnya di Indonesia, restoran halal di Tiongkok biasanya memiliki sertifikasi atau logo halal yang ditampilkan di depan restoran. Beberapa saat yang lalu saya sempat mencicipi beberapa hidangan khas Xinjiang yang dijual di sebuah restoran yang berlokasi di daerah Shuangjing, Beijing.
ADVERTISEMENT
1. Polo/Pilaf/ Zhuafan
Polo atau pilaf adalah hidangan nasi dengan daging domba, irisan wortel yang dimasak dengan aneka rempah. Makanan khas Xinjiang ini sebenarnya mirip Nasi Briyani dengan daging domba/kambing. Pilaf adalah makanan wajib orang Uighur yang di setiap perayaan hari besar maupun acara penting lainnya. Pilaf biasanya dihidangkan di atas piring besar dan dimakan secara beramai-ramai. Cara makan Pilaf yang paling tradisional cukup unik, yaitu dimakan langsung dengan menggunakan tangan. Tapi saat ini, anak muda etnis Uighur sudah jarang makan menggunakan tangan, dan hanya orang Uighur berusia lanjut yang masih mempertahankan cara makan menggunakan tangan.
Seporsi Pilaf yang saya beli seharga 39 Yuan (sekitar 80.000 Rupiah), terdiri dari potongan daging domba, sayur-sayuran dan raisin. Perpaduan rasa gurih nasi dengan daging domba yang empuk, ditambah sedikit rasa manis dari raisin, membuat hidangan ini cukup menggoyang lidah. Porsi yang ditawarkan cukup besar, dan bisa dimakan berdua.
ADVERTISEMENT
2. Kawab/Sate Domba
Kawap merupakan salah satu makanan khas muslim Xinjiang. Penampakannya mirip dengan sate di Indonesia. Di Tiongkok, Kawap merupakan makanan ringan yang populer dan dapat ditemukan di jalan-jalan dan bazaar di seluruh penjuru Tiongkok. Potongan daging kambing/domba direkatkan pada tusuk sate lalu dipanggang di atas arang.
Kawap biasanya dibumbui dengan garam, lada, jintan dan berbagai bumbu lainnya. Kawap memiliki tekstur yang renyah di luar dan lembut di dalam, dengan rasa sedikit asin dan agak pedas. Saya sendiri mencoba Kawab jumbo yang dihargai 26 Yuan (55.000 Rupiah) per tusuk. Potongan daging domba yang empuk dengan sedikit lemak, tapi tidak bau prengus, dijamin akan membuat pecinta daging domba tidak bisa berhenti melahapnya.
3. Samsa
Samsa atau dalam bahasa mandarin "Kao Baozi" adalah roti panggang dengan isi daging kambing cincang dan bawang bombay. Samsa dipanggang dengan menggunakan tungku berbentuk seperti drum dengan bara api di dasar tungku bagian dalam, rotinya ditempelkan di permukaan dinding bagian dalam tungku. Tektur dari kulit Samsa menyerupai Naan, yang garing diluar dan lembut di dalam.
ADVERTISEMENT
Harga Samsa yang saya beli seharga 10 Yuan (22.000 Rupiah) per roti.
Jika anda kebetulan berjalan-jalan di Tiongkok, tak ada salahnya mengunjungi dan mencicipi makanan halal khas Xinjiang yang tersebar di seluruh Tiongkok. Dijamin akan merasakan kuliner negeri Tiongkok yang berbeda dengan Chinese Food yang banyak terdapat di Indonesia.