Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teknologi Produksi Imbuhan Pakan Non Antibiotik dari Bahan Lokal
11 Desember 2023 9:52 WIB
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan sudah resmi dilarang di Indonesia. Berbagai produk sudah digunakan sebagai penggantinya, namun belum ada yang menyamai efektifitas biologis dan ekonomis dari Antibiotic Growth Promoters (AGP). Serangkaian riset dirancang untuk menghasilkan imbuhan pakan yang dapat menggantikan AGP didalam ransum unggas dengan sumber daya lokal temu lawak.
ADVERTISEMENT
Temu lawak ini mengandung zat berkhasiat, terutama xanthorrhizol dan curcumin yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti-fungi dan antioksidan.
Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Riset Peternakan, melakukan penandatanganan dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan CV. Rawat Alam Tentang “Riset Adjuvant Berbasis Xanthorrizol dan Kurkuminoid Sebagai Imbuhan Pakan Unggas Pengganti Antibiotic Growth Promoters” pada Jumat (08/12), Gedung Kusnoto Bogor.
Kerjasama riset ini bertujuan untuk memperoleh formula Adjuvant berbasis Xanthorrhizol dan Kurkuminoid (AXC) yang berasal dari ekstrak temulawak, dan memperoleh dosis penggunaan AXC yang efektif sebagai imbuhan untuk pakan ayam broiler dan ayam petelur.
Selain itu dapat diproduksi secara komersil untuk digunakan oleh peternak sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi tanpa menggunakan antibiotik.
ADVERTISEMENT
Tri Puji Priyatno, Kepala Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan-BRIN, dalam sambutannya menjelaskan, kerjasama riset Adjuvant berbahan metabolit sekunder yang bersifat anti mikroba merupakan upaya mencari bahan imbuhan pakan ternak pengganti AGP. Penggunaan AGP dalam pakan ternak terbukti telah mempunyai kontribusi sangat besar di industri peternakan dalam meningkatan produksi daging nasional, terutama daging unggas.
“AGP selain dapat mengendalikan penyakit, juga mampu meningkatkan efisiensi pakan dan memacu pertumbuhan ternak lebih cepat. “Xanthorrizol dan kurkuminoid adalah salah satu alternatif imbuhan pakan dari bahan baku lokal untuk menggantikan AGP yang lebih aman dalam produksi ternak”, jelasnya
Lebih lanjut Tri Puji Priyatno menyampaikan, kerjasama riset dengan CV. Rawat Alam ini diharapkan bisa memperoleh bahan alternatif pengganti AGP yang efektif dan murah. Selain itu, melalui kerjasama ini, mitra bisa menyediakan fasilitas kandang, ternak, dan pemiliharaannya. Sedangkan BRIN berkontribusi di riset pengembangan formulasi dan pengujiannya, dan memastikan bagaimana penggunaan adjuvant efektif dalam meningkatkan produktifitas sebagai imbuhan pakan ternak.
ADVERTISEMENT
"Mudah-mudahan kerja sama riset ini dapat menghasilkan formula pakan yang bisa dipatenkan dan dilisensi oleh mitra untuk pengembangan produk pakan yang dapat segera dipasarkan", tegasnya.
Direktur CV Rawat Alam, Agus Supriyo Hadi menyampaikan, kerjasama penggunaan Adjuvant yang dimasukan dalam pakan ternak yang berasal dari temu lawak dengan proses ekstraksi yang diambil zat yang berkhasiat xanthorrizol dan kurkuminoid, sebagai pengganti antibiotik AGP (efeknya membahayakan bagi manusia),
Hasil riset xanthorrizol dan kurkuminoid yang ada didalam temu lawak ini yang daya hambat bakterinya lebih tinggi dari pada antibiotik AGP.
Agus Supriyo Hadi menyampaikan ucapan terimakasih kepada Pusat Riset Peternakan BRIN, dengan harapan kedepannya semoga hasil riset ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya kepada peternak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, BRIN Arnold Parlindungan Sinurat menyampaikan, Produk yang kita kembangkan riset bersama adalah Adjuvant (temu lawak yang melalui proses ekstraksi 2 kali). Bisa dibuat suatu bahan buat pakan ternak yang untuk menggantikan antibiotik AGP (dilarang sejak 2018).
“Jadi topik riset ini masih trend di dunia, bagaimana kita masih mencarikan bahan untuk menggantikan AGP sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi pakan pada ternak unggas khususnya ayam broiler dan ayam petelur. Prospeknya sangat bagus dan kerjasamanya ini dengan CV Rawat Alam berkontribusi dalam ekstrasi, penyediaan bahan, biaya analisa dan kimia yang tidak bisa kita cukupi dari dana BRIN”, ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Arnold menambahkan saat ini kita sudah uji pada ayam broiler pedaging, mulai umur 1 – 35 hari yang hasilnya cukup bagus. Kita lihat dari pertambahan bobot badan maupun efisiensi pengurangan pakan, lebih bagus dari penggunaan antibiotik AGP.
Menurutnya dibanding AGP efisiensinya 2 – 5 %, Penggunaan Adjuvant efisiensinya bisa meningkatkan pakan sampai 7 %. Bagi perusahaan melihat ini adalah prosfek, tentu kedepannya dalam perkembangan akan berkutat dipembiayaan harga produksi.
“Kalau dalam riset tentu tidak bisa dibandingkan dengan harga yang diluar karena AGP sudah diproduksi industri besar-besaran di dunia, sehingga harga dijual murah. Kedepan BRIN akan berusaha bisa produksi Adjuvant yang lebih layak," imbunya.
Harapannya salah satunya kita riset sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dengan diikutkan pihak swasta dapat dilanjutkan dalam pengembangan industri, sehingga dapat menekan ketergantungan akan bahan-bahan antibiotik dari impor. (sh)
ADVERTISEMENT