Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perjuangan Tukang Service Agar Tidak Lapar
14 Juli 2021 18:52 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nur Afidah Zalfalia Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah kegaduhan wabah di negeri ini, pemerintah mengusulkan untuk memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang disingkat menjadi PPKM. Hal ini membuat para pedagang terpaksa gulung tikar, salah satunya para pengisi kios di Pusat Grosir Cililitan. Mereka harus menutup kiosnya untuk beberapa waktu, karena mal dilarang untuk buka selama kebijakan ini berlangsung.
ADVERTISEMENT
Di tengah panasnya sinar matahari, siang kemarin terlihat Ijul dan teman-temannya berbaris di pinggir jalan depan Mal Pusat Grosir Cililitan, sembari mengangkat kedua tangannya yang menggenggam papan bertuliskan “Service Hp”.
Pasalnya, sejak tanggal 3 Juli 2021 kios service hp tempat bekerja Ijul sudah tidak beroperasi. Kehilangan lapak, membuat ia dan teman-teman kehilangan pekerjaan sekaligus penghasilan. Padahal bukan hanya untuk makan sehari-hari, namun juga mereka harus membiayai kehidupan keluarga tercinta di rumah.
Meski tak semua pedagang melakukan hal serupa, namun hal ini (menawarkan jasa servis langsung) sudah dijalani Ijul dan teman-teman senasib sejak penutupan sementara mal.
Mirisnya, bukan hanya mal yang tutup, PPKM juga membuat masyarakat bekerja dari rumah, dan menjalankan segala aktivitasnya di rumah, sehingga jarang ada yang keluar dari rumah. Terlihat kondisi sepanjang Jalan Mayjen Sutoyo yang tidak seramai biasanya membuat pendapatan yang didapatkan mereka selama berjemur menawarkan jasa servis ini, dalam sehari sangatlah tidak menentu. Jika beruntung, mereka bisa mendapatkan lima pelanggan.
ADVERTISEMENT
Melihat keadaan seperti ini, patutnya pemerintah bukan hanya menciptakan kebijakan guna pengurangan aktivitas masyarakat, namun juga memikirkan bagaimana nasib keberlangsungan hidup masyarakat. Karena nantinya bukan hanya virus yang merajalela, namun kelaparan di tengah masyarakat pun akan muncul. (Nur Afidah/Politeknik Negeri Jakarta)