Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hilangnya Biru Laut
27 Desember 2021 13:15 WIB
Tulisan dari Sabrina Ghaisani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Diawali di daerah Ciputat, tempat Biru Laut lahir, dan ditutup dengan Lautan luas dimana hilangnya sang Biru Laut. Biru Laut, merupakan seorang mahasiswa biasa yang mempunyai nilai perjuangan tinggi terhadap bangsanya. Pemberani, mungkin itu adalah sebuah nama panggilan yang cocok dengan Biru Laut. Meskipun sudah ditentang ayah dan adiknya, Biru Laut tetap saja bersikeras untuk menunjukkan arti 'demokrasi' di Indonesia pada masanya, tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Tenggelam dalam pikiran yang tidak menentu, tidak mempunyai nilai tetap, dan tidak mengetahui kepastian itu adalah sebuah mimpi buruk bagi keluarga Biru Laut. Lebih baik mengetahui bahwa salah satu keluarganya telah meninggal dibanding tidak mengetahui apa-apa. Entah masih hidup, sedang mengumpat dari kejaran intel, atau sudah menjadi mayat yang dikubur dalam-dalam oleh orang tidak beradab. Ketidakpastian pada saat itu adalah kata yang sangat menyiksa dan menyakitkan perasaan bagi keluarga Biru Laut
Selembar, dua lembar, tiga lembar, aku sudah dapat merasakan betapa menyakitkan dan menyiksa cerita yang ada di buku ini. Niat awal aku membeli buku ini adalah banyak yang merekomendasikanku. Sejujurnya aku tidak paham betul sejarah Indonesia terlebih berurusan dengan masalah politik sebagaimana diceritakan pada buku ini. Namun, dampak yang diberikan buku ini padaku sangat banyak, aku mulai mengetahui asal usul tentang kejadian dibalik tahun 98 hingga aksi kamisan yang sampai sekarang masih dilakukan di beberapa kampus, termasuk kampusku.
ADVERTISEMENT
Buku ini menceritakan bagaimana kerasnya pemerintahan pada zaman orde baru tahun 1998 dan dilapisi dalam bentuk cerita fiksi yang justru membuatnya lebih menarik untuk dibeli. Aku menyukai buku fiksi dibanding non-fiksi. Dan dibuku ini, aku dapat meng-imajinasikan dengan jelas siapa Biru Laut, bagaimana sifatnya, bagaimana cara dia melawan para bedebah yang menyekapnya di rumah susun Klender, dan semua langkah-langkah untuk membela 'demokrasi' untuk Indonesia yang diceritakan pada buku ini. Tergambar jelas di otakku hingga aku terbawa suasana dengan ceritanya.
Asmara Jati, adik dari Biru Laut mempunyai bagian penting dari buku ini. Buku ini menggunakan dua sudut pandang, dari Biru Laut dan Asmara Jati. Asmara harus menanggung beban-beban yang ditimbulkan sejak hilangnya sang kakak Biru Laut. Orang tuanya tidak berteman baik dengan kata 'ketidakpastian' atas nasib kakaknya. Ibu selalu menyajikan 4 piring di ruang makan meskipun tahu bahwa piring ke-4 tidak akan pernah dihampiri oleh sang pemiliknya. Dan begitu juga dengan Nasib Ayah, beliau selalu membersihkan rak-rak buku dan kamar Biru Laut berharap sewaktu-waktu anak sulungnya tersebut kembali ke rumah dan menempati kamarnya. Tidak menerima kenyataan adalah hal yang dialami oleh orang tua Biru Laut, sementara sang adik, sudah move on dan ingin mencoba menjalani hidup baru namun masih dihantui dengan sikap-sikap yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Asmara tidak pernah lepas dari ruang imajinasi yang dibentuk oleh Ayah dan Ibunya, ruang imajinasi dimana Mas Laut berada di dekat mereka.
ADVERTISEMENT
Disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum adalah kegiatan sehari-hari Biru Laut dan teman-temannya saat ia ditangkap. Hal-hal keji tersebut dilakukan terus menerus hingga salah satu dari mereka menjawab siapa dalang dari gerakan aktivis saat itu. Dari buku Laut Bercerita ini, pembaca mendapat pandangan baru atas kejadian tahun 1998, dimana paham yang hilang saat pemerintah berperilaku keji terhadap masyarakatnya. Dari Novel ini juga, pembaca dapat merasakan kehilangan yang dirasakan oleh pihak keluarga pada masa itu dan juga dapat meningkatkan jiwa nasionalis tanpa harus mempertaruhkan nyawa seseorang seperti pada tahun 1998.