Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Bukan Sekadar Gelar: Menggali Esensi UU 12/2012 dan Nilai Keimanan
22 Desember 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rizal Aji Wiguna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sudah menjadi suatu keharusan yang harus dijalani setiap individu. Dengan ilmu yang dimiliki, manusia dapat berkembang dan tidak tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan. Secara kompleks, pendidikan memiliki tujuan fundamental, yaitu mengubah budaya yang buruk menjadi suatu peradaban yang lebih maju, beradab, dan bermartabat. Hal ini mencerminkan betapa pendidikan adalah salah satu instrumen utama dalam menciptakan perubahan positif di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tujuan pendidikan sudah jelas tercantum dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 1(1) , yang menyatakan bahwa "pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara." Pernyataan ini menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga mencakup aspek moral, spiritual, dan sosial.
Dalam perspektif Islam, pendidikan memiliki tujuan yang mulia, yaitu membentuk manusia berakhlakul karimah dan meningkatkan ketakwaannya kepada Sang Pencipta. Pendidikan yang benar membawa individu menjadi manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan umat.
ADVERTISEMENT
Namun, di lapangan terdapat fenomena pergeseran niat dalam menempuh pendidikan. Berdasarkan survei dialogis terhadap 9 dari 10 pelajar/mahasiswa, banyak yang keliru meniatkan diri dalam belajar. Mereka cenderung menjadikan pendidikan sebagai alat untuk meraih pekerjaan atau status sosial semata, tanpa memahami esensi sebenarnya. Akibatnya, muncul masalah seperti kurangnya semangat belajar, sikap malas, dan kehilangan arah.
Fenomena ini sebenarnya telah diperingatkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis: "Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun dia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, pada hari kiamat dia tidak akan mencium bau surga." (HR. Ibnu Majah). Hadis ini memperingatkan agar niat dalam menuntut ilmu diluruskan, yakni untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT, bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi.
ADVERTISEMENT
Allah SWT juga berfirman: "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadalah: 11). Ayat ini menegaskan betapa mulianya posisi orang yang memiliki ilmu dan keimanan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika pendidikan hanya dijadikan alat untuk mengejar manfaat duniawi.
Peran keluarga, pendidik, dan lingkungan masyarakat menjadi sangat penting dalam membimbing pelajar agar memiliki niat yang benar. Institusi pendidikan juga harus lebih aktif menanamkan nilai-nilai keagamaan dan moral. Pendidikan karakter perlu menjadi bagian integral dari kurikulum agar pelajar tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat.
Selain itu, pelajar perlu memahami bahwa menuntut ilmu adalah ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan niat yang benar, ilmu yang diperoleh akan menjadi berkah, membawa manfaat besar bagi diri sendiri maupun masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, pendidikan bukanlah sekadar sarana untuk meraih kesuksesan duniawi, tetapi juga jalan menuju kesempurnaan spiritual dan moral. Pelajar harus meluruskan niat mereka agar ilmu yang dimiliki berada dalam keridhoan Allah SWT. Dengan demikian, pendidikan akan benar-benar menjadi pilar utama dalam menciptakan peradaban yang lebih maju dan bermartabat.