Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Clean Energy dalam Mendukung Rendah Karbon
20 Oktober 2023 14:55 WIB
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai kondisi net-zero emission dalam kaitannya dengan emisi gas rumah kaca paling lambat pada tahun 2060. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu penggunaan hidrogen sebagai satu komponen penting yang diproyeksikan akan semakin meningkat tajam di masa yang akan datang. Walaupun demikian, sebagian besar dari hidrogen yang diproduksi saat ini berasal dari bahan bakar fosil melalui proses reforming yang juga menghasilkan gas CO2 sebagai hasil samping. Pencapaian target harus dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Clean Energy dalam Mendukung Rendah Karbon”, topik yang diusung dalam webinar Prof Talks yang diselenggarakan oleh Majelis Profesor Riset (MPR) BRIN. Tema ini sangat penting karena kita rasakannya dampak perubahan iklim pemanasan global, salah satu bentukkannya adalah karbon. Karena itu tujuan acara Prof Talk adalah membahas berbagai permasalahan yang ada dimasyarakat dan memberikan solusi secara ilmiah yang ditawarkan oleh para Profesor riset yang ada di BRIN sesuai dengan bidang kepakaran. Hal in diungkapkan oleh Gadis Sri Haryani, Ketua Majelis Profesor Riset BRIN dalam sambutan pengantar pada acara Prof Talk Selasa (17/10), secara daring.
ADVERTISEMENT
Gadis menjelaskan, acara ini juga membuka peluang berkolaborasi baik perusahaan, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam rangka solusi bersama, dengan webinar kali ini peserta dapat wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang terkait dekarbonisasi dan pembangunan berkelanjutan serta berkontribusi mengurangi pemanasan global dalam melindungi planet kita.
Hal senada disampaikan Amarulla Octavian, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam sambutan pembukaannya, BRIN telah melakukan riset dalam peta Ekosistem Hidrogen, mulai dari penguasaan teknologi kunci, yaitu pengembangan material fuel cell dan elektrolisis, teknologi penyimpanan hidrogen (hydrogen storage), produksi hidrogen hijau (green-hydrogen), serta pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar di sektor transportasi (hydrogen vehicle).
“Dengan menggunakan hidrogen sebagai sumber energi, Indonesia dapat menjadi pemasok pasar global dalam industri hidrogen,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya untuk mencapai emisi Netral karbon kita semua harus berfokus pada beberapa langkah, Indonesia perlu beralih ke teknologi dan praktek berkelanjutan serta rendah emisi karbon dalam industri besar kemudian dan pengembangan yang diperlukan untuk menciptakan solusi baru mendukung pengurangan ini.
Perlu menerapkan prinsip ekonomi berkelanjutan dalam mengurangi limbah dan mendorong penggunaan kembali serta daur ulang bahan-bahan yang sangat penting diperlukan dukungan kuat dari para pembuat kebijakan dalam bentuk regulasi dan kebijakan yang mendorong adopsi teknologi berkelanjutan yang sangat dibutuhkan.
Selain itu diperlukannya standar efisiensi energi yang pertama harus diterapkan untuk bangunan dan perangkat baru guna mengurangi konsumsi energi serta aplikasi teknologi digital berbasis intelijen dalam pengembangan penerapan teknologi energi ramah lingkungan terakhir, ujarnya.
ADVERTISEMENT
Amarulla Octavian, meyakini para pembicara pada acara ini telah menjadi pakar di bidangnya dapat menyampaikan ide gagasan dan hadirin semuanya mendapatkan wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang terkait dengan organisasi emisi Netral karbon dan pembangunan berkelanjutan, serta diharapkan merasa termotivasi untuk berkontribusi langsung pada upaya global dalam Planet kita bersama sekaligus tidak menutup kemungkinan melahirkan gagasan baru dengan adanya diskusi dari para pemegang akademisi mahasiswa masyarakat luas yang berperan aktif dalam diskusi.
Acara Prof Talks menghadirkan 4 (empat) Profesor Riset yang menjadi pakar di bidangnya, antara lain; pembicara pertama Profesor Riset Bidang Teknologi Proses Elektrokimia pada Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, Eniya Listiani Dewi. Dalam paparanya menjelaskan, menurutnya titik kritis dalam pengurangan emisi karbon pada sektor industri dan transportasi adalah adopsi teknologi dan praktik berkelanjutan serta rendah emisi karbon. Hal ini memerlukan pergeseran yang signifikan dari metode produksi dan penggunaan energi tradisional yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT
“Untuk mencapai pengurangan emisi karbon, industri harus berinvestasi dalam sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air, serta teknologi dan proses yang efisien dalam penggunaan energi,” ujarnya.
Paparan ke dua disampaikan oleh Profesor Riset pada Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur BRIN Bambang Widarsono mengungkapkan, Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen, 18 diantaranya berstatus sebagai produktif penghasil minyak dan gas bumi (migas), sementara sisanya berstatus belum produktif.
Pada cekungan yang produktif merupakan tempat penyimpanan yang tepat untuk gas rumah kaca, baik sebagai hasil samping dari produksi hidrogen maupun yang lainnya. Demikian juga keberadaan akuifer (saline aquifer) pada seluruh cekungan tersebut juga dapat menjadi target Carbon Capture and Storage (CCS) yang baik.
ADVERTISEMENT
“Dengan dimilikinya potensi penyimpan gas rumah kaca yang besar, Indonesia berkesempatan besar turut serta dalam peningkatan tren penggunaan hidrogen, sekaligus memenuhi komitmen NZE,” ujarnya.
Indonesia punya untuk simpan Karbon atau GRK yang lainnya cukup besar. Marilah kita manfaatkan untuk mendukung Zero Emission zero emission dekarbonisasi. Sisi yang lain perlunya “akuisisi dana yang cukup” untuk bisa mendukung target Zero Emission (NZE) zero emission dekarbonisasi.
Selanjutnya paparan ke tiga disambung oleh Professor Riset di Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN Rizqon Fajar, Indonesia perlu mengembangkan teknologi yang efisien dan keberlanjutan dari sistem energi terbarukan. Maka, diperlukan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan pembelajaran mesin (Machine Learning/ML) untuk mengoptimalkan proses pembakaran, yang menghasilkan energi dengan emisi karbon lebih rendah.
ADVERTISEMENT
“Peran teknologi AI/ML dibagi dalam dua tahap, pertama melakukan pemodelan terhadap korelasi antara variabel input yang berperan atau menentukan efisiensi pembakaran dengan target atau output, yaitu efisiensi termal dan kadar emisi gas buang,” ujarnya.
Di sisi lain Professor Riset pada Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN Irhan Febijanto, dalam paparannya menyampaikan menilai, adanya pemanfaatan bioCNG di sektor energi dan transportasi akan mendorong terjadinya transisi energi menuju pemanfaatan energi bersih. Tentunya ini akan beririsan dengan potensi pengurangan emisi gas rumah kaca.
Diakhir penutupan acara Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur selaku moderator Haznan Abimanyu menyampaikan terkait kerjasama kami dari organisasi riset energy dan manufaktur sangat terbuka bekerjasama dengan pihak manapun. Dalam dekarbonisasi memerlukan kebijakan yang mendukung, regulasi yang mengatur Net Zero Emission.
ADVERTISEMENT
Selain itu kita memerlukan pembiayaan dalam rangka penelitian dan implementasinya dari teknologi dekarbonisasi. Diperlukan data base yang cukup sumber daya energi yang bisa digunakan ada energy baru terbarukan dan Carbon Capture and Storage (CCS) serta diperlukan Artificial Intelligence dalam dekarbonisasi
Melalui webinar ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dan tentunya memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan sosial dan aktual yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. (sh/fh/sumber: siaran pers BRIN)