Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bulan Ramadan sebagai Momentum Renungan Ekologis bagi Umat Islam
3 April 2024 6:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Safril Umar Ashiddiqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan adalah bulan suci umat Islam. Di bulan ini umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Berbagai keutamaan menjadikan bulan ini sangat istimewa sehingga bisa meningkatkan keimanan ke tingkat yang tinggi. Ibadah seperti solat tarawih, tadarus Al-Quran, zakat dan lain-lain digalakkan untuk mendapat keutamaan dan ampunan dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Relasi Tuhan, Manusia dan Ekosistem
Tuhan menciptakan alam dan seisinya bukan tanpa tujuan. Lingkungan biotik dan abiotik diciptakan Tuhan untuk saling memberi manfaat satu sama lain. Namun pada era dengan kemajuan yang pesat kini, manusia malah kian mengeksploitasi alam. Pandangan manusia terhadap lingkungan yang masih antroposentrik mengakibatkan eksploitasi membabi buta dilakukan tanpa rasa bersalah oleh manusia.
Banyak kerusakan ekosistem karena ulah manusia sebut saja area bekas pertambangan yang tak terehabilitasi dengan benar yang menyebabkan pencemaran tanah dan air, alih fungsi hutan menjadi pariwisata, industri atau perumahan yang tidak menilik dampaknya terhadap lingkungan mengakibatkan hilangnya kemampuan resapan air alami, penumpukan sampah, pembuangan limbah tanpa diolah dan sebagainya.
Padahal bagi kaum muslimin, banyak ayat Al-Quran yang mengandung makna kelestarian lingkungan seperti QS. Shad 27-28, Qs. Al-Baqarah 60, Qs. Al-a’raf 56-58 dan masih banyak lagi. Ayat-ayat tersebut harus menjadi renungan umat Islam untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi dan bulan Ramadan bisa menjadi momentum untuk kembali merenungkan nilai yang tertuang dalam ayat tersebut.
ADVERTISEMENT
Ditengah ibadah pada bulan Ramadan baiknya umat Islam juga turut mengevaluasi diri mengenai hubunganya dengan lingkungan, apakah sudah menjadi pemelihara alam sebagaimana tugas manusia sebagai pemimpin di muka bumi.
Konsep rahmatan lil alamin
Dalam Al-Quran Surat al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin)”, umat Islam berkewajiban untuk menjadi rahmat bagi semesta alam dengan kebaikannya sebagaimana perintah Allah pada ayat tersebut serta meneladani apa yang dilakukan Nabi SAW. Tidak hanya menjadi rahmat bagi sesama manusia namun juga rahmat bagi lingkungan hidup dengan melestarikanya.
Larangan merusak alam
Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 41-42 mengingatkan bahwa manusia sudah banyak membuat kerusakan di bumi. Padahal Allah dengan jelas melarangnya seperti pada Surat Al-A’raf ayat 56 yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik…” sehingga menjadi pantangan bagi manusia utamanya umat Islam untuk merusak bumi.
ADVERTISEMENT
Tidak mendominasi melainkan mengatur dan memelihara
Dalam Surat Ibrahim ayat 32 dan Az-Zukhruf ayat 13, Allah menundukan hewan dan tumbuhan serta memberikan kemampuan manusia untuk menyebrangi laut dan daratan agar menjadi manfaat bagi manusia. Namun bukan berarti manusia bisa semena-mena, berlebihan dan mendominasi melainkan berkewajiban untuk memelihara lingkungan sebagaimana tugas manusaia yakni “khalifah fil ardh” atau pemimpin di muka bumi (Qs. Al-Baqarah ayat 29).